Lakon Sandiwara Pilihan Teddy

Reporter

Editor

Jumat, 11 Maret 2011 08:28 WIB

Pameran seni rupa karya S. Teddy D " Sandiwara".(TEMPO/Jacky Rachmansyah)
TEMPO Interaktif, Jakarta - Terkadang, sesuatu yang lazim terjadi terasa cukup nyeni, jika disampaikan secara khusus. Inilah yang dilakukan perupa S. Teddy D. Melalui medium seni dua dan tiga dimensi, dia mengurai fenomena yang terjadi di masyarakat. Karya-karyanya itu kini dipamerkan dalam pameran tunggal bertajuk Sandiwara" di Langgeng Galeri, Jakarta Art District, Grand Indonesia, Jakarta, 3-27 Maret 2011.

Laiknya sebuah lakon sandiwara, Teddy membuat panggung mini dengan mayoritas bahan berlapis hitam. Lantai panggungnya sempit memanjang. Namun latarnya dibuat menjulang tinggi dengan konstruksi atas seperti atap rumah. Sekilas karya Teddy mirip sebuah pajangan dinding.

Beberapa lakon sandiwara yang dipilihnya dibuat berdasarkan realitas. Ada pula yang diimplementasikan secara liar tanpa tema saklek. Karyanya berjudul Bulan Batu, misalnya, terdiri dari bebatuan mini dengan latar guratan akrilik hitam. Di atasnya tertempel batu bulat sebagai penerjemahan bulan. Di antara bebatuan itu, Teddy memajang mahluk alumunium abstrak, berkaki empat, berekor tegang, namun tak berwajah.

Lain lagi dengan karya di sebelahnya yang diberi judul Malam Yang Bicara. Teddy membuat dua pasang telinga yang disandarkan pada sepasang kursi mini. Satu pasang berada di sudut lantai, satunya lagi menggantung di sudut berlawanan. Pada latar hitam, tertegun wajah manusia yang dikelilingi gagang telepon. Di antara telinga, tergores cat semprot kuning terang, sebagai ilustrasi jalur komunikasi. Apa yang anda imajinasikan saat melihat karya tersebut? Perang paket telpon malam para provider selular, atau kebiasaan manusia yang doyang begadang sambil bergosip?

Pembalakan liar masih menjadi perhatian sang seniman. Kekhawatirannya terhadap perusakan alam, terekam dalam karyanya bertajuk No Forest No Future. Enam batang pohon sisa penebangan liar menjadi terlihat gersang dengan cat perak. Ada tiga buah kapak di tengahnya sebagai "barang bukti" kejahatan terhadap alam. Dengan latar bergambar pohon rindang yang berbatang tubuh orang, Teddy agaknya hendak menyimpulkan bahwa sebenarnya manusialah yang tergantung pada pohon, bukan sebaliknya.

Karya Teddy yang terlihat unik secara ide adalah Wong Tani Wengi atawa Pekerja Tani Malam. Pada latar hitam, ia hanya membentuk kerangka wajah dari cat merah. Adapun unsur mata, hidung, mulut, dan telinga, di bentuk dari miniatur alat tani, seperti clurit, kapak, sabit, dan parang. Meskipun hadir dengan kesederhanaan namun cukup mewakili beratnya kehidupan seorang petani.

Dari 12 karya yang dipamerkan, masing-masing terlihat berdiri sendiri dalam satu bagian cerita yang terpisah. Lukisan berjudul Cairoriot yang memuat tulisan "Vodka" dengan teknik semprot warna perak menyala, misalnya. Di sampingnya ada wujud ekspresif gambar hati dengan garis merah jambu yang tebal-tipis. Di sebelah batang pohon miniatur, Teddy menggurat gambar wajah dengan kolaborasi lelehan cat putih, dan disematkan tulisan "Liberty". Mirip sebuah kolase, di mana terjejer elemen yang tidak saling berkaitan bagaikan ruang ilusif yang menggelar ide-ide yang tidak terjabar secara naratif.

Konsep serupa juga bisa dijumpai pada karyanya bertajuk Volunteero yang lebih minimalis. Teddy membuat sebuah miniatur kursi kayu dan patung berbentuk kepalan dua tangan yang terhubung horizontal. Pada latarnya terlihat gambar kepalan tangan dengan arah vertikal dan sebuah tulisan "Art. Activism & Rock’n Roll". Nah, untuk yang ini, silakan berimajinasi seluasnya.


AGUSLIA HIDAYAH


Non Linier, Provokatif, dan Liar

Sebagai seniman, Teddy dikenal di kalangan seniman sebaga perupa yang berbasis pada konsep "Trial and Error". Ini lantaran seringnya ia keluar dari jalur lazim, dan melawan asumsi-asumsi umum. Itulah sebabnya ia merepresentasikan pengalamannya secara non-linier, bersifat provokatif, dan berkesan liar.

Perupa kelahiran Padang, 25 Agustus 1970 ini pernah menyandang predikat lima besar finalis Philip Morris Indonesian Art Awards pada 2000 lalu. Awal karirnya ditandai dengan sebuah pameran bertajuk Sapu Lidi , di Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta, pada 1992 silam.

Karya-karyanya pernah dipamerkan di pameran bersama berskala internasional, seperti di Helsinki, Finlandia (1998), Austalia Center of Contemporary Art, Melbourne, Australia (1999), Hiroshima City Museum of Contemporary Art, Jepang (2000), dan Circle Point Gallery, Washington DC, Amerika, dalam sebuah eksebisi bertajuk "Not I, am I" (2001).

Karya-karya Teddy yang dipajang dalam pameran "Sandiwara" ini, sebelumnya pernah dipamerkan di Sin Sin Fine Art Hongkong setahun lalu.


AGUSLIA

Advertising
Advertising

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

41 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

47 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya