Mencari Pasangan dengan Menari

Reporter

Editor

Selasa, 29 Maret 2011 09:54 WIB

REUTERS/Radoslaw Kazmierczak/Agencja Gazeta

TEMPO Interaktif, Makassar -Tabuhan gendang menggema. Irama musik tradisional melantun, mengundang lima penari tampil di panggung. Mereka mengenakan kostum yang didominasi warna merah. Bajunya, yang disebut baju pokko, adalah baju adat Suku Mandar, Sulawesi Barat. Baju ini dipenuhi dengan berbagai aksesori khas, terutama tombi. Aksesori ini adalah kalung khusus untuk remaja, dengan juntaian berbentuk kepiting pada bagian depannya.


Para penari mengenakan baju pokko warna merah dengan alasan tertentu. Menurut Hijrahwati, salah satu penari, dalam adat Mandar, warna melambangkan status seseorang. Warna merah biasanya diperuntukkan bagi para gadis. Saat menikah, kaum perempuan mengenakan baju pokko berwarna hijau. Sedangkan bagi yang telah menikah, menggunakan warna putih, biru, atau hitam.


Penari yang telah memasuki panggung, mengambil posisi membelakangi penonton. Posisi membelakangi penonton dalam tari tradisional ini menggambarkan perempuan Suku Mandar yang pemalu. Selanjutnya mereka menari dalam gerakan lemah gemulai. Sedangkan gerakan kaki seirama dengan pukulan gendang.


Hijrahwati, yang berada pada posisi paling depan formasi tarian ini, sedikit demi sedikit mulai menampakkan wajahnya kepada penonton dengan membalikkan badan. Anting-anting dali--sebutan anting-anting khas Mandar--yang dikenakan para penari terlihat ikut bergoyang-goyang.


Gerakan awal dalam tarian tarian yang diadopsi dari tari etnik Mandar ini dimaksudkan untuk memperlihatkan keindahan baju adat dan aksesori yang dikenakan para gadis tersebut. Meski pakaian adat yang dikenakan bukan “salaka” atau bukan asli dengan kualitas nomor satu, hal itu tak mengurangi keindahan penampilan mereka di hadapan penonton. Tarian ini ditampilkan dalam gelar karya calon anggota baru Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Universitas Negeri Makassar, di Auditorium Amanagappa, pekan lalu.

Advertising
Advertising


Lima gadis di panggung terus menari. Kali ini diselingi dengan gerakan kipas di tangan kanan mereka. Gerakan kipas mengikuti irama calong, alat musik pukul yang terbuat dari bambu. Bentuknya mirip calung, alat musik tradisional dari Sunda. Bunyi calong ditingkahi suara dari gero-gero, alat musik yang terbuat dari batok kelapa. “Musik inilah yang paling berpengaruh dalam gerakan tarian kami,” ujar Hijrahwati, yang juga penggarap tarian tersebut.


Selain kipas, properti lainnya yang digunakan penari adalah selendang putih bergaris merah di bagian pinggirnya. Saat kipas dan selendang mengembang, posis penari terbagi dua. Tiga pemegang selendang dalam posisi berdiri, dan dua pemegang kipas duduk di depan. Kedua properti ini merupakan aksesori tambahan, tapi Hijrahwati memadukannya dalam tarian etnik Mandar yang telah dikreasikan.


“Sebab, tarian asli membutuhkan waktu pementasan berjam-jam. Sedangkan tampilan kami ini hanya memakan waktu sekitar 10 menit,” kata mahasiswa kelahiran 16 Februari 1991 ini. Tapi makna dalam tarian asli tetap dipertahankan.


Di tengah pertunjukan, lagu Tenggang Tenggang Lopi pun mengalun. Gerakan penari makin cepat mengikuti irama lagu. “Kami berdendang, menceritakan kebahagiaan kami menemukan pasangan setelah memperlihatkan keanggunan dan kebolehan kami,” kata Hijrahwati, mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Sendratasik Universitas Negeri Makassar.
KAMILIA


Strata Sosial dalam Tari

Seni gerak tradisional atau tari dalam bahasa Mandar disebut Tudduq. Penarinya disebut Pattudduq. Pada zaman kerajaan di Mandar, pattudduq digolongkan atas tiga macam menurut stratifikasi pelaku dan kebutuhannya.


Pertama, Pattudduq anak pattola paying, yang dilakonkan oleh bangsawan penuh. Kedua, Pattuqduq anak pattola tau pia, oleh keturunan adat, yang dipertunjukkan dalam upacara kerajaan. Ketiga, Pattuqduq tau biasa, atau orang umum, yang dipertunjukkan jika sewaktu-waktu ada acara raja dan anggota adat sebagai hiburan rakyat.


Jenis tari tradisional ini misalnya Sarwadang, Kumabaq, Cakkuriri, Palappaq, Losa-losa, Sawawar, Sore, dan Dego. Saat ini, ada beberapa tarian atau tudduq tradisional yang dimodernkan, seperti tari Tomassengaq, Pahlawan, Beruq-beruq to Kandemeng, Layang-layang, Tenggang Tenggang Lopi, Parri-Parriqdiq, Toaja.
KAMILIA | BERBAGAI SUMBER

Berita terkait

Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

29 April 2018

Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

Seniman dan penggiat tari di Jawa Barat merayakan Hari Tari Sedunia di Bandung.

Baca Selengkapnya

Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

28 Oktober 2017

Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

Tari Sonteng dari Jawa Barat memikat hati para diplomat Ekuador yang tergabung dalam Asosiasi Pasangan Diplomat Ekuador.

Baca Selengkapnya

Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

7 September 2017

Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

Eko Supriyanto akan mementaskan tari Cry Jailolo pada pembukaan pagelaran Solo International Performing Art (SIPA) di Benteng Vastenburg, Surakarta.

Baca Selengkapnya

Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

30 Agustus 2017

Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

Dance Meet Up (JDMU) #2 merupakan ajang pertemuan para komunitas tari dari berbagai genre di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

25 Agustus 2017

Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

Penari balet Marlupi Dance Academy (MDA) berhasil meraih 7 medali di dalam ajang Asian Grand Pix 2017 yang diselenggarakan di Hong Kong.

Baca Selengkapnya

Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

11 Juli 2017

Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

Gala Balet akan menampilkan kolaborasi penari difabel dari Australia, Prancis, Korea Selatan dan Italia.

Baca Selengkapnya

Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

16 Mei 2017

Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

Berbeda dari kebanyakan anak-anak lain yang terkena paparan bom atom, Sadako bertahan hidup bahkan layaknya manusia normal.

Baca Selengkapnya

Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

25 April 2017

Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

Ribuan seniman akan menari bergantian selama sehari semalam untuk memperingati Hari Tari Sedunia di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, 29 April 2017.

Baca Selengkapnya

Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

9 Maret 2017

Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

Jelang pementasan digelar pula pameran foto dan properti

pementasan tari yang lalu

Baca Selengkapnya

Indonesia Pentaskan Tari  

12 Januari 2017

Indonesia Pentaskan Tari  

EKI akan mementaskan dua karya tari di India.

Baca Selengkapnya