Tak Sekadar Kucing

Reporter

Editor

Rabu, 3 November 2010 12:47 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Siapa pun bisa sangat sebal pada binatang satu ini. Tak jarang pula ia menjadi amat disayang. Ya, kucing. Binatang rumahan yang, meskipun menggemaskan, bisa menjadi musuh karena ia mencuri.

Gara-gara kucing ini, Butet Kartaredjasa, dalam peran monolognya, dibikin pusing. Sabtu dan Ahad malam pekan lalu, Butet mementaskan naskah monolog karya Putu Wijaya berjudul Kucing di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Naskah ini ditulis ulang oleh Agus Noor dan disutradarai oleh Whani Darmawan.

Kisah Kucing adalah kisah sederhana tentang seseorang yang, suatu hari, karena kesal, memukul kucing milik tetangganya. Ia merasa tak bersalah karena kucing itu mencuri dan memakan ayam rica-rica miliknya.

Ia mengira persoalan kucing itu tak berkepanjangan. Nyatanya justru merepotkan. Sejak kedatangan Pak RT, yang mendapat komplain dari pemilik kucing, yang kemudian meminta ganti ongkos perawatan kucing karena pincang kaki, si tokoh merasa dirinya diperas. Ia juga kian terpojok karena ongkos perawatan kucing itu semakin besar. Persoalan ini juga mempengaruhi hubungannya dengan istri dan anaknya.

Begitulah sebuah kisah yang sederhana dan kelihatannya remeh, tapi justru banyak membicarakan perihal kemanusiaan dan persoalannya. Awalnya, lakon Kucing memang ditulis untuk sebuah monolog oleh Putu Wijaya. Tetapi, untuk kemudahan konsumsi, naskah tersebut diubah menjadi cerpen. Agus Noor, sebagai penulis naskah, mencoba memonologkan lakon ini dari cerpen tersebut.

Tata panggung pentas monolog Butet kali ini sangat sederhana. Tak serumit monolog dengan lakon Sarimin atau Matinya Toekang Kritik. Musik yang digarap oleh Djaduk Ferianto juga tak memerlukan seperangkat instrumen yang besar. Dalam lakon ini, hanya dibutuhkan visualisasi rumah dengan beberapa perangkat alat rumah tangga yang biasa saja. Dan tak dibutuhkan teknik-teknik rumit. Bayangkan saja, dalam Sarimin, misalnya, butuh beberapa kru untuk menggerakkan wayang dan beberapa visualisasi yang njlimet. Sedangkan dalam lakon Kucing, semuanya relatif mandiri. Dengan konsep ini, lakon bisa dimainkan di mana pun tanpa ada persyaratan khusus akan pemanggungan.

”Naskah tidak bergeser. Butet memang memberi improvisasi dengan gayanya sendiri. Barangkali ia tak memerlukan naskah, tapi ide,” ujar Putu Wijaya. Ia memberikan pujian kepada Butet, yang mampu membuat naskah ini menjadi panjang dengan improvisasinya. Kemampuannya menguasai penonton tak diragukan.

Hasilnya, kembangan dan naskah inti mendapatkan porsi yang sama. Tapi, menurut penilaian Putu, itu tak menjatuhkan lakon yang sebenarnya. ”Kalau saya yang memainkan, mungkin hanya 45 menit,” kata Putu. Durasi pertunjukan malam itu kurang-lebih satu setengah jam.

Ada yang lain memang dari pertunjukan monolog Butet kali ini. Dari segi naskah saja, Butet sengaja memilih lakon yang sederhana, ringan, dan sangat realis. ”Saya ingin mengembalikan monolog sebagai permainan seni peran yang otonom,” ujar Butet dalam katalog pertunjukannya. Monolog ditempatkan sebagai sebuah proses keaktoran yang menafsir karakter dan memberi nyawa sebuah teks sastra.

Selama ini, stigma yang melekat pada Butet, sebagai raja monolog, bahwa monolog selalu kental oleh sindiran-sindiran politik dan meledek pemerintah yang berkuasa. Tak dimungkiri, sejak ia memainkan lakon Lidah Pingsan di Teater Utan Kayu, Jakarta, saat memperingati setahun pembredelan majalah Tempo, Editor, dan tabloid Detik, stigma itu melekat kepadanya.

Kesan sindiran yang konyol dan kenakalan Butet semacam itu memang kental melekat dalam keaktoran Butet. Dan kenakalan serupa tak banyak ditemukan dalam lakon Kucing dibandingkan dengan monolog sebelumnya, seperti Sarimin atau Matinya Toekang Kritik. Sesekali banyolan semacam itu memang keluar, tapi hanya sedikit. Jelas ini membuat mood pertunjukan naik-turun.

Dan lakon ini adalah hajat yang, setidaknya, ingin mengembalikan monolog pada ”khittah”-nya, menjunjung tinggi kekuatan seni akting. Ya, kemampuan akting Butet tak diragukan. Lihat saja ketika ia harus memainkan dua tokoh sekaligus dalam satu pemeranan. Berganti-ganti dengan sangat cepat. Dan Butet mampu menguasainya.

