TEMPO.CO, Banyumas - Dia lahir sebagai laki-laki di Desa Somakaton, Kecamatan Somagede, Banyumas, dengan nama Sadam. Ibunya bernama Samini. Ayahnya Kartameja, hidup sebagai petani kecil. Ia tidak tahu persis tahun berapa ia lahir. Namun, kakeknya pernah bercerita, ia lahir tidak lama setelah Kongres Pemuda. Dengan demikian, diperkirakan Dariah lahir pada akhir 1928 atau awal 1929.
Saddam, yang belakangan dikenal sebagai Dariah, adalah penari lengger. Meski sudah sepuh, kadang-kadang ia masih terjun untuk melatih anak-anak muda menari. Rabu, 14 November 2012, Didik Nini Thowok menemui Dariah di rumahnya untuk mendokumentasikan perjalanan kesenimannya dalam bentuk video.
Kegemarannya menari dimulai sejak kecil. Ia juga suka menyinden atau melagukan tembang-tembang Jawa. Sebelum menjadi penari lengger, dia merasa seperti kerasukan indang lengger. Suatu hari, dia dituntun alam bawah sadar, pergi tanpa pamit, tanpa tujuan, dan hanya berbekal sedikit uang miliknya.
Di daerah Bukateja, Sadam sempat berhenti sebentar dan diberi minum warga. Hingga akhirnya dia tiba di sebuah pekuburan tua. Di situ Sadam melihat banyak batu lonjong dalam posisi berdiri (menhir) dan ada arca wanita cantik dari batu.
Di tempat itu Sadam sebetulnya tak berniat bertapa atau semadi. Namun, rasa tenang dan damai itu membuatnya betah tinggal berhari-hari. Sadam merasa mendapat perlindungan dari kekuatan magis yang tak dia mengerti. Sadam juga tidak tahu berapa lama dia bertapa, tanpa makan-minum. Yang dia ingat, peristiwa itu terjadi pada masa penjajahan Jepang, menjelang proklamasi kemerdekaan RI.
Setelah berhari-hari di tempat itu, dia mulai mendengar ada orang lewat dan berbincang-bincang. Sadam paham, ternyata dia ada di panembahan ronggeng.
Itu adalah tempat semadi bagi orang yang menginginkan dirinya menjadi ronggeng atau lengger. Letaknya di Desa Gandatapa, Kecamatan Sumbang, Banyumas.
Dengan begitu, Sadam telah menempuh perjalanan keliling tiga kabupaten, yaitu Banyumas, Banjarnegara, dan Purbalingga. Setelah merasa puas, ia pulang. Sampai di Purwokerto, dia membelanjakan bekal uangnya untuk membeli perlengkapan seorang lengger, antara lain sebuah gelung brongsong (konde pasang), kemben (kain penutup dada), sampur, dan kain.
Sesampai di desanya, seluruh keluarga, kerabat, dan tetangga gempar. Lalu Saddam menceritakan semua yang dia alami. Keluarga dan kerabat menanggapinya secara positif. Beberapa orang yang bisa memainkan gamelan dikumpulkan, lalu berlatih bersama. Semenjak itu ia menjadi lengger. Dukun lengger menabalkan Dariah sebagai nama panggungnya. Ia pun kemudian hidup sebagai perempuan.
Menurut dia, pengalaman itu terjadi pada masa penjajahan Jepang menjelang kemerdekaan Indonesia (1944-1945). Kejayaan lengger bertahan hingga Gerakan 30 September 1965 meletus. Kala itu para seniman tradisional lengger, oleh Orde Baru, ditengarai dekat dengan komunis. Seniman lengger banyak ditangkap. Pada saat lengger dilarang, Dariah menjadi perias pengantin.
Kemaestroan Dariah diakui pemerintah. Pada 2011 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberinya anugerah kategori Maestro Seniman Tradisional. Namun, lebih dari itu, demi seni yang dicintainya, Sadam terus memilih hidup sebagai perempuan walau terlahir laki-laki. Pun hingga kini.
ARIS ANDRIANTO
Berita terkait
SMA Labschool Cibubur Selenggarakan Pentas Seni Cravier 2024 Usung Tema Peduli Lingkungan
39 hari lalu
Acara tahunan SMA Labschool Cibubur akan mengusung tema lingkungan dalam kacamata anak muda di Cravier 2024.
Baca SelengkapnyaButet Kartaredjasa Terintimidasi, Bagaimana Cara Mengurus Perizinan Pentas Seni?
7 Desember 2023
Butet Kartaredjasa menyebut bahwa pementasan seninya diintervensi oleh pihak kepolisian karena larangan menampilkan satir politik.
Baca SelengkapnyaHNW Apresiasi Usulan Pementasan Seni Budaya jelang Tahun Politik 2024
28 Juli 2023
Komunitas seni dan budaya, Sangkami mengusulkan pementasan seni dan budaya melibatkan para anggota MPR.
Baca SelengkapnyaAda Monas Week Saat Libur Lebaran 2023, Pengelola Siapkan 4 Toilet Bus Tambahan
25 April 2023
Rangkaian Monas Week menyuguhkan pertunjukan musik khas Idul Fitri serta Air Mancur Menari dan video mapping.
Baca Selengkapnya4 Acara Imlek yang Populer di Indonesia, Selalu Menarik Minat Wisatawan
21 Januari 2023
Acara-acara itu tak sekadar untuk membuat meriah Imlek, tapi memiliki makna di dalamnya.
Baca SelengkapnyaLibur Natal dan Tahun Baru, Ini Sederet Agenda Kesenian di Lereng Merapi
14 Desember 2022
Ada sejumlah agenda seni budaya yang akan kembali digelar di kawasan Kaliurang pada libur Natal dan Tahun Baru.
Baca SelengkapnyaDua Tahun Vakum, Seniman Kabupaten Bekasi Ramaikan Lebaran Yatim
3 September 2022
Gabungan seniman Kabupaten Bekasi kembali manggung untuk memeriahkan Lebaran Anak Yatim setelah dua tahun terhalang pandemi
Baca SelengkapnyaSiap-siap Disambut Tari Sri Kayun Saat Wisata ke Kulon Progo
23 Maret 2021
Tari Sri Kayun dan fragmen Suroloyo Wrehaspati dibawakan oleh seniman Kulon Progo dan pegawai pemerintah daerah sebagai penari pendukung.
Baca SelengkapnyaPertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi
20 Februari 2021
Omah Wulangreh menggelar pertunjukan seni dan budaya Pusaka Kita. Menampilkan musik gamelan Tari Legong Semaradana.
Baca SelengkapnyaProduksi Teater di Masa Pandemi, Apa Saja Tantangannya?
1 Desember 2020
Tentu ada beberapa tantangan saat memproduksi pentas teater. Salah satu kendala utamanya adalah mencari cara agar pentas tetap dapat roh.
Baca Selengkapnya