TEMPO Interaktif, Jakarta - "Kalaulah besar nanti, rumput jangan layu, tanah jangan lambang.” Seorang ibu dengan penuh kasih sayang menimang-nimang buah hatinya. Ia berharap sang bayi tumbuh sehat, cerdas, dan berakhlak mulia.
Sepenggal harapan sang ibu terlantun di antara subur tanah dan jernih air sungai yang mengalir di Sumpur Kudus, sebuah nagari di pedalaman Sumatera Barat. Di nagari nan permai itulah lahir seorang bayi yang kelak menjadi tokoh Muhammadiyah, Ahmad Syafi’i Ma'arif.
Sepanjang 1930-1950, Ma'arif muda, yang akrab dipanggil Pi’i, adalah seorang anak saudagar kampong yang disegani. Boleh dibilang, ia terlahir sebagai anak yang beruntung. Masa kanak-kanak Pi’i dilewati dengan indah bersama sepupunya, Zainal, Makdiah yang suka berantem, Husin sang penakut, dan Julai yang melankolis. "Geng kampong” ini mengurai masa-masa manis di Sekolah Rakjat Sumpur Kudus dengan penuh keceriaan dan kenakalan khas anak-anak.
Setelah sineas Hanung Bramantyo mengangkat kisah tokoh Muhammadiyah, Ahmad Dahlan, dalam Sang Pencerah, kini Damien Dematra membuat film Si Anak Kampoeng yang berkisah tentang sepenggal hidup Ahmad Syafi’i Ma'arif, Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah periode 2000-2005. Sebelumnya, Damien mengawali karyanya membuat sebuah film tentang kisah hidup Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, dalam Obama Anak Menteng.
Menurut Damien, Si Anak Kampoeng akan menjadi trilogi. Ceritanya agak mirip film Laskar Pelangi. "Maksudnya, film ini bercerita tentang perjuangan Buya Syafi’i Ma'arif semasa kecil, tentang perjuangan anak-anak seperti dalam Laskar Pelangi,” katanya.
Alkisah, Ma'arif cilik kehilangan ibunya sejak bayi. Sang ayah, Ma’rifah Rauf, terpukul. Ia kemudian menitipkan Pi’i kepada paman dan bibi, yang mengasuh sang jabang bayi layaknya anak kandung. Meski sang ayah menginginkan Pi’i menjadi penerusnya, garis nasib rupanya berkata lain. Onga Sanusi, seorang tokoh dan pengajar Muhammadiyah yang menjadi idola Pi'i, justru yakin bocah itu mampu melebihi induknya dengan pergi merantau dan menimba ilmu.
Di tengah alur cerita, Damien menyelipkan bumbu revolusi kecil yang berwujud pemberontakan masa kemerdekaan, yang memang tak disuguhkan secara dalam. Ini menjadi momentum untuk memunculkan polemik, yakni ketika tokoh Pi’i harus berjuang melanjutkan sekolah pada saat kondisi keuangan ayahnya kian sulit akibat anjloknya perekonomian pasca pemberontakan itu.
Boleh dibilang, penggarapan Damien terlihat lebih matang ketimbang debutnya dalam film Obama Anak Menteng. Dari segi penuturan visual, angle film tak monoton. Lokasi syuting di tengah alam yang indah menjadikan latar film ini lebih memanjakan mata. Namun, Damien agak mengabaikan unsur audio, yang membuat telinga cukup jengah oleh scoring music yang itu-itu lagi di tengah alur cerita yang berjalan lambat.
Seperti pada Obama, Damien membidik wajah-wajah segar sebagai tokoh sentral. Film yang diangkat dari novelnya ini menyuguhkan kualitas pendatang baru, Radith Syam, yang tentunya masih perlu diasah lagi. "Saya ingin memberi kesempatan bagi wajah baru untuk menjadi bintang,” katanya. "Radith terpilih karena memang kualitas aktingnya paling baik dari hasil saringan.”
Dalam memilih pemain Si Anak Kampoeng, Damien Dematra sangat hati-hati. Citra bersih para pemain dijaga, dari proses audisi hingga tes urine, yang menggandeng Badan Narkotika Nasional. Seleksi urine memang dilakukan sewaktu syuting. Jika terbukti positif mengonsumsi narkotik, pemain itu akan diberi kesempatan menyelesaikan film ini dulu. "Setelah syuting, baru diminta ikut rehabilitasi," ujar Damien.
Menurut Damien, sekuel Si Anak Kampoeng telah mulai masuk tahap rencana produksi. Para pemainnya sudah mengikuti workshop sejak enam bulan lalu. "Saya memang tidak mau tergesa-gesa karena ini bukan film instan," katanya. Rencananya, sekuelnya akan mengambil setting di Amerika Serikat, persis ketika Ma’arif menimba ilmu di sana.
AGUSLIA HIDAYAH
---------------------------
Judul: Si Anak Kampoeng
Genre: Drama
Sutradara: Damien Dematra
Produser: Fajar Riza Ul Haq, Damien Dematra
Pemain: Radith Syam, Pong Hardjatmo, Virda Anggraini, Ayu Azhari, Lucky Moniaga, Maya Ayu Permata Sari, Ingrid Widjanarko, Elmendy, Mohammad Firman, Ayu Gumay
Produksi: Maarif Production, Damien Dematra Production
----------------------------