TEMPO.CO, Jakarta - Nama dr. Oei Hong Djien mengguncang dunia seni Indonesia. Museum seninya di Magelang ternyata menyajikan banyak lukisan Sudjojono, Hendra Gunawan, dan Soedibio, yang diduga palsu. Sejumlah kalangan penikmat seni, juga ahli waris para pelukis mengkritiknya. Laporan utama Tempo edisi 25 Juni 2012 berjudul "Lukisan Palsu Sang Maestro" mengungkap itu.
Siapa sebenarnya Oei Hong Djien? Lelaki 73 tahun itu dikenal sebagai "raksasa" seni rupa Indonesia. Koleksinya lebih dari 2.000 buah, yang jika ditaksir nilainya mencapai ratusan miliar rupiah. Sudah jadi rahasia umum jika ia juga dikenal sebagai "sinterklas" yang gemar mengangkat perupa muda Yogyakarta menjadi perupa sukses. Ia bahkan dijuluki The Godfather perupa kontemporer Indonesia.
Dr. Oei tampak kukuh menerima terpaan. "Setiap hari saya selalu pandang terus-menerus koleksi saya. Saya makin yakin. Bila ada yang menuntut menurunkan, harus ada bukti sangat kuat," katanya. (Baca: Model Telanjang Lukisan Sudjono Memprotes Oei Hong).
Oei Hong Djien lahir dari keluarga pengusaha tembakau. Meski lulus sebagai dokter dari Universitas Indonesia dan mengambil spesialisasi patologi anatomi di Katholieke Universiteit Nijmegen, Belanda, Oei memilih menjadi grader (penguji kualitas tembakau) di PT Djarum. Dia dibesarkan di Semarang, Bandung, dan Jakarta. Oei tumbuh dan akrab di rumah yang selalu penuh lukisan, terutama saat dia berdiam di rumah sepupunya di Bandung, Oei Sian Yok, kritikus seni di mingguan Star Weekly.
Oei menjadi fenomena karena ia aktif menularkan hobinya mengoleksi karya seni kepada rekan-rekan bisnisnya, para pedagang tembakau. "Semula mereka cuma datang untuk dagang. Tapi, karena sering melihat lukisan di rumah saya, mereka akhirnya tertarik juga," kata Oei. Bahkan dia mampu menyebarkan hobinya kepada pengusaha-pengusaha papan atas, seperti Sunarjo Sampoerna, putra taipan Boedi Sampoerna. Ia menjadi salah satu kolektor panutan paling terhormat dan berpengaruh di Asia.
Oei sebetulnya hendak memberi kejutan. Di museumnya, ia memamerkan karya Sudjojono, Hendra Gunawan, dan Soedibio, yang selama ini jarang diketahui publik. Oei yakin masih banyak karya para maestro Indonesia yang tersembunyi. "Seorang kolektor harus memiliki visi mencari. Justru itu sumbangannya untuk sejarah seni rupa," katanya.
Yang jadi persoalan adalah seorang kolektor tak hanya harus mencari, tapi juga memastikan bahwa barang yang dibeli memang asli. Apalagi jika lukisan itu berniat dipamerkan ke publik, maka sang kolektor (dan kurator) dibebani tanggung jawab luar biasa. Saat membeli, Oei bertumpu pada mata dan perasaannya sendiri untuk memastikan keaslian lukisan tanpa bantuan ahli lain. Bahkan, untuk membuka museum yang tiketnya dijual seharga Rp 100 ribu per kepala kepada masyarakat umum tersebut Oei menulis sendiri buku tentang apa yang ada dalam museum barunya itu tanpa melibatkan kurator atau sumber lain.
Untuk memastikan keaslian lukisan tersebut, ia khusus bertanya kepada sahabat tepercayanya di Temanggung, pelukis Kwee In Tjiong, 74 tahun. In Tjiong adalah murid Sudjojono yang juga dikenal sebagai pedagang tembakau.
"Menurut In Tjiong asli," kata Oei. Tempo berusaha mengecek kepada Intjong, tapi dia tampak menghindar. Saat ditelepon, belum-belum ia mengatakan, "Saya tidak tahu lukisan palsu."
TIM TEMPO
Berita Terpopuler Lainnya
Diduga Palsu, Koleksi Lukisan Oei Hong Bikin Geger
Lukisan-lukisan Palsu yang Bikin Geger Indonesia
Siapa Bos Tembakau yang Diguncang Lukisan Palsu
Model Telanjang Lukisan Sudjono Memprotes Oei Hong
Paul Coelho Komentari Laskar Pelangi
10 Artis Termahal versi Forbes
MUI: Menyakitkan Sekali, Kitab Suci Kok Dikorupsi
Pengikut Triomacan2000 Lampaui Benny_israel
Berita terkait
Demonstran Pro-Palestina Rusak Lukisan Arthur Balfour, Tokoh Penyebab Bencana Palestina
54 hari lalu
Demonstran Aksi Palestina merusak lukisan Arthur Balfour, politikus Inggris yang pada 1917 berjanji memberikan rumah bagi Yahudi di Palestina
Baca SelengkapnyaCerita Pameran Lukisan Barli di Bandung dan Pemalsuan Karyanya
25 Februari 2024
Menurut Rizky, pameran lukisan karya Barli juga untuk memberi kesempatan bagi orang untuk melihat karya aslinya.
Baca SelengkapnyaUlang Tahun Perdana, Grey Art Gallery di Bandung Pajang Ratusan Karya Seni
9 Februari 2024
Karya unik yang bisa dijumpai di Grey Art Gallery adalah Self Potrait by Van Gogh, 2022. Pembuatnya Abdi Setiawan, menggunakan potongan arang kayu.
Baca SelengkapnyaAyurika Gelar Pameran Tunggal Lukisan Kaca Benggala di Bandung
14 Januari 2024
Pada pameran tunggal kali ini, Ayurika lebih berfokus untuk menampilkan gambar wajah bercorak realis ekspresif.
Baca SelengkapnyaAkhir Pekan di Bandung, Dua Seniman Bali Gelar Pameran Tunggal
18 Desember 2023
Banyak seniman asal Bali menggelar pameran tunggal karya mereka di Bandung, dua di antaranya mengadakannya akhir tahun ini.
Baca SelengkapnyaIntip Hasil Lukisan di Motor Listrik Sergap 30.1 Trail E-Motocraft
27 Agustus 2023
Seorang seniman bernama Putu Bonus Sudiana mencoba tantangan baru dengan melukis di bodi motor listrik Sergap 30.1 Trail E-Motocraft.
Baca SelengkapnyaKarya-karya Fenomenal Pelukis Legendaris Djoko Pekik
14 Agustus 2023
Djoko Pekik meninggal 12 Agustus 2023. Berikut beberapa karya fenomenalnya antara lain Berburu Celeng dan Sirkus Adu Badak.
Baca SelengkapnyaPameran Lukisan Kelompok Flemish di Bandung Angkat Isu Lingkungan Bergaya Klasik
6 Agustus 2023
Pada pameran lukisan terbarunya kali ini, mereka melukis pemandangan alam bergaya naturalis dan realis seperti lanskap, sungai, dan hutan.
Baca SelengkapnyaKelompok AbstraX dari ITB Pamerkan Lukisan Realis Hingga Abstrak di Galeri Lawangwangi
6 Agustus 2023
Keragaman itu menunjukkan independensi masing-masing anggota kelompok AbstraX dalam percariannya tentang makna dan arti penting lukisan.
Baca SelengkapnyaLanskap Batin Cipuk Lewat Lukisan Abstrak
7 Juli 2023
Cipuk mengaku lebih menyukai lukisan lanskap yang sepi yang membuatnya bisa berdialog dengan diri sendiri dan Sang Pencipta Alam.
Baca Selengkapnya