Yang menjadi kekhawatiran Putu adalah banyolan senakal ini jika dilakukan terus-menerus bisa berbahaya. Bukan berbahaya karena ditangkap oleh pihak berwajib. Tapi, untuk akting, hal itu bukan sesuatu yang bagus. Hanya seloroh biasa saja. ”Ini ilmu komunikasi saja. Kalau dia agak kurang disiplin, kemampuan akting yang luar biasa itu bisa sia-sia. Mudah-mudahan dia bisa memporsikan yang cukup,” ujar Putu menjelaskan.

Tetapi semua memang kembali pada pilihan. Sentilan yang menghibur. Tetapi apakah kebenaran yang disampaikan itu bisa menyenangkan semua orang atau hanya menghibur segelintir pihak? ”Butet tak perlu menjadi Koma, tak perlu menjadi Rendra. Sebaiknya ia menjadi Butet saja,” kata Putu.

ISMI WAHID

Berita terkait

Bank BJB dan Unpar Dukung UMKM Berkelanjutan

21 Februari 2024

Bank BJB dan Unpar Dukung UMKM Berkelanjutan

Bank bjb dan Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) berkolaborasi dalam seminar bertajuk "Riset Pasar: Berdayakan Lokal, Bisnis Mengglobal" untuk mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Jawa Barat memiliki bisnis yang berkelanjutan.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Buka Seminar dan Uji Kompetensi Ikatan Motor Indonesia (IMI) II-2023

29 November 2023

Bamsoet Buka Seminar dan Uji Kompetensi Ikatan Motor Indonesia (IMI) II-2023

Bambang Soesatyo membuka Seminar dan Uji Kompetensi IMI II-2023 bagi Pelaksana dan Penyelenggara Olahraga Kendaraan Bermotor. Diikuti 296 peserta

Baca Selengkapnya

Taylor Swift Jadi Topik Pembahasan Seminar Akademis Berjudul Swiftposium

22 September 2023

Taylor Swift Jadi Topik Pembahasan Seminar Akademis Berjudul Swiftposium

Pengaruh Taylor Swift sebagai ikon pop menjadikan popularitas dan karyanya sebagai pembahasan seminar akademis

Baca Selengkapnya

Seminar Implementasi Proper PKN II, Sekda Hana Sangat Dukung Gustaf Griapon

14 September 2023

Seminar Implementasi Proper PKN II, Sekda Hana Sangat Dukung Gustaf Griapon

Sekretaris Daerah Kabupaten Jayapura menjadi mentor pada Seminar Implementasi Proyek Perubahan PKN Tingkat II Angkatan XXX

Baca Selengkapnya

PT EMLI Gelar Seminar untuk Industri Manufaktur di Batam

28 Juli 2023

PT EMLI Gelar Seminar untuk Industri Manufaktur di Batam

PT ExxonMobil Lubricants Indonesia (EMLI) kembali menggelar kegiatan bertajuk Mobil Nationwide General Manufacture Seminar di wilayah Batam.

Baca Selengkapnya

Hari Anak Nasional, Ajak Keluarga Tingkatkan Ilmu Parenting

21 Juli 2023

Hari Anak Nasional, Ajak Keluarga Tingkatkan Ilmu Parenting

Good Doctor bekerja sama dengan Jakarta Escape Citypark gelar seminar parenting mengenai pola hidup sehat pada perayaan Hari Anak Nasional 2023.

Baca Selengkapnya

Cerita di Balik Hari Sejarah Nasional Setiap 14 Desember

14 Desember 2022

Cerita di Balik Hari Sejarah Nasional Setiap 14 Desember

14 Desember sebagai Hari Sejarah Nasional merujuk pada tanggal dimulainya Seminar Sejarah Nasional 1957 di Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Mas Dhito Gelar Seminar Kebangsaan untuk Milenial

15 November 2022

Mas Dhito Gelar Seminar Kebangsaan untuk Milenial

Pemkab Kediri berupaya menyiapkan kaum milenial siap menghadapi berbagai tantangan di masa depan.

Baca Selengkapnya

Seminar Huawei di SUTD Hubungkan Talenta Digital ASEAN dan Singapura

4 September 2022

Seminar Huawei di SUTD Hubungkan Talenta Digital ASEAN dan Singapura

Seminar Huawei itu bertujuan membantu peserta mempelajari pengembangan karir di masa depan di bidang teknologi, serta mendorong kewirausahaan.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Bicara Integrasi Nasional di Seminar APPSI Bengkulu

20 Juni 2022

Anies Baswedan Bicara Integrasi Nasional di Seminar APPSI Bengkulu

Anies Baswedan membuka acara Seminar Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia di Gedung Raya Semarak, Bengkulu.

Baca Selengkapnya