Monolog di Tepi Ciliwung  

Reporter

Editor

Sabtu, 16 Juli 2011 08:47 WIB

Afrizal Malna. ANTARA/Rosa Panggabean

TEMPO Interaktif, Jakarta - “Ah, ada segelas kopi. Apa susahnya menggambar segelas kopi. Aku pun tidak bisa melukis batu ini, apa susahnya? Padahal, aku putri seorang pelukis. Apa bedanya dengan penyair? Toh, kita sudah berada dalam bingkai ini.”

Akidah Gauzillah asal Jakarta berceloteh sendiri. Ia berbicara kepada udara dan ruang di kawasan Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat, yang terbuka. Sambil menggenggam buku gambar dan sebatang pensil kayu, Akidah 'bergerilya' mencari obyek yang hendak digambarnya.

Pertunjukan sederhana Akidah itu merupakan bagian dari rangkaian “Festival Monolog 4” yang digelar Federasi Teater Indonesia sepanjang 11-15 Juli lalu. Festival itu memfokuskan pada penyatuan seorang aktor dengan konsep monolognya yang diapresiasikan di ruang publik.

Akidah, penulis cerita pendek, mencoba mengurai lukisan dengan gaya bersyair. Ia seorang penyair yang ingin menggapai kepiawaian sang ayah yang pelukis. Perempuan ini pun menunjuk Taman Suropati sebagai bingkai lukisannya. Dengan alunan cello yang lirih, ia kembali berusaha menggurat sepeda. “Sepeda kelihatannya mudah. Di sini roda, lalu ini tempat duduknya. Lho, kok jadi abstrak lagi? Tapi, taman ini realis, aku juga realis,” tuturnya.

Sementara itu, di tepian Sungai Ciliwung, Jakarta Timur, Anwari--peserta dari Surabaya, Jawa Timur--tampil cukup menarik. Dalam monolognya siang itu, Anwari datang dengan sebuah konsep tentang kekerasan terhadap anak. Aktivis seni yang tergabung dalam Teater Sendratasik Universitas Negeri Surabaya itu tertarik pada hak anak dari orang tuanya. “Sejak kecil orang tua banyak yang memaksakan profesi pada anak,” ujarnya.

Dalam monolognya, Anwari menampilkan dirinya sebagai pribadi yang setengah gila. Bapaknya bajingan dan sang ibu mati mengenaskan. Dalam lakon itu, Anwari menggenggam sebentuk guci kecil sebagai perumpamaan tempat abu sang ibu bersemayam. Dari segi penjiwaan, gerak tubuh, dan mimik, Anwari memang terlihat lebih total. Menurut Anwari, konsep pertunjukan monolognya itu berangkat dari pengalaman pribadinya. “Saya dibesarkan oleh keluarga yang ketat akan tekanan,” katanya.

Selain Taman Suropati dan Sungai Ciliwung, para peserta menggelar pertunjukan di berbagai ruang publik di Jakarta. Big Dedy, misalnya, bermonolog di halte Ratu Plaza, Jakarta Selatan, yang mendapat sambutan baik; Olive di Blok M, Jakarta Selatan; Triono Umar memilih di Universitas Bung Karno, Jakarta Pusat; dan M. Ikhsan beraksi di Kwitang, Jakarta Pusat.

Setiap ruang publik yang dijadikan tempat bermonolog merupakan pilihan bebas dari para aktor. Seperti Akidah, yang memilih Taman Suropati, dengan harapan taman itu bisa menjadi bingkai lukisan pada konsep monolognya. Begitu juga Anwari yang menjatuhkan pilihan pada Sungai Ciliwung. Ia berusaha menyuguhkan konsep lakonnya sebagai anak yang ditemukan di bantaran Sungai Ciliwung. Anwari percaya setiap orang akan kembali lagi ke asal mula tempat ia ditemukan.

Tantangan ruang publik menjadi tolok ukur penilaian tersendiri bagi salah satu juri festival, Afrizal Malna. Bersama dua juri lainnya, yakni Budi Ros (aktor dan sutradara) serta Yusef Muldiyana (aktor), pengamat teater ini mencari spontanitas dan kecenderungan terbukanya dialog oleh para peserta.

Afrizal menyatakan bahwa dari festival ini, ia juga bisa mengukur pemahaman para peserta akan pertunjukan monolog. “Masih banyak peserta yang memahami monolog sebagai sebuah drama,” katanya. “Padahal, seorang aktor monolog mestinya hadir dengan lebih memberi ruang kepada dirinya, melebihi sekadar dramanya.”

AGUSLIA HIDAYAH

Berita terkait

Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

16 Oktober 2023

Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

Pewarisan seni longser melalui pelatihan, residensi atau pemagangan, dan pertunjukan di ruang publik dilakukan setiap tahun.

Baca Selengkapnya

Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

4 September 2023

Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

Longser termasuk seni pertunjukan dalam daftar warisan budaya tak benda dari Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

30 Agustus 2023

Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

Marcella Zalianty saat ini sedang mempersiapkan pertunjukan teater kolosal

Baca Selengkapnya

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

4 Oktober 2022

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

Puncak apresiasi FTJ diniatkan sebagai etalase yang memperlihatkan capaian pembinaan teater Jakarta pada tahun berjalan.

Baca Selengkapnya

Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

18 Juni 2022

Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

Direktur Kreatif Indonesia Kita, Agus Noor berharap pertunjukan Indonesia Kita ke-36 ini bisa memulihkan situasi pertunjukan seni di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

15 April 2022

Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

Teater Rumah Mata menggelar pertunjukan Shiraath untuk mengisi ngabuburit di sejumlah tempat di Kota Medan.

Baca Selengkapnya

Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret 2021

Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret menjadi Hari Teater Sedunia. Indonesia pun punya beragam pertunjukan teater rakyat seperti wayang orang, lenong, longser, hingga ketoprak.

Baca Selengkapnya

27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

27 Maret 2021

27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

Dulunya Teater merupakan hiburan paling populer di Yunani, pada 27 Maret, 60 tahun lalu Institut Teater Internasional menggagas Hari Teater Sedunia.

Baca Selengkapnya

Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

18 Maret 2021

Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

Festival Teater Tubuh berlangsung mulai Selasa sampai Sabtu, 16 - 20 Maret 2021. Festival ini merupakan silaturahmi tubuh kita dalam pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Akhir Pekan Ini Pertunjukan Teater Sie Jin Kwie Tayang di YouTube

3 Juli 2020

Akhir Pekan Ini Pertunjukan Teater Sie Jin Kwie Tayang di YouTube

Pementasan Sie Jin Kwie pada 2010 lalu di Graha Bhakti Budaya, Jakarta, kini bisa disaksikan kembali pada 4 - 5 Juli di kanal YouTube Indonesia Kaya.

Baca Selengkapnya