Sastrawan Ratna Indraswari Kembali Dirawat di Rumah Sakit

Reporter

Editor

Minggu, 27 Maret 2011 14:57 WIB

TEMPO Interaktif, Malang - Sastrawan senior Ratna Indraswari Ibrahim kembali dirawat di Instalasi Rawat Darurat (IRD) Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sjaiful Anwar (RSSA), Kota Malang, Jawa Timur, sejak Sabtu kemarin.

“Maaf, baru bisa kabari petang ini. Kami sibuk sekali sekarang. Beliau masuk jam 11-an. Diagnosa dokter, beliau kena sakit paru, jantung, stroke, dan diabetes. Beliau sempat tak sadarkan diri,” kata Ruhadi Rarundra alias Siro, anak angkat merangkap asisten pribadi Ratna, kepada Tempo lewat pesan pendek.

Menurut Siro, dalam hampir dua pekan terakhir Ratna tiga kali masuk RSSA. Kini Ratna dirawat di Ruang Observasi IRD. Ratna sempat dirawat empat hari sejak 15 Maret. Lalu masuk lagi ke RSSA pada 18 Maret dan dirawat selama enam hari.

Sebelumnya, novelis kelahiran Malang, 24 April 1949, itu juga pernah dirawat di RSSA pada awal 2009. Waktu itu Ratna divonis terkena stroke ringan. Dia menjalani perawatan intensif selama dua pekan. Biaya perawatan sebesar Rp 42 juta ditanggung saudara, sahabat, teman, kenalan, dan donatur. Mereka dari beragam latar belakang profesi, seperti wartawan, aktivis, sastrawan, dan seniman.

Aktivis perburuhan yang juga seorang dosen di perguruan tinggi swasta, Daniel S. Stephanus, mengajak seluruh sahabat, teman, dan kenalan Ratna untuk menggalang aksi solidaritas membantu Ratna. Ratna sendiri sudah setuju rekening pribadinya di BCA diumumkan untuk menampung donasi dari siapa pun yang ingin membantu dirinya.

Advertising
Advertising

“Nomor rekeningnya BCA 4390218881 atas nama Mbak Ratna sendiri,” tulis Daniel lewat pesan pendek.

Dalam sebuah percakapan, Ratna mengaku tidak pernah mengalami sakit serius. Dia sangat menjaga pola makan sehingga merasa selalu sehat dan bugar. Dia memang sering merasa kelelahan karena terlibat di banyak kegiatan.

“Tapi tak pernah sampai kena sakit serius. Saya merasa gula saya normal, kolesterol normal, dan diabetes tak ada. Makan saya seadanya. Makan nasi hanya sekali dalam sehari, itu pun hanya lima sendok. Saya banyak makan sayur dan buah-buahan. Kalau pagi hanya sarapan roti pakai telur. Mungkin itu yang buat saya merasa sehat-sehat saja,” kata sastrawan yang sudah menghasilkan sekitar 400 cerita pendek dan belasan novel itu.

Ratna anak keenam dari 11 bersaudara dari pasangan Saleh Ibrahim dan Siti Bidahsari Arifin—keduanya sudah meninggal. Selain menjadi sastrawan, Ratna dikenal sebagai aktivis sosial-budaya yang turut mendirikan dan mengurusi Yayasan Bhakti Nurani, LSM Entropic Malang, Yayasan Kebudayaan Pajoeng Malang, dan Forum Pelangi Malang.

Peraih beberapa penghargaan di bidang sastra dan feminisme itu pernah mengikuti seminar dan pelatihan di luar negeri. Meski cacat, Ratna dikenal produktif dan memiliki energi kreatif yang besar.

Ratna tidak hanya dikenal lewat cerita pendek dan cerita bersambung, tapi juga novel. Novel-novelnya, antara lain, Kado Istimewa, Menjelang Pagi, Namanya Massa, Lakon di Kota Senja, Sumi dan Gambarnya, Lemah Tanjung, Pecinan di Kota Malang, dan Lipstik dalam Tas Doni.

Novel Lemah Tanjung didedikasikannya kepada warga yang menentang pembangunan perumahan mewah di atas lahan hutan kota. Perumahan itu kini bernama Ijen Nirwana Residence milik Grup Bakrie.

Hebatnya, “Mbak Ratna menghasilkan karya-karyanya dalam kondisi fisik yang cacat atau difabel. Tak hanya jadi sastrawan, Mbak Ratna juga seorang aktivis terkenal di Malang,” ujar Daniel.


ABDI PURNOMO

Berita terkait

500 Seniman Ramaikan Nuit Blanche di Taiwan

6 Oktober 2018

500 Seniman Ramaikan Nuit Blanche di Taiwan

Berbagai pertunjukan seni seperti musik juga akan ditampilkan di Nuit Blanche Taiwan, termasuk dari para tenaga kerja Indonesia.

Baca Selengkapnya

Komikus Si Juki: Apa pun Bisa Jadi Meme

4 November 2017

Komikus Si Juki: Apa pun Bisa Jadi Meme

Apapun saat ini bisa dijadikan meme. Perbincangan meme kembali hangat setelah penangkapan seorang pembuat meme tentang Ketua DPR Setya Novanto

Baca Selengkapnya

Karya Teguh Ostenrik Akan Hiasi Kalijodo

9 Agustus 2017

Karya Teguh Ostenrik Akan Hiasi Kalijodo

Karya instalasi ini masih dalam proses pembuatan. Karya ini
rencananya dipasang akhir September mendatang.

Baca Selengkapnya

Di Indonesia Seni Video Belum Diserap Pasar Kelas High End

31 Juli 2017

Di Indonesia Seni Video Belum Diserap Pasar Kelas High End

Seni video yang dinilai memiliki perkembangan cukup bagus di Indonesia diharapkan segera mempunyai pasar.

Baca Selengkapnya

Kisah Putu Sunarta, Seniman Ukir Pembuat Gitar Divart dari Bali

18 Juli 2017

Kisah Putu Sunarta, Seniman Ukir Pembuat Gitar Divart dari Bali

Lama menekuni seni ukir, I Putu Sunarta kini dikenal sebagai
pembuat gitar bermerek Divart di Bali.

Baca Selengkapnya

Buku Biografi Pelukis Arie Smit Terbit, Ini Resensinya  

12 Februari 2017

Buku Biografi Pelukis Arie Smit Terbit, Ini Resensinya  

Buku biografi pelukis Arie Smit yang ditulis Agus Dermawan T.
terbit.

Baca Selengkapnya

Otentisitas Sketsa Van Gogh yang Baru Ditemukan, Diragukan

16 November 2016

Otentisitas Sketsa Van Gogh yang Baru Ditemukan, Diragukan

Buku Sketsa The Lost Arles yang baru dirilis internasional disebut memuat 56 sketsa karya maestro lukis Vincent Van Gogh.

Baca Selengkapnya

Gatot Indrajati Sabet UOB Painting of the Year 2016

25 Oktober 2016

Gatot Indrajati Sabet UOB Painting of the Year 2016

Seniman asal Yogyakarta Gatot Indrajati mendapat penghargaan UOB Painting of the Year 2016.

Baca Selengkapnya

Berusia 39 Tahun, Teater Koma Berharap Tetap Koma

25 Februari 2016

Berusia 39 Tahun, Teater Koma Berharap Tetap Koma

Punya pemain dan penonton setia. Tetap harus berjuang menjadi
teater yang disukai masyarakat.

Baca Selengkapnya

Jakarta 'Cekik' Tugu Pancoran, Edhi Sunarso Meratap Kecewa  

5 Januari 2016

Jakarta 'Cekik' Tugu Pancoran, Edhi Sunarso Meratap Kecewa  

Nahas menerpa Monumen Dirgantara di Pancoran. Monumen itu dibangun Edhi Sunarso pada 1970, pada saat kekuasaan Soekarno sudah lemah.

Baca Selengkapnya