Kisah Prajurit Perempuan Jawa  

Reporter

Editor

Senin, 18 Oktober 2010 16:06 WIB

Penari sedang berlatih sendratari Matah Hati. (TEMPO/Andry Prasetyo)
TEMPO Interaktif, Jakarta - p { margin-bottom: 0.08in; }Puluhan prajurit wanita terlihat begitu trengginas saat berperang melawan penjajah. Tangan mereka memegang busur panah untuk melawan pedang musuh. Namun, pada saat lain, para prajurit itu tetap menampakkan sifat asli putri Solo yang terkenal lemah lembut.


Adegan itu terbangun dalam latihan Sendratari Matah Ati di Aula Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 8 Surakarta, Jawa Tengah, Kamis pekan lalu. Sendratari itu digarap oleh Atilah Soeryadjaya, salah satu cucu Mangkunegara VII. Belum ada kepastian kapan sendratari itu akan dipentaskan di Indonesia. Yang jelas, karya perdana Atilah itu akan menjadi pembuka dalam Pesta Raya 2010, Malay Festival of Arts, 22 dan 23 Oktober mendatang di Esplanade Theatre, Singapura.


Boleh dibilang, Matah Ati adalah sebuah karya besar. Tidak sekadar tari, pertunjukan itu juga memadukan gerak tubuh, musik gamelan, serta tembang tradisional yang dilantunkan secara merdu oleh para penari. Unsur-unsur yang digunakan terinspirasi dari pertunjukan Langendriyan, gubahan Mangkunegara VI.


Advertising
Advertising

Dalam latihan berdurasi 90 menit itu, sebanyak 60 penari membawakan sendratari tersebut dalam 20 adegan, yang terbagi dalam lima babak. Sayang, dalam latihan itu, kostum batik koleksi Iwan Tirta tidak dikenakan. Mereka hanya mengenakan kaus putih yang dipadu dengan celana hitam.


Cerita Matah Ati diangkat dari kisah nyata yang menceritakan perjalanan cinta antara Raden Mas Said dan seorang kembang desa dari Wonogiri yang bernama Rubiyah. Mereka berdua bertemu dalam sebuah pertunjukan di tengah desa. Dalam kisah asmara itu, Rubiyah juga tampil mendampingi Raden Mas Said dalam melawan penjajah, dengan menjadi panglima bagi sebuah pasukan prajurit perempuan.


Raden Mas Said kemudian berhasil menjadi seorang raja dengan gelar Mangkunegara I. Rubiyah pun mendampinginya sebagai istri dengan gelar Raden Ayu Matah Ati, karena terlahir di Desa Matah. Keturunan dari perempuan gagah berani itu nantinya juga menjadi raja-raja di Mangkunegaran.


Cerita kisah cinta dan perjuangan Matah Ati itu bukan isapan jempol. Meski demikian, literatur di perpustakaan mengenai kisah perempuan tersebut sangat minim. Sejarah itu lebih banyak diceritakan melalui lisan. Beberapa gagasan dan ide pun dimasukkan sehingga cerita Matah Ati bisa terangkai secara utuh.


Menurut Atilah, ia sangat tertarik menampilkan cerita tersebut di atas panggung. Selain bercerita tentang leluhur dan asal-muasalnya, Matah Ati membuktikan bahwa kesetaraan gender telah muncul di dalam budaya Jawa di abad ke-18. Selama ini banyak anggapan bahwa tradisi Jawa tidak memiliki perspektif kesetaraan gender karena menempatkan perempuan sebagai kanca wingking, hanya mengurusi keperluan di dalam rumah. Melalui karya tersebut, Atilah ingin mengubah pandangan itu.


Atilah berhasil membawa karya itu tampil di salah satu tempat pertunjukan seni tersibuk di dunia: Esplanade. Perlu waktu hingga tujuh bulan untuk meyakinkan penyelenggara Pesta Raya 2010 bahwa Matah Ati layak tampil sebagai pembuka dalam festival seni Melayu tersebut. "Mereka akhirnya yakin setelah kami menyerahkan rekaman latihan," kata Atilah.


Dalam penggarapannya, Matah Ati akan menggunakan tata panggung serta artistik yang dirancang oleh Jay Subyakto. Dia merancang sebuah panggung kontemporer cukup unik karena dibuat miring 15 derajat. Tujuannya, agar setiap adegan yang terjadi di atas panggung seberat 25 ton itu dapat disaksikan oleh penonton secara utuh. Saat ini, panggung tersebut telah diangkut ke Singapura.


Adapun penggarapan musiknya diserahkan kepada Blacius Subono, dalang sekaligus komponis dari Institut Seni Indonesia Surakarta. Musik digarap dengan gamelan lengkap, ditambah biola serta trompet.



AHMAD RAFIQ

Berita terkait

Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

29 April 2018

Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

Seniman dan penggiat tari di Jawa Barat merayakan Hari Tari Sedunia di Bandung.

Baca Selengkapnya

Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

28 Oktober 2017

Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

Tari Sonteng dari Jawa Barat memikat hati para diplomat Ekuador yang tergabung dalam Asosiasi Pasangan Diplomat Ekuador.

Baca Selengkapnya

Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

7 September 2017

Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

Eko Supriyanto akan mementaskan tari Cry Jailolo pada pembukaan pagelaran Solo International Performing Art (SIPA) di Benteng Vastenburg, Surakarta.

Baca Selengkapnya

Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

30 Agustus 2017

Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

Dance Meet Up (JDMU) #2 merupakan ajang pertemuan para komunitas tari dari berbagai genre di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

25 Agustus 2017

Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

Penari balet Marlupi Dance Academy (MDA) berhasil meraih 7 medali di dalam ajang Asian Grand Pix 2017 yang diselenggarakan di Hong Kong.

Baca Selengkapnya

Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

11 Juli 2017

Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

Gala Balet akan menampilkan kolaborasi penari difabel dari Australia, Prancis, Korea Selatan dan Italia.

Baca Selengkapnya

Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

16 Mei 2017

Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

Berbeda dari kebanyakan anak-anak lain yang terkena paparan bom atom, Sadako bertahan hidup bahkan layaknya manusia normal.

Baca Selengkapnya

Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

25 April 2017

Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

Ribuan seniman akan menari bergantian selama sehari semalam untuk memperingati Hari Tari Sedunia di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, 29 April 2017.

Baca Selengkapnya

Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

9 Maret 2017

Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

Jelang pementasan digelar pula pameran foto dan properti

pementasan tari yang lalu

Baca Selengkapnya

Indonesia Pentaskan Tari  

12 Januari 2017

Indonesia Pentaskan Tari  

EKI akan mementaskan dua karya tari di India.

Baca Selengkapnya