220 Arak-arakan Ramaikan Sedekah Bumi Cirebon

Reporter

Editor

Sabtu, 1 Januari 2011 14:24 WIB

TEMPO Interaktif, Cirebon - Ruas jalan sepanjang lebih dari 4 km itu terlihat penuh. Sisi kiri, kanan, dan bahkan tengah dipadati warga. Ada yang hendak menonton, berdagang, ada pula polisi yang berjaga. Terdengar pula tangisan kencang seorang anak yang meminta dibelikan es krim, yang menambah ramainya suasana yang sudah padat itu.

Saking padatnya, hampir tak tersisa sedikit pun ruang untuk sekadar bergerak. Alhasil, ruas Pantura tengah Cirebon menuju Indramayu pun lumpuh total pada Jumat (31/12) itu. Kendaraan yang hendak menuju Cirebon maupun Indramayu sudah dialihkan beberapa jam sebelumnya oleh polisi. Yang terjebak terpaksa memarkirkan kendaraannya ke pinggir jalan atau bahkan menumpang parkir di toko milik warga banyak ada di sepanjang ruas jalan itu.

Tujuan mereka cuma satu: melihat arak-arakan sedekah bumi yang setiap tahun rutin dilakukan di Astana Gunung Jati, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. "Waktu pelaksanaannya biasanya sebelum masa tanam padi dimulai dan masa panen ikan di wilayah Cirebon," kata Sutarmin Effendi, ketua panitia sedekah bumi Astana Gunung Jati.

Sedekah bumi merupakan wujud rasa syukur masyarakat petani maupun nelayan Cirebon terhadap sang penciptanya. "Kita telah diberikan bermacam berkah dari bumi Allah. Kini, saatnya kita yang berterimakasih atas semua berkah itu," kata Sutarmin. Wujudnya, selain berdoa, juga dengan membuat berbagai macam replika, mulai replika binatang, orang, wujud wayang dan lainnya.

Dulunya, yang diarak bukanlah replika seperti sekarang ini. Tapi berupa gerobak yang berisi hasil bumi warga, mulai dari padi, ikan, kelapa dan lainnya. Hasil bumi itu diarak di sekitar desa lalu dibawa ke pendopo yang ada di depan Astana Gunung Jati, tempat Sunan Gunung Jati dan keluarganya dimakamkan. Setelah didoakan, warga pun memperebutkan makanan yang sudah diberkahi tersebut.

Kini, seiring dengan perkembangan zaman, wujud rasa syukur pun berubah. Warga membuat replika untuk kemudian diarak. Mereka dibagi berdasarkan kelompok wilayah. Seperti warga RT 01 RW 02, Desa Mertasinga, Kecamatan Gunung Jati yang membuat replika Gunung Merapi lengkap dengan letusannya. "Kami terilhami dengan meletusnya Gunung Merapi dan Gunung Bromo," kata Nono, koordinator pembuatan replika.

Replika itu dibuat menggunakan bambu yang kemudian dibungkus kertas semen dan dibentuk menyerupai gunung. Biayanya? Menurut Nono sebesar Rp 7 juta yang ditanggung oleh seluruh warga di lingkungannya.

Ada pula replika naga berkepala enam yang dibuat oleh warga Blok Astana, Kecamatan Gunung Jati. Tak tanggung-tanggung biaya yang dikeluarkan untuk membuat naga dengan tinggi lebih dari enam meter dan panjang 10 meter, lengkap dengan hidrolik untuk menggerakkan kepala dan mata naga sebesar Rp 40 juta. "Semua ditanggung oleh warga kami," kata Kusnadi, koordinator pembuatannya.

Biasanya warga mulai menabung sejak sedekah bumi tahun lalu. "Seluruh warga mulai menabung sejak sedekah bumi tahun lalu berakhir," katanya. Alhasil, terkumpul uang yang cukup banyak untuk membuat naga hidrolik itu.

Besarnya biaya untuk membuat berbagai macam replika memang bukan menjadi masalah bagi warga. "Ini karena kepercayaan warga," kata Sutarmin. Warga percaya, jika ingin mendapatkan panen, baik padi maupun ikan, yang banyak, maka jangan pelit untuk bersyukur. Karena kepercayaan inilah, warga pun sukarela mengeluarkan uangnya.

Arak-arakan ini diikuti oleh 220 peserta dari berbagai wilayah di Cirebon. Replika ini dibawa baik dengan cara didorong oleh tenaga manusia, maupun dengan menggunakan mobil. Saking panjangnya, walaupun replika pertama sudah ada di daerah Krucuk, tempat perputaran arak-arakan, buntutnya masih ada di Gunung Jati.

Masyarakat pun sangat antusias dengan berbagai macam replika yang diarak. "Kami sekeluarga sengaja datang dari Brebes untuk melihat arak-arakan ini," kata Yudi, warga Brebes. Mereka sekeluarga datang sejak pagi, sholat Jumat di masjid Sang Cipta Rasa Keraton Kasepuhan, kemudian menunggu di ruas Jalan Gunung Jati. "Ini untuk ngalap berkah," kata Yudi.

IVANSYAH

Berita terkait

Gubernur Sumbar Apresiasi Festival Rakyat Muaro Padang

9 hari lalu

Gubernur Sumbar Apresiasi Festival Rakyat Muaro Padang

Festival yang menggelar beragam atraksi budaya diyakini mampu menghasilkan dampak positif untuk perekonomian.

Baca Selengkapnya

Wali Kota Padang Mensyukuri Suksesnya Festival Rakyat Muaro Padang

13 hari lalu

Wali Kota Padang Mensyukuri Suksesnya Festival Rakyat Muaro Padang

Sederet pertunjukan seni budaya dipertontonkan selama tiga hari. Diharapkan generasi muda bisa melestarikan warisan budaya.

Baca Selengkapnya

3 Festival Budaya Jepang yang Terbesar di Negeri Sakura

4 Maret 2024

3 Festival Budaya Jepang yang Terbesar di Negeri Sakura

Tiga festival budaya Jepang terbesar yang dirayakan di tanah Jepang.

Baca Selengkapnya

Festival DONGDALA Budaya Desa Hadirkan Apresiasi Desa Budaya

21 Desember 2023

Festival DONGDALA Budaya Desa Hadirkan Apresiasi Desa Budaya

Festival ini menjadi langkah awal dalam menumbuhkan kepedulian terhadap budaya dan melestarikannya untuk generasi mendatang.

Baca Selengkapnya

Bupati Keerom Minta Festival Budaya Terus Berkembang

28 November 2023

Bupati Keerom Minta Festival Budaya Terus Berkembang

Pemerintah Kabupaten Keerom melaksanakan Festival Budaya Keerom Ke VIII yang dilaksanakan di Lapangan Sepak Bola Swakarsa

Baca Selengkapnya

Kaodhi'en, Festival Ketahanan Pangan Lereng Argopuro Desa Klungkung

21 November 2023

Kaodhi'en, Festival Ketahanan Pangan Lereng Argopuro Desa Klungkung

Ketahanan Pangan sebagai Modal Utama Dalam Implementasi Program Pemajuan Kebudayaan Desa" dan Galang Gerak Budaya Di Kawasan Tapal Kuda

Baca Selengkapnya

Euforia Meriah Festival Seni Budaya Kabupaten Keerom

6 November 2023

Euforia Meriah Festival Seni Budaya Kabupaten Keerom

Ribuan masyarakat Kabupaten Keerom tumpah ruah memadati Lapangan Sepakbola Swakarsa, Arso, dalam memperingati Festival Seni Budaya dan Persembahan Hasil Bumi Klasis GKI Keerom, Senin, 6 November 2023.

Baca Selengkapnya

Inilah Festival Budaya Terpanjang di Dunia, 75 Hari Nonstop

17 Oktober 2023

Inilah Festival Budaya Terpanjang di Dunia, 75 Hari Nonstop

Festival budaya Bastar Dussehra sudah berusia lebih dari 600 tahun di India Tengah, dimulai oleh keluarga kerajaan.

Baca Selengkapnya

Melihat Ritual Besoq Gong dalam Perayaan 116 Tahun Desa Wisata Bonjeruk

24 September 2023

Melihat Ritual Besoq Gong dalam Perayaan 116 Tahun Desa Wisata Bonjeruk

Tradisi Besoq Gong di Desa Wisata Bonjeruk merupakan salah satu warisan budaya Sasak yang kaya dan unik.

Baca Selengkapnya

Perayaan Korea Culture & Travel Festival 2023 Akan Hadir di 3 Kawasan Jakarta

27 Agustus 2023

Perayaan Korea Culture & Travel Festival 2023 Akan Hadir di 3 Kawasan Jakarta

Penggemar budaya Korea bisa menikmati pilihan kegiatan menarik, hingga mendapatkan harga promosi tiket wisata ke Korea di festival itu.

Baca Selengkapnya