Cerita itu tampil dalam lukisan berjudul New Spirit berukuran 145 X 90 sentimeter karya A.C. Andre Tanama yang dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta hingga 27 Desember mendatang. Bertajuk The Tales of Gwen Silent, dalam pameran tunggalnya itu Andre mengangkat cerita seorang gadis kecil, Gwen, yang matanya terus terpejam dan mulutnya membisu.
Gwen yang terpejam dan membisu kembali terekam dalam lukisan berjudul Looking for A Miracle di atas kanvas berukuran 90 X 145 sentimeter. Gaun yang dikenakan masih sama, warna kuning dan bermotif bunga. Kali ini, dia tergambar sedang mengorek-gorek tanah dengan sebatang ranting di tangan kanannya. Adapun tangan kirinya masih mendekap boneka.
Siapa Gwen? “Cerminan diri saya dalam sisi yang berbeda,” kata Andre. Sosok Gwen adalah metafora sisi spriritual manusia. Dia hadir untuk menggambarkan kesedihan sekaligus kebahagiaan. Juga amarah dan kasih atau harapan dan putus asa. Sosoknya tercipta dalam sebuah perenungan pada 2007 lalu. Kala itu, Andre terpikir untuk membuat karya bertema lingkungan. “Tentang kondisi bumi yang kian kritis.”
Menurut Andre, nama Gwen diambil dari nama putrinya, Gwen Sae Ilen Tanama yang berusia 2 tahun 8 bulan. Kebetulan ejaan Gwen Sae Ilen klop terdengar sesuai dengan tema pameran yang dia tampilkan, Gwen Silent. Namun bukan berarti sosok Gwen dalam pameran itu adalah putrinya. “Itu lebih pada diri saya,” kata dia menegaskan.
Dalam New Sprit dan Looking for A Miracle, ada pesan tentang lingkungan yang hendak diungkapkan Andre. Ada sebuah harapan tentang kondisi yang lebih baik. Dua lukisan itu pun bercerita tentang harapan pribadi Andre. Tentang hubungan manusia dengan alam.
Menurut Andre, ide lukisannya itu berasal dari syair-syair Hindu yang dibacanya. Di sana, ada cerita tentang sebuah hubungan harmonis antara manusia dan tumbuhan. Juga manusia dengan Tuhan serta sesama manusia. Konsep itu, biasa dikenal dengan Tri Hita Karana. Sebuah konsep tentang keseimbangan.
Ada 32 karya Andre yang ditampilkan dalam pameran tunggal itu. Selain lukisan, ada 10 karya grafis, 2 patung fiberglass, 1 relief, 1 kalung bergandul Gwen, 1 video berisi narasi perenungan dan 1 digital printing. Semua karya itu diselesaikan Andre dalam waktu satu tahun.
Secara umum, ada tiga konsep dalam semua karya Andre yang dipamerkan. Masalah pribadinya, masalah alam dan karakter lain yang hadir di sekitar Gwen, tokoh utama. Misalnya, lukisan berjudul Pity Bee #1 di atas kanvas berukuran 200 X 145 sentimeter, bercerita tentang harapan pribadinya.
Lukisan itu menggambarkan Gwen sedang lelap tidur di atas sebuah pohon. Dia menjadi lebah. Baju kuning bermotif bunga tak lagi dipakai. Sebagai gantinya, dia memakai baju bermotif garis-garis. Warnya hitam dan merah. Mirip lebah memang. Apalagi dua sayap menempel di punggung lengkap dengan dua sungut di atas kepalanya.
Di lukisan lain, Pity Bee #2, dengan ukuran kanvas yang sama, digambarkan si lebah Gwen yang riang. Dia tak lagi tidur. Penuh semangat dia kepakkan sayap lebah di punggungnya. Bajunya tak lagi garis merah-hitam, melainkan berganti kuning-hitam. Sepatunya warna hijau. Warna-warna ceria dalam kedua lukisan itu, menggambarkan keceriaan. Gwen memang telihat lebih bersemangat. Tak lagi suram. Namun lagi-lagi, mata dan mulutnya masih tertutup rapat.
Menurut Andre, kedua lebah itu menggambarkan mimpi dirinya. Seperti sebuah mimpi, lebah harus tetap dipelihara keberadaannya. Jika tak ada lagi lebah, siapa yang hendak menebarkan serbuk bunga. Hingga dunia masih terjaga indah. “Jika lebah madu (mimpi) punah,” kata dia, “Maka kepunahan manusia akan segera terjadi.”
Begitulah. Dalam pameran itu, Andre juga memamerkan sebuah drama tentang Gwen dalam bentuk film 3 dimensi. Berjudul Gwen Silent : Touch of Heaven, film berdurasi 5 menit itu diproduksi bersama Hizkia Subiyantoro a.k.a HizaRo di Open Studio Society, Kota Gede, Yogyakarta.
Film itu menampilkan bibit pohon yang tumbuh menjalar menembus awan. Bibit itu tampak menjadi tangga bagi Gwen naik ke awan. Di sana dia tertidur pulas. Juga bermain dan berdoa. Film dengan tampilan gerak bibit pohon merambat itu tampil dengan iringan suara suling dan tetabuhan bambu. Cukup apik tersaji.
ANANG ZAKARIA