TEMPO Interaktif, Jakarta -
Judul: Kentut
Durasi: 90 menit
Genre: Drama komedi
Pemain: Deddy Mizwar, Ira Wibowo, Keke Soeryo, Cok Simbara, Iis Dahlia, Rahman Yakob, Hengky Tornando, Anwar Fuadi
Sutradara/Skenario: Aria Kusumadewa
------
Manakala hidung kita mengisap bebauan ini sengaja ataupun tidak, seketika tubuh kita akan menjauh. Ya, kentut memang sesuatu yang tak sedap. Tapi, dalam film terbaru garapan Aria Kusumadewa, kentut mendadak menjadi idola. Kehadirannya amat ditunggu-tunggu.
Berjudul Kentut, film ini dibintangi oleh aktor gaek Deddy Mizwar dan Ira Wibowo. Aria, yang dikenal sebagai sutradara indie, mengangkat kisah yang lain dibanding karya filmnya terdahulu. Kali ini, film komedilah yang ia buat.
Film ini berkisah tentang ajang pemilihan bupati di Kabupaten Kuncup Mekar dengan segala macam intrik di dalamnya. Patiwa, salah satu kandidat bupati yang diperankan oleh Keke Soeryo, harus menjalani operasi medis akibat dada kanannya tertembak saat berkampanye.
Perawatan medis segera disiapkan tim kampanye untuk kandidat ini. Irma (Ira Wibowo), anggota tim sukses kampanye Patiwa yang cantik dan cerdas, selalu menuntut fasilitas nomor wahid. Permintaannya yang berulang-ulang ini sering kali menimbulkan konflik dengan pihak rumah sakit.
Kejadian itu dimanfaatkan oleh kandidat lawan, Jasmera, yang diperankan oleh Deddy Mizwar. Dengan atribut serba merah, ia menggandeng biduan dangdut Delarosa (Iis Dahlia). Pasangan ini selalu tampil berapi-api dan meneriakkan slogan anti-kemunafikan. Program-program kampanyenya cenderung nyeleneh, kontroversial, dan selalu berseberangan dengan program Patiwa.
Berbagai cara kampanye dan sosialisasi program inilah yang sebenarnya menimbulkan tawa. Kita seperti disuguhi lelucon yang sebetulnya sering terjadi di setiap pemilihan kepala daerah di mana pun.
Ketika waktu pemilihan semakin dekat, Patiwa tak kunjung sadarkan diri. Satu-satunya yang dapat membuat lelaki itu sembuh adalah bila ia bisa buang angin alias kentut. Semua orang pun harap-harap cemas menunggu Patiwa kentut.
Kentut, yang semula dianggap remeh, seketika menjadi persoalan penting dan melibatkan banyak pihak. Pemuka agama dan kepercayaan berbondong-bondong mendatangi rumah sakit tempat Patiwa dirawat. Bergantian mereka berdoa di depan kamar rawat. Irma tak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk tetap menggalang massa.
Jasmera memanfaatkan situasi ini. Nah, untuk memperlambat keluarnya kentut Patiwa, pihaknya menyewa bantuan paranormal. Semua ini dilakukan agar Patiwa dinyatakan berhalangan tetap sehingga tak dapat mengikuti putaran kedua.
Kentut adalah film satire yang kental dengan paradoks. Aria mengemasnya dengan sangat komunikatif. Ia juga tak semata-mata memberikan penjelasan yang gamblang kepada penonton. "Penonton kita cerdas. Tak semuanya harus disuapi dengan jalan cerita yang gamblang dan menggurui," ujarnya.
Dibanding karya film sebelumnya, seperti Beth ataupun Identitas, film ini lebih lugas. "Awalnya saya enggak niat bikin komedi. Saya niatnya membuat film sebagai representasi dari apa yang saya lihat setiap hari di sekitar saya," ujar Aria.
Jejak-jejak komedi sangat terlihat jelas di film ini. Kehadiran Deddy Mizwar, misalnya, ia terstigmatisasi sebagai aktor komedian setelah sukses berperan dalam Nagabonar. Ya, itu tak bisa dipungkiri.
"Tokoh Jasmera sebenarnya tidak melucu. Dia hanya orang yang mempunyai statement terbuka, bahasanya anti-kemunafikan," kata Aria.
Peran Ira Wibowo sebagai Irma tak kalah menarik. Ia berhasil menjadi wanita cerdas, cantik, yang juga penuntut. "Saya menuntut detail kepada pemain. Ira sangat dedikatif. Ini film produksi, tapi pola persiapannya seperti film indie," ujarnya.
Namun, ada satu adegan kecil yang sedikit mengganggu. Meskipun hanya muncul sekejap, kehadiran iklan sponsor di film ini terlihat sangat vulgar. Ini disadari Aria memang sangat mengganggu. Tapi, tim produksi sebisa mungkin tak mengganggu jalan cerita film. "Agak enggak enak, tapi itu bagian dari film hingga selesai. Saya berharap penonton bisa wise bahwa itu adalah bagian dari kesedihan saya," ucapnya sambil tertawa.
Selain diputar di bioskop-bioskop, film ini akan dibahas di kampus-kampus di Pulau Jawa. "Ini pengabdian saya. Saya butuh feedback dari mereka," ujarnya.
Naskahnya, yang juga ditulis oleh Aria, memang tak dibikin melucu. Tapi, kita melihatnya sembari tertawa. Barangkali kita tak sadar apa yang terjadi di sekitar kita adalah lelucon satire yang patut ditertawakan.
Pada akhirnya, kentut menjadi idola....
ISMI WAHID