TEMPO.CO, Jakarta - Kebanyakan lelaki Jepang menyukai perempuan yang berpenampilan seperti remaja sekolah tingkat SMP atau SMA. Perempuan remaja yang mengenakan seragam sekolah mirip pelaut dengan rok model lipat-lipat, yang panjangnya 10 sentimeter di atas lutut, adalah pemandangan yang disukai lelaki Jepang. Karena itu, tak sedikit film anime Jepang yang menampilkan karakter remaja sekolah, seperti Kagome Higurashi di film Inuyasa atau Usagi Tsukino dalam serial Sailor Moon.
Kecenderungan menyukai remaja perempuan berseragam pelaut itu menjadikan inspirasi bagi produser Yasushi Akimoto, 56 tahun. Imut, remaja sekolah, dan musik pop. Itulah isu yang diusung Akimoto waktu membentuk idol group AKB48. Dan ternyata, formula Akimoto membuahkan hasil. AKB48 menjadi idola lelaki Jepang dan telah memiliki penggemar hingga 1,4 juta pria.
"Dengan formula yang sama, saya bisa menciptakan idol group di negara mana saja," ujar Akimoto dalam situs HubPages, 16 Juli 2011. "Dan pastinya akan sesukses AKB48."
Akimoto memang tak cuma sesumbar. Pemimpin Universitas Seni dan Desain Kyoto ini telah membuktikan ucapannya dengan merambah negara tetangga. Misalnya saja di Taiwan. Di sana, Akimoto membentuk Taiwan48 atau TPE48 pada 2011.
Setelah itu, ia mendatangi Indonesia dan menciptakan JKT48. Berdasarkan audisi pada 8-9 Oktober 2011, Akimoto memilih 28 remaja putri yang namanya dipublikasikan pada November 2011.
Berkonsep idola yang bisa ditemui di mana saja dan kapan pun, Akimoto meminta personel AKB48 yang terbagi tiga tim untuk naik panggung tiap hari. Di teater AKB48, di Akihabara, Tokyo, mereka berpentas dengan ribuan penonton lelaki.
Tapi, personel AKB48 tak cuma bernyanyi dan menari. Mereka juga diminta menyapa penggemarnya dari dekat. Karena itu, Akimoto meminta para remaja perempuan itu berdiri di depan pintu teater untuk melepas penggemar yang akan kembali ke rumah. Di situ, personel AKB48 akan ber-high fives dengan penggemarnya dan saling tegur sapa. Meski begitu, mereka dilarang pacaran.
