TEMPO Interaktif, Jakarta - Biduan cantik itu terlihat anggun. Ia mengenakan ao dai, gaun panjang khas Vietnam. Diiringi beberapa pemusik instrumen modern ataupun tradisional, biduan itu membawakan lagu Bengawan Solo karya maestro keroncong Indonesia, Gesang.
Lagu ini tak dinyanyikan My Dung dalam alunan keroncong, tapi dalam lantunan irama ca tru. Ya, ca tru adalah genre musik kamar berasal dari Vietnam bagian utara. Meski artikulasinya terbata-bata, ia mampu menyita perhatian penonton.
Rabu malam lalu, Sekretariat ASEAN serta Kementerian Budaya, Olahraga, dan Pariwisata Vietnam menggelar The Best of ASEAN Performing Arts: Charming Vietnam di Gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta Selatan. Malam itu, sepanjang satu setengah jam, beberapa pertunjukan khas Vietnam dihadirkan.
Ca tru dalam sejarahnya adalah kelompok musik penghibur yang dilengkapi oleh penyanyi wanita. Genre ini kemudian ditetapkan oleh UNESCO pada 2009 sebagai peninggalan budaya milik dunia yang harus dijaga.
Selain itu, dimainkan alat musik tradisional dan bau dalam lagu rakyat Vietnam. Dan bau dimainkan serupa sitar Cina dengan alat pemukulnya. Bedanya, alat musik tradisional Vietnam ini hanya terdiri atas satu senar. Di ujung instrumen terdapat tangkai yang bisa digerakkan. Fungsinya untuk menciptakan efek vibrasi.
Alat musik ini masih populer mengiringi lagu-lagu rakyat Vietnam. Dalam aplikasinya, biasanya digunakan sebagai pengiring pembacaan puisi. Alat ini kemudian dimainkan bersama seruling dan rebab Cina.
Tak ketinggalan para perempuan penari membawakan dua tarian berjudul Vietnamese Windy Spirit dan Colors of the Central Highland. Koreografi kedua tarian tersebut menggabungkan gerak tradisional dengan tarian modern.
Pentas seni yang bisa disaksikan publik itu digagas oleh Sekretaris Jenderal ASEAN Surin Pitsuwan, yang disampaikan pada Pertemuan Kementerian Budaya dan Seni Se-ASEAN Ketiga di Nay Pyi Taw, Burma, pada Januari 2008.
Pertunjukan yang pernah digelar sebelumnya adalah dari Indonesia, The Mosaic Archipelago, pada Mei 2008. Thailand mempersembahkan Tapestry of Thai Beauty and Grace pada Agustus 2008. Ada lagi Singapura, dengan Singapore Showcase: Cultural Crossings, pada April 2009. Kemudian Burma mempertunjukkan The Royal Beauty of Golden Myanmar pada Desember 2009. Dan pada Maret lalu, Malaysia mempersembahkan Malaysia: Harmony in Cultural Diversity.
Pertunjukan The Best of ASEAN Performing Arts selanjutnya adalah giliran Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, dan Filipina. Kita tunggu saja.
ISMI WAHID