Memoles Dunia Abu-abu Tanpa Gender  

Reporter

Editor

Rabu, 1 Agustus 2012 20:34 WIB

Pameran tunggal seni rupa karya Iqi Qoror bertema "Family Gray Diary" di Bentara Budaya Yogyakarta, Sabtu (28/7) malam. TEMPO/Pito Agustin

Tempo, Yogyakarta-Sosok bersetelan jas hitam lengkap itu tengah duduk di atas sofa. Kepalanya yang pelontos membuat orang mempertanyakan jenis kelaminnya: laki-laki atau perempuan. Apalagi posisi duduknya yang merapatkan kedua paha sambil memiringkan kedua kaki mengingatkan orang pada adab duduk perempuan. Kedua tangan bertumpu di atas paha.

Lukisan bercat akrilik di atas kanvas itu diberi judul Reality Bite . Pelukisnya mahasiswa Pascasarjana Jurusan Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Iqi Qoror – yang samar jenis kelaminnya. Pada lukisan Pink Iron, pemuda kelahiran Surabaya pada 1984 itu kembali mempertanyakan status gender seseorang: maskulin atau feminin, melalui sebuah seterika. Sosok berkelamin samar itu tengah menggosok kain dengen seterika. Benda untuk melicinkan pakaian itu selama ini diakui sebagai alat kerja yang menunjuk kaum feminin sebagai pihak yang mempekerjakannya. Tapi di tangan Iqi, seterika menjadi alat kerja bagi kelamin apapun.

Begitu pun kritikan Iqi atas ketatnya kontruksi gender yang dibangun agar orang disebut perempuan dan laki-laki. Bisa dilihat pada karya lukis Saya Berkumis yang menggambarkan dua sosok berkepala pelontos. Satu sosok mengenakan pakaian atas dengan potongan leher bulat yang menggambarkan perempuan. Sosok lain mengenakan pakaian atas dengan potongan leher segitiga yang mencerminkan laki-laki. Kedua mulutnya masing-masing ditutup dengan sepotong kertas bergambar kumis. Sebuah pesan ingin disampaikan adalah tak ada salahnya perempuan berkumis karena manusia berkuasa atas dirinya sendiri.

Pesan serupa tersimpan dalam sebuah instalasi dari besi esser yang dibentuk menjadi tiga wajah yang dirangkai menjadi satu. Instalasi itu dibangun pada rangka jari-jari heksagonal yang menyerupai pintu berputar yang bisa digerakkan. Lewat penyatuan tiga wajah itu dalam “Sekat Dimensi”, Iqi ingin meleburkan identitas kelamin pada satu subyek.

“Semakin jelas, Iqi ingin menghadirkan dunia androgini yang ambigu. Dia menjadikan genderless sebagai latar belakang proses kreatifnya,” kata kurator, Hendra Himawan dalam pembukaan pameran karya Iqi “Family Gray Diary” di Bentara Budaya Yogyakarta, Sabtu (28/7) malam.

Iqi tak menampik. Dia mengaku ada kegerahan atas proses perwujudan jenis kelamin yang diterapkan di lingkungan keluarganya, yang notabene potret umum masyarakat luas. Bagaimana bayi lahir sudah tidak merdeka atas hak dirinya karena dibentuk menjadi perempuan dengan ditindik telinganya atau pun menjadi laki-laki dengan diberi mainan bola.“Ada pemaksaan identitas. Jadi saya membuat karya, bagaimana rasanya kalau dunia tanpa identitas gender,” kata Iqi kepada Tempo malam itu.

Lahir dari keluarga religius tak membuat Iqi terkekang. Bahkan karya soal gender sudah dua kali diketengahkan Iqi kepada publik. Pertama di Surabaya dengan pameran berjudul “Wood Mood” yang menceritakan soal dunia LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender). Kemudian “Family Gray Diary” yang merupakan bagian tugas akhir untuk meraih gelar magister seni yang mengangkat soal genderless. Perpaduan ayah asal Lampung dan ibu seorang Arab diakui Iqi cukup mendukung proses kreatifnya sebagai seniman.

“Tapi soal tema, keluarga tak tahu. Belum ada kritikan. Toh, kalau saya bilang dunia homo, mereka juga tidak tahu,” kata Iqi yang malam itu tampil dengan blazer dan celana ketat berkalung syal biru muda di lehernya.

Bagi Edi Sunaryo, dosen penguji tesis Iqi, tema dan karya yang diangkat Iqi adalah bentuk ide gila. Bahkan tak banyak mahasiswanya yang mempunyai keberanian mengangkat tema yang selalu menjadi perdebatan publik itu. Apalagi sebagai mahasiswa S2, karya seni yang dihasilkan mesti bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. “Ini bukan soal seksualitas, tapi kesetaraan gender. Bagaimana pun kami harus mengapresiasi imajinasi Iqi yang didorong oleh libido untuk berkarya,” kata Edi.

Musisi Djaduk Ferianto yang didaulat untuk membuka pameran itu menyempilkan kritik atas karya Iqi yang terlalu mengangkat budaya nge-pop. Padahal potret androgini itu sebenarnya juga sudah ada pada tokoh punakawan Semar yang ber-makeup, mengenakan anting, mempunyai puting susu, profesinya momong para pandawa, tapi dia bukan laki-laki maupun perempuan. Ruang imajinasi itu bentuk keliaran yang patut dipelihara. Tapi dunia seni Indonesia mestinya berpihak pada tanah air,” kata Djaduk.

PITO AGUSTIN RUDIANA




Berita terkait

Demonstran Pro-Palestina Rusak Lukisan Arthur Balfour, Tokoh Penyebab Bencana Palestina

54 hari lalu

Demonstran Pro-Palestina Rusak Lukisan Arthur Balfour, Tokoh Penyebab Bencana Palestina

Demonstran Aksi Palestina merusak lukisan Arthur Balfour, politikus Inggris yang pada 1917 berjanji memberikan rumah bagi Yahudi di Palestina

Baca Selengkapnya

Cerita Pameran Lukisan Barli di Bandung dan Pemalsuan Karyanya

25 Februari 2024

Cerita Pameran Lukisan Barli di Bandung dan Pemalsuan Karyanya

Menurut Rizky, pameran lukisan karya Barli juga untuk memberi kesempatan bagi orang untuk melihat karya aslinya.

Baca Selengkapnya

Ulang Tahun Perdana, Grey Art Gallery di Bandung Pajang Ratusan Karya Seni

9 Februari 2024

Ulang Tahun Perdana, Grey Art Gallery di Bandung Pajang Ratusan Karya Seni

Karya unik yang bisa dijumpai di Grey Art Gallery adalah Self Potrait by Van Gogh, 2022. Pembuatnya Abdi Setiawan, menggunakan potongan arang kayu.

Baca Selengkapnya

Ayurika Gelar Pameran Tunggal Lukisan Kaca Benggala di Bandung

14 Januari 2024

Ayurika Gelar Pameran Tunggal Lukisan Kaca Benggala di Bandung

Pada pameran tunggal kali ini, Ayurika lebih berfokus untuk menampilkan gambar wajah bercorak realis ekspresif.

Baca Selengkapnya

Akhir Pekan di Bandung, Dua Seniman Bali Gelar Pameran Tunggal

18 Desember 2023

Akhir Pekan di Bandung, Dua Seniman Bali Gelar Pameran Tunggal

Banyak seniman asal Bali menggelar pameran tunggal karya mereka di Bandung, dua di antaranya mengadakannya akhir tahun ini.

Baca Selengkapnya

Intip Hasil Lukisan di Motor Listrik Sergap 30.1 Trail E-Motocraft

27 Agustus 2023

Intip Hasil Lukisan di Motor Listrik Sergap 30.1 Trail E-Motocraft

Seorang seniman bernama Putu Bonus Sudiana mencoba tantangan baru dengan melukis di bodi motor listrik Sergap 30.1 Trail E-Motocraft.

Baca Selengkapnya

Karya-karya Fenomenal Pelukis Legendaris Djoko Pekik

14 Agustus 2023

Karya-karya Fenomenal Pelukis Legendaris Djoko Pekik

Djoko Pekik meninggal 12 Agustus 2023. Berikut beberapa karya fenomenalnya antara lain Berburu Celeng dan Sirkus Adu Badak.

Baca Selengkapnya

Pameran Lukisan Kelompok Flemish di Bandung Angkat Isu Lingkungan Bergaya Klasik

6 Agustus 2023

Pameran Lukisan Kelompok Flemish di Bandung Angkat Isu Lingkungan Bergaya Klasik

Pada pameran lukisan terbarunya kali ini, mereka melukis pemandangan alam bergaya naturalis dan realis seperti lanskap, sungai, dan hutan.

Baca Selengkapnya

Kelompok AbstraX dari ITB Pamerkan Lukisan Realis Hingga Abstrak di Galeri Lawangwangi

6 Agustus 2023

Kelompok AbstraX dari ITB Pamerkan Lukisan Realis Hingga Abstrak di Galeri Lawangwangi

Keragaman itu menunjukkan independensi masing-masing anggota kelompok AbstraX dalam percariannya tentang makna dan arti penting lukisan.

Baca Selengkapnya

Lanskap Batin Cipuk Lewat Lukisan Abstrak

7 Juli 2023

Lanskap Batin Cipuk Lewat Lukisan Abstrak

Cipuk mengaku lebih menyukai lukisan lanskap yang sepi yang membuatnya bisa berdialog dengan diri sendiri dan Sang Pencipta Alam.

Baca Selengkapnya