Seni yang berkembang di luar ruang seni konvensional, di luar galeri, dan bertebaran di jalanan adalah sarana luar biasa untuk membangun pertalian masyarakat. Mural yang saya buat di sudut-sudut jalan ramai telah menyatukan orang-orang, karena setiap hari mungkin ribuan orang menerima pesan dari seni yang saya ciptakan.
Mereka yang telah melihat karya saya mengatakan bahwa karya saya menyatukan yang terbaik dari dua dunia. Karya-karya saya melebur dua hal ekstrem yang nyaris bertentangan, setidaknya dari segi bentuk seni. Saya menggunakan seni jalanan, berasal dari jalan-jalan di Barat, dan memadukannya dengan gaya klasik nan suci dari aksara dan pola Islam--memperkenalkan bentuk seni ini di mana pun saya mendapat izin untuk mengecat.
Ini adalah upaya pribadi saya untuk melawan pandangan tentang “benturan peradaban”. Seni yang saya ciptakan sebenarnya memadukan dua peradaban dan menyampaikan pesan unik bahwa kita bisa menggali inspirasi dari spiritualitas dan agama, dan bahkan kita harus belajar menerapkannya pada kehidupan modern. Kita bisa menghadapi masalah-masalah masa kini dan menggandeng orang lain dalam melakukannya.
Di dunia setelah 11 September, Islam telah menjadi sorotan dan sering digambarkan secara negatif oleh media dan disalahpahami oleh non-Muslim. Di tengah pandangan buruk tentang Islam ini, saya malah merasa terdorong untuk mengambil risiko, melakukan hal yang tak biasanya dan mengekspresikan siapa saya tanpa merasa tak aman. Meski ada ribut-ribut tentang Islam, saya merasa senang menjadi seorang Muslim yang tinggal di Barat. Saya bisa terilhami oleh agama saya, namun juga menyumbang dalam pengembangan masyarakat yang harmonis.
Inilah saat yang tepat untuk melawan stereotipe-stereotipe yang ada dan mendorong dialog nyata di antara orang-orang biasa yang punya pandangan, identitas dan latar belakang berbeda, ketimbang memasrahkannya pada para pemimpin agama yang lebih banyak berdiskusi di atas meja sembari menikmati teh dan biskuit.
Seni adalah salah satu cara membantu dialog ini. Dalam seni saya, saya menyampaikan prinsip-prinsip--perdamaian, keadilan, persaudaraan dan penghargaan--yang saya kira berangsur hilang dari masyarakat modern, dan karenanya saya tekankan untuk membuat orang sadar bahwa mereka sesungguhnya mempunyai prinsip-prinsip yang sama. Bagi orang-orang kebanyakan yang berangkat kerja pada saat lalu lintas sibuk, dan bagi warga setempat yang melintasi suatu lukisan dinding setiap hari, saya ingin tembok-tembok yang menyampaikan pesan saya menjadi hidup dan mengingatkan orang-orang tentang prinsip-prinsip yang dimiliki bersama ini.
Manusia selalu menuturkan kisahnya dengan mengukir atau menggoreskan pesannya di dinding yang ada di ruang publik. Grafiti sebenarnya telah ada sejak ribuan tahun lalu, jauh sebelum cat semprot melukis jalan-jalan bawah tanah di New York. Jadi, sebelum kita kehilangan sisi baik dari sesuatu yang kita anggap buruk dan memandang grafiti hanyalah keisengan anak-anak muda yang tak ada gunanya, saya meminta setiap orang merenung sejenak dan menyadari bahwa kita semua sebenarnya adalah seniman grafiti. Seni ini adalah bawaan alami manusia. Toh, ketika kita menelepon dan tangan kita memegang pena, apa yang kita lakukan? Kita membuat grafiti kita sendiri.
Mari manfaatkan energi dan kekuatan cat semprot, dan menggunakan ruang publik kita untuk menyampaikan hal yang indah dan bermakna guna memecahkan sebagian masalah yang kita hadapi di dunia sekarang ini.
###
* Mohammed Ali adalah seniman di Inggris yang karya-karyanya bisa dilihat di www.aerosolarabic.com. Artikel ini ditulis untuk Kantor Berita Common Ground (CGNews).