Perjalanan ke Masa Lalu

Reporter

Editor

Rabu, 29 Desember 2010 16:33 WIB


TEMPO Interaktif, Jakarta -Sepatu bisa mengatkan orang pada kemarahan wartawan Irak, Muntazar Al Zaidi, terhadap bekas Presiden Amerika Serikat George Walker Bush, ketika ia melepas sepatu dari kakinya dan kemudian melemparkan dengan emosi yang meledak kearah sang presiden pada 14 Desember 2008. Dunia pun gempar. Tindakan Muntazar menjadi arsip sejarah. Bagi masyarakat Arab melemparkan sepatu adalah simbol penghinaan terhadap seseorang, tapi sepatu itu sekaligus simbol orang atau kelompok masyarakat yang menjadi korban keberingasan satu entitas politik.

Sepatu juga yang digunakan perupa Agung Kurniawan untuk mengingatkan orang pada keberingasan yang terjadi pada 1998, ketika massa menjadi penguasa riil di jalanan Kota Jakarta. Tidak ada polisi, tidak ada tentara, dan rezim di Istana Merdeka menuju ke kebangkrutan politik. Hanya ada kerumunan manusia yang menjarah dan membakar apapun yang mereka inginkan. Kemudian yang tersisa hanyalah puing, bau anyir tubuh-tubuh yang hangus, dan sepatu.

Agung Kurniawan menggunakan idiom sepatu pada karya bertajuk The Balck Shoes Diary (2007) ketika menerjemahkan kurasi Sanne Oorthuizen The Mental Archive pada pameran bersama delapan perupa lain di Rumah Seni Cemeti 18 Desember-8 Januari 2010. “Sembilan seniman yang diwakili karyanya dalam pameran ini menjabarkan ide mereka tentang ingatan dan waktu,” tulis Oorthuizen dalam konsep kuratorialnya. Oorthuizen adalah kurator independen asal Belanda yang sedang mengikuti program magang kuratorial di Rumah Seni Cemeti.

Agung menggambarkan epidose kelam 12 tahun lalu itu secara dingin dengan teknik drawing di atas kertas yang dibentuk seperti kotak sepatu dan dipajang bersama sepasang sepatu ket hitam bermerek import yang masih baru. Lewat karya drawing dan sepatu yang riil itu Agung berusaha mengembalikan ingatan kolektif terhadap peristiwa yang umumnya diperoleh lewat media. Berhasilkah? “Ingatan satu peristiwa bisa agak berbeda dari peristiwa aktual yang terjadi di masa yang berbeda,” kata Oorthuizen.

Coba lihat karya J Ariadhitya Pramuhendra. Ia mengangkat sejarah pribadinya yang tergambar lewat potret keluarga. Hanya dia dan keluarganya yang tahu detil narasi dibalik foto itu. Namun, potret keluarga itu menjadi lebih kuat maknanya bagi orang lain ketika Ariadhitya mengolahnya menjadi karya drawing dengan charcoal. Dia menghilangkan detil potret figur sehingga yang tersisa citraan yang kabur, seperti upaya dia menghapus ingatan masa lalu yang mungkin mengaduk-aduk emosi.

Fotografer Agan Harahap malah menambahkan realitas visual baru ke dalam realitas visual lawas lewat seri karya bertajuk “Superhero”. Suasana Perang Dunia II dan ketegangan politik pada masa Perang Dingin lewat karya foto lawas yang sudah menjadi lembaran arsip sejarah diberi makna baru dengan menambahkan citraan sosok hero dalam industri hiburan pop (Batman, Superman, Spiderman). Ingatan yang sangat berjarak ini menimbulkan kesan: perang adalah parodi sejarah.

Rentang waktu yang panjang dan pengalaman individual membuat artefak sejarah tak selalu punya daya ungkap yang kuat ketika dihadirkan kembali pada masa yang berbeda, tanpa diimbuhi kedekatan pengalaman individual dengan artefak itu. Jompet Kuswidananto misalnya, menggunakan elemen suara dan konstruksi bangunan atap rumah tradisional Jawa yang hanya terasa sebagai ungkapan pernik elemen tradisi.

Adapun karya Hafiz dan Iswanto Hartono lebih mampu mengembalikan ingatan pada sosok pelukis sekaligus aktivis seni Indonesia S Soedjojono dan Oesman Effendi lewat rekaman suara mereka. Keduanya diketahui berada pada posisi berseberangan dalam melihat keberadaan seni lukis Indonesia. Bagi penonton yang akrab dengan seni rupa Indonesia kedekatan dengan Soedjojono khususnya sudah mereka alami lewat teks tertulis berupa kutipan tak langsung maupun kutipan langsung ucapannya dalam sejarah seni rupa Indonesia. Rekaman suara itu dengan mudah mengembalikan ingatan terhadap sosok Soedjojono dan Oesman Effendi.

Karya ini menjadi menarik dengan visualisasi grafik yang menggambarkan naik turunnya tekanan suara, sehingga orang bisa merasakan dan melihat visualisasi emosi Soedjojono yang meledak-ledak ketika membela keberadaan seni lukis Indonesia. Tapi karya Iswanto Hartono berupa teks dari bahan kawat besi dalam Bahasa Belanda mungkin hanya nyantol pada pengalaman individual orang Belanda. Karya Octora berupa rahasia pribadi pengunjung pameran yang ditulis di atas kertas tanpa identitas akan lebih bermakna pada orang yang membuat teksnya dan orang yang punya pengalaman emosi yang sama. Sedangkan kisah cinta dalam karya Syagini Ratna Wulan yang menarik secara visual, tapi hanya akan menjadi ingatan individualnya.

RAIHUL FADJRI

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

41 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

48 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya