TEMPO Interaktif, Surakarta - Jenasah musikolog dan komponis I Wayan Sadra akan dikremasi di krematorium Delingan, Karanganyar, Jum'at (15/4) siang. Sadra meninggal dunia di RS Dr Muwardi Surakarta, Kamis (14/4) sekitar pukul 00.05 WIB, dalam usia 57 tahun.
"Saya habis ikut rapat keluarga yang memutuskan beliau dikremasi lusa, sehabis waktu salat Jum'at," kata budayawan Halim HD, Kamis (14/4) dinihari.
Jenasah akan diberangkatkan dari rumah duka di kompleks Perumahan Subur Makmur, Ngringo, Surakarta menuju ke krematorium sekitar pukul 13.00 WIB. "Beliau orang baik yang selalu berbuat banyak buat orang lain," kata Halim, sahabat dekat Sadra.
Lelaki kelahiran Banjar Kaliungu, Kaja, Denpasar, Bali, 1 Agustus 1954 ini sempat opname tiga hari karena menderita stroke dan gangguan pencernaan akut. Saat ini jenasah masih berada di rumah sakit.
"Kawan-kawan berkumpul di rumah sakit, tak menyangka beliau wafat karena kemarin sudah membaik dan bisa tertawa-tawa di ruang ICU," kata Halim HD, budayawan dan sahabat dekat I Wayan Sadra, beberapa menit setelah Sadra menghembuskan nafas terakhir.
Menurut Halim, sudah sejak lama Sadra menderita gangguan pencernaan dan sempat beberapa kali kena stroke. "Apa hubungan stroke dan gangguan pencernaan yang beliau derita, saya tidak tahu," kata Halim. "Yang jelas jika pikirannya terlalu terforsir, dia kolaps dan pingsan."
Ahad (10/4) siang lalu, Sadra pingsan, kemudian dibawa ke rumah sakit. Malam harinya siuman dan kondisinya membaik. Sahabat dan koleganya yang menjenguk ke rumah sakit, malam itu merasa senang karena Sadra bisa membalas salam dan selalu tertawa. "Meskipun terbaring, malam itu dia terlihat sehat," kata Halim.
Hari berikutnya semakin membaik, hingga tiba-tiba ada kabar sang maestro wafat. "Saya sama sekali tak menduga beliau pergi selamanya," kata Halim sambil menahan suaranya yang serak menahan tangis.
Sadra dikenal sebagai seniman yang setia di jalur musik. Sejak kecil bisa bermain gamelan secara otodikdaktik. Pada usia 11 tahun, dia melatih kelompok gamelan di Puri Kendran, Gianyar Bali. Berlatar belakang pendidikan Sekolah Menengah Musik Konservatori Karawitan Spesialisasi Musik Tradisional Bali (1972). Melanjutkan kuliah di Jurusan Seni Rupa Lembaga Kesenian Jakarta namun tidak ia tamatkan. Pindah ke Solo dan kuliah pada jurusan Karawitan, Sekolah Tinggi Seni Indonesia (sekarang ISI), melanjutkan ke Program S-2 Penciptaan Seni di tempat yang sama.
Dalam situs www.tamanismailmarzuki.com, Sadra tercatat sebagai tokoh dan pengajar musik, terutama musik gamelan Bali di beberapa perguruan tinggi antara lain, STSI/ISI Surakarta, Institut Kesenian Jakarta (1975-1978), dan di Universitas Indonesia (1978-1980). Sejak tahun 1979, ia telah membuat musik untuk konser, musikalisasi, puisi, teater, ilustrasi untuk film kartun, iringan tari, seni instalasi dll.
Bergabung dengan grup Sardono W. Kusumo (1973-1974), mementaskan Dongeng dari Dirah, dan turut serta berkeliling Eropa bersama grup ini. Tahun 1988, menjadi pembicara dalam Pekan Komponis Nasional di Jakarta. Tahun 1989, ikut menghadiri California the Pacific Rim Festival. Tahun 1990, turut berpartisipasi dalam acara Composer to Composer di Telluride, Colorado, Amerika Serikat. Pernah diundang menjadi composer-residence di Dartmouth College, Hanover, New Hampshire, Amerika Serikat (1991) dan menjadi composer tamu Pan Festival Pacific di Wellington, Selandia Baru (1993).
Dari tahun 1990 sampai dengan sekarang beberapa karya musiknya diterbitkan dalam bentuk compact disc, antara lain oleh Broadcasting Music Incorporation (BMI), Prog Peak Composer Collective, American Gamelan Institut (AGI), Leonardo Journal Publication dan The Japan Foundation. Karyanya antara lain : Snow's Own Dream (1992), Interactions/New Music untuk Gamelan. Karya-karya tersebut disiarkan oleh beberapa radio di dalam dan diluar negeri, juga di pentaskan di beberapa negara.
Tahun 1991, Sadra memperoleh penghargaan New Horizon Award dari International Society for Art Science and Technology, Berkeley, California, Amerika Serikat. Sadra juga aktif menulis artikel, kritik musik di berbagai media massa.
DWIDJO U. MAKSUM