The Man with the Iron Fists, Pahlawan Kesiangan
Editor
Kodrat setiawan
Sabtu, 15 Desember 2012 13:34 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - “Uang ini akan menyenangkan Pink Blossom dan mengeluarkan kita dari Jungle Village,” kata Blacksmith pada kekasihnya, Lady Silk. Si penerima hanya tersenyum. Dalam diam, Lady Silk menyimpan kantong uang dari kulit itu ke peti rahasianya.
Pink Blossom (Lucy Liu) yang dimaksud Blacksmith adalah muncikari Lady Silk. Mengikuti Blacksmith (RZA), Lady Silk (Jamie Chung) berencana meninggalkan Jungle Village. Sebab, desa itu dipenuhi kekerasan antarsuku Singa, Serigala, Gemini, serta Hyena. Apalagi sejak Singa Emas dibunuh dan Singa Perak berkuasa. Tiap hari ada saja yang mati akibat tikaman pedang.
Tapi rencana Blacksmith berubah total sejak bertemu Zen Yi, putra sulung Singa Emas. Blacksmith yang sebelumnya tidak ikut pertarungan antarsuku terpaksa melibatkan diri. “Karena senjata buatanku, ayahmu mati,” kata Blacksmith.
Utang budi dan rasa bersalahlah yang kemudian mengubah Blacksmith. Ia yang awalnya bukan siapa-siapa berbalik menjadi tokoh sentral setelah film The Man with the Iron Fists berjalan tiga per empat durasi. Blacksmith, yang mulanya hanya muncul sebagai narator, tiba-tiba menjelma jadi pahlawan.
Bukan plot yang wajar. Sebab, biasanya penokohan pahlawan muncul dari babak pertama. Kalaupun belum menjadi kesatria, setidaknya si karakter sudah menonjol pada awal cerita. Tapi tidak begitu dengan Blacksmith. Dia memang sudah ada di awal cerita, tapi keberadaannya tidak kuat.
Di mata penonton, Blacksmith hanya pelengkap cerita. Bahkan karakternya tidak kuat. Meski tubuhnya tinggi-besar, gerak badan Blacksmith tampak lemah dan lunglai. Gaya bicara Blacksmith pun tak meyakinkan. Sangat beda dengan lawan mainnya, Jack Knife (Russell Crowe). Sebagai utusan Kaisar, perawakan Jack Knife terlihat kuat, sangar, tak kenal belas kasih, namun santai. Gaya khas orang yang nyaman dan percaya dengan kemampuannya.
Sebagai film laga, plot The Man with the Iron Fists terasa agak aneh. Blacksmith seakan menjadi pahlawan kesiangan. Tapi apa mau dikata kalau sutradara dan skenario adalah kerjaan RZA, pemeran Blacksmith. Perjalanan film pun jadi terikat dengan selera RZA.
Pengaruh RZA tidak hanya sampai di situ. Meski The Man with the Iron Fists merupakan film kungfu dengan segala pernak-pernik Cina, seperti lampion, biksu, serta patung Buddha, kebudayaan Tionghoa malah sedikit terasa. Gara-garanya, RZA menyelipkan lagu hip hop ke sejumlah adegan.
Pemaksaan masuknya musik hip hop mulai terdengar di awal film. Ketika suku Singa bertarung dengan lawannya, sebagai pengatur musik, RZA menggunakan alunan nada Afrika-Amerika itu. Hasilnya rada mengganjal di telinga.
Diproduksi Strike Entertainment dan didistribusikan Universal Picture, 98 persen pemeran The Man with the Iron Fists adalah artis Asia. Namun dialog tidak sepenuhnya dilontarkan dalam bahasa Mandarin. Hanya beberapa dialog yang diucapkan dengan dialek Tionghoa. Sisanya menggunakan bahasa Inggris. Lebih mengecewakan, tokoh superhero lagi-lagi berasal dari Negeri Abang Sam. Sedangkan pemeran berdarah Asia mati.
Bila mengingat Crouching Tiger, Hidden Dragon, film The Man with the Iron Fists tidak dapat disandingkan dengannya. Diperankan Chow Yun-Fat dan Michelle Yeoh, Crouching Tiger, Hidden Dragon begitu kental dengan unsur Mandarin-nya, dengan plot kuat.
Untuk penyuka kesadisan, The Man with the Iron Fists cocok ditonton. Di film ini, adegan darah muncrat bakal ditemui dari awal hingga akhir cerita khas karya sutradara Quentin Tarantino. Maklum, RZA berguru kepada Tarantino saat penggarapan Kill Bill.
The Man with the Iron Fists
Sutradara: RZA
Penulis naskah: RZA
Skenario: RZA dan Eli Roth
Pemain: RZA, Russell Crowe, Cung Le, Lucy Liu, Byron Mann, Rick Yune, David Bautista, dan Jamie Chung
Musik: RZA dan Howard Drossin
Produksi studio: Strike Entertainment dan Arcade Pictures
Didistribusikan: Universal Studio
Durasi: 96 menit
Genre: Laga
CORNILA DESYANA