Pemutaran karya itu berlangsung sejak Kamis siang kemarin hingga malam lalu, dilanjutkan pada Jumat ini di Bale Rumawat kampus Universitas Padjadjaran di Jalan Dipati Ukur, Bandung. Menurut manajer promosi festival Dina Agustina Suardi, seluruhnya ada sebanyak 55 kiriman karya. Setelah disaring panitia, tersisa 12 film pendek dan 13 video klip yang layak diputar. "Soalnya kami tidak bisa memutar seluruhnya," ujarnya.
Pemutaran film khusus di hari pertama menayangkan Prison and Paradise yang disutradarai oleh Daniel Rudi Haryanto dan Jakarta Maghrib besutan Salman Aristo di hari kedua.
Panitia membebaskan tema film dan video klip, namun semuanya berkisah fiksi tanpa film dokumenter. Setiap film pendek dibatasi paling lama hanya 30 menit, sedangkan video klip cuma 5 menit. "Pembuatnya dari kalangan pelajar SMA sampai profesional," kata Dina. Kelompok peserta itu berasal dari Kota dan Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, serta Sumedang.
Berbeda dengan Ganesha Festival yang berskala nasional oleh mahasiswa ITB, Festival Padjadjaran sengaja memilih tingkat lokal seputar wilayah Bandung Raya saja. Alasannya, kata Dina, untuk mengangkat potensi anak-anak muda Bandung dalam pembuatan film dan video klip.
Sejumlah karya film pendek itu menampilkan cerita seputar dunia remaja, persahabatan, dan hubungan dengan ibu. Adapun video klip musik berisi tayangan band-band asal Bandung, di antaranya band indie, seperti Bottlesmoker dan Karinding Militan. Panitia menyiapkan piala Pusaka Jaya bagi setiap pemenang.
Menurut Dina, piala itu akan diberikan pada malam penghargaan 29 Januari di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung. Tiga kategori pemenang untuk karya film pendek terdiri dari film, sutradara, ide dan cerita terbaik. Sedangkan kategori video klip untuk konsep dan sutradara terbaik. Dewan juri yang terlibat, antara lain, Ariani Darmawan, Jon Kastella, dan Anto Arief.
ANWAR SISWADI