Dari Maestro hingga Seni Kinetik  

Reporter

Editor

Minggu, 29 Juli 2012 04:44 WIB

REUTERS/Paulo Whitaker

TEMPO.CO , Jakarta: Mobil sport Maserati GranCabrio warna gelap keluaran tahun lalu yang berada di depan pintu masuk Ballroom Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta, itu menyapa pengunjung Bazaar Art Jakarta 2012. Mobil mewah asal Italia itu berhadapan langsung dengan lima patung babi setinggi orang dewasa yang sedang menggotong upeti.

Maserati dan patung karya Adi Gunawan yang berjudul Upeti (Hadiah untuk Istana) yang terbuat dari bahan fiberglass warna perunggu itu menunjukkan dua hal berbeda yang ingin ditampilkan dalam pasar seni tahunan ini. Keduanya ingin menampilkan seni sebagai karya dan seni sebagai bagian dari gaya hidup masyarakat.

Saat pembukaan pameran pada 26 Juli lalu, bermunculan kaum sosialita Jakarta yang mengenakan baju desainer terkenal, gaun kaftan bertabur kristal, wangi parfum, dan sepatu berhak tinggi. Mereka tampak kontras dibanding para pencinta seni berambut gondrong yang memakai jins dan kaus.

Tapi, merekalah sasaran utama, karena acara ini memang cenderung untuk berjualan karya seni dan, "Lebih mengarah pada gaya hidup," kata Rizki A. Zaelani, kurator Mall Art untuk Public Art Project, bagian dari pasar seni yang digelar di seputar Pacific Place.

Karena itu pula, pengunjungnya kebanyakan berasal dari para kolektor muda. Namun, "Di pasar seni ini makin lebur antara kolektor kawakan sampai anak muda yang baru tahap mengagumi," kata Rizki.

Pameran ini menyajikan karya yang beragam, dari karya dua dimensi, seperti foto dan grafiti, hingga tiga dimensi, seperti patung serta instalasi. Dengan tema "Celebrating Indonesian Heritage" sebagai payung besarnya, pameran ini menampilkan berbagai karya yang dikelompokkan dalam sembilan bagian, yakni fotografi fashion, seni Islami, seni Jepang, modernisme, OK.VIDEO, pusaka Iwan Tirta, ruang rupa, wayang dalam seni, dan seni kinetik. Ada 20 galeri yang berpartisipasi kali ini, antara lain Edwin Gallery, Andi Gallery, Zola Zolu Gallery, Langgeng Gallery, dan Vanessa Art Link.

Seni kinetik merupakan bagian baru tahun ini dan belum banyak diangkat dalam wacana seni rupa Indonesia. Seni kinetik merupakan gabungan antara bentuk tiga dimensi dan prinsip mekanika. Bentuk seni rupa ini menggunakan dasar patung atau ensambel dari materi kayu, akrilik dan logam, yang diberi mesin untuk menggerakkan bagian tertentu, sesuai dengan konsep senimannya. Seni jenis ini masih jarang dibicarakan dan dipamerkan. Kehadiran karya-karya jenis ini menjadi sarana untuk mengenalkannya lebih jauh kepada khalayak dan menguatkan eksistensinya.

Edwin Gallery, penyelenggara pameran seni kinetik, menampilkan Dragon Frrry karya Septian Harriyoga dan Myths Chariot karya Bob Potts. Tampil pula karya Edwin Rahardjo, Bagus Pandega, dan Rudi Hendriatno.

Menurut Aminuddin T.H. Siregar, kurator pameran seni kinetik, karya seni ini membuka sensibilitas terhadap pengalaman baru akan ruang, irama akibat gerak berulang, struktur, dinamika, dan estetika yang tidak ditemukan pada lukisan atau patung. "Kita dihadapkan pada situasi baru yang merangsang seluruh saraf motorik," katanya.

Setiap peserta pameran menampilkan karya unggulannya. Sotheby's, satu-satunya balai lelang yang ikut serta, menampilkan beberapa karya terkenal, misalnya lukisan cat minyak Lee Man Fong yang berjudul Weaver, yang dinilai seharga US$ 64-89 ribu atau hampir Rp 850 juta.

Di beberapa galeri terdapat karya-karya para maestro seni rupa Indonesia yang belakangan ini sempat diributkan karena kasus pemalsuan, misalnya S. Sudjojono, Hendra Gunawan, dan Affandi. Namun, harga karya mereka tampak masih tinggi. Lukisan cat minyak Perahu Kalimantan di Kalibaru karya S. Sudjojono, misalnya, harganya ditawarkan US$ 115 ribu atau Rp 1 miliar lebih. Lukisan Bermain Judi karya Hendra Gunawan dihargai Rp 1,8 miliar lebih. Ada pula lukisan Affandi yang berjudul Ginza dihargai sekitar Rp 2,2 miliar.

Beberapa lukisan karya Richard Wrinkler, pelukis asal Swedia yang kini bermukim di Bali, juga ditampilkan. Lukisannya khas menampilkan deformasi bentuk wanita menjadi gemuk, tapi dengan elemen lanskap yang mengingatkan kita pada lukisan Walter Spies. Salah satu lukisannya, Red Morning, dihargai Rp 900 juta oleh galeri Zola Zolu Gallery.

Seniman yang pernah menyemarakkan dinamika seni Kota Bandung pada 1950-an kembali tampil dalam bagian spesial modernisme, seperti A.D. Pirous, Mochtar Apin, But Muchtar, Rita Widagdo, Popo Iskandar, Sunaryo, dan Nyoman Nuarta. Dua bagian khusus lain mengambil tema wayang sebagai inti gagasan dalam berbagai format dan media.

Pasar seni ini diselenggarakan hanya dalam empat hari, 26-29 Juli 2012, tapi tampaknya tetap akan mengeruk keuntungan besar. Tahun lalu, misalnya, omzet penjualan pasar seni ini mencapai Rp 22 miliar. Dedy Koswara, Head of Marketing Majalah Bazaar Indonesia--penyelenggaranya--mengatakan, pada pasar seni pertama pada 2009, angka penjualan mencapai Rp 12 miliar, dan naik pada tahun kedua menjadi Rp 18 miliar.

EVIETA FADJAR

Berita terkait

Demonstran Pro-Palestina Rusak Lukisan Arthur Balfour, Tokoh Penyebab Bencana Palestina

54 hari lalu

Demonstran Pro-Palestina Rusak Lukisan Arthur Balfour, Tokoh Penyebab Bencana Palestina

Demonstran Aksi Palestina merusak lukisan Arthur Balfour, politikus Inggris yang pada 1917 berjanji memberikan rumah bagi Yahudi di Palestina

Baca Selengkapnya

Cerita Pameran Lukisan Barli di Bandung dan Pemalsuan Karyanya

25 Februari 2024

Cerita Pameran Lukisan Barli di Bandung dan Pemalsuan Karyanya

Menurut Rizky, pameran lukisan karya Barli juga untuk memberi kesempatan bagi orang untuk melihat karya aslinya.

Baca Selengkapnya

Ulang Tahun Perdana, Grey Art Gallery di Bandung Pajang Ratusan Karya Seni

9 Februari 2024

Ulang Tahun Perdana, Grey Art Gallery di Bandung Pajang Ratusan Karya Seni

Karya unik yang bisa dijumpai di Grey Art Gallery adalah Self Potrait by Van Gogh, 2022. Pembuatnya Abdi Setiawan, menggunakan potongan arang kayu.

Baca Selengkapnya

Ayurika Gelar Pameran Tunggal Lukisan Kaca Benggala di Bandung

14 Januari 2024

Ayurika Gelar Pameran Tunggal Lukisan Kaca Benggala di Bandung

Pada pameran tunggal kali ini, Ayurika lebih berfokus untuk menampilkan gambar wajah bercorak realis ekspresif.

Baca Selengkapnya

Akhir Pekan di Bandung, Dua Seniman Bali Gelar Pameran Tunggal

18 Desember 2023

Akhir Pekan di Bandung, Dua Seniman Bali Gelar Pameran Tunggal

Banyak seniman asal Bali menggelar pameran tunggal karya mereka di Bandung, dua di antaranya mengadakannya akhir tahun ini.

Baca Selengkapnya

Intip Hasil Lukisan di Motor Listrik Sergap 30.1 Trail E-Motocraft

27 Agustus 2023

Intip Hasil Lukisan di Motor Listrik Sergap 30.1 Trail E-Motocraft

Seorang seniman bernama Putu Bonus Sudiana mencoba tantangan baru dengan melukis di bodi motor listrik Sergap 30.1 Trail E-Motocraft.

Baca Selengkapnya

Karya-karya Fenomenal Pelukis Legendaris Djoko Pekik

14 Agustus 2023

Karya-karya Fenomenal Pelukis Legendaris Djoko Pekik

Djoko Pekik meninggal 12 Agustus 2023. Berikut beberapa karya fenomenalnya antara lain Berburu Celeng dan Sirkus Adu Badak.

Baca Selengkapnya

Pameran Lukisan Kelompok Flemish di Bandung Angkat Isu Lingkungan Bergaya Klasik

6 Agustus 2023

Pameran Lukisan Kelompok Flemish di Bandung Angkat Isu Lingkungan Bergaya Klasik

Pada pameran lukisan terbarunya kali ini, mereka melukis pemandangan alam bergaya naturalis dan realis seperti lanskap, sungai, dan hutan.

Baca Selengkapnya

Kelompok AbstraX dari ITB Pamerkan Lukisan Realis Hingga Abstrak di Galeri Lawangwangi

6 Agustus 2023

Kelompok AbstraX dari ITB Pamerkan Lukisan Realis Hingga Abstrak di Galeri Lawangwangi

Keragaman itu menunjukkan independensi masing-masing anggota kelompok AbstraX dalam percariannya tentang makna dan arti penting lukisan.

Baca Selengkapnya

Lanskap Batin Cipuk Lewat Lukisan Abstrak

7 Juli 2023

Lanskap Batin Cipuk Lewat Lukisan Abstrak

Cipuk mengaku lebih menyukai lukisan lanskap yang sepi yang membuatnya bisa berdialog dengan diri sendiri dan Sang Pencipta Alam.

Baca Selengkapnya