Sudra Naik Kasta Menutup Festival Lima Gunung

Reporter

Editor

Minggu, 1 Agustus 2010 16:33 WIB

TEMPO Interaktif, Magelang - Debu beterbangan terhentak derap kaki delapan kaki penari lengger. Perempuan tua itu tetap tak peduli. Bibir merahnya nyaring melantunkan tembang. Diiringi tabuhan gamelan, dan tembang Ilir-Ilir ciptaan Sunan Kalijaga, suaranya melengking memecah siang di pelataran Studio Mendut Magelang, Minggu (1/8).


Penampilan itu merupakan bagian dari puncak acara Festival Lima Gunung ke sembilan. Digelar selama sepekan, sejak 25 Juli kemarin, festival digelar di lokasi berbeda. Sesuai namanya, Lima Gunung, festival ini menampilkan kesenian masyarakat di sekitar gunung Merapi, Andong, Merbabu, Sumbing dan Menoreh.

Tari lengger yang dipentaskan itu adalah kesenian yang berkembang di masyarakat sekitar gunung Sumbing. Sesuai makna, lengger berasal dari dua kata, ileng (ingat) dan angger (panggilan orang tua pada pada anaknya). Dulu, seni ini merupakan alat sang Sunan mengajak pemuda untuk datang ke Masjid. “Jadi ini untuk mengajak seseorang mengingat penciptanya,” kata Sarwo Edi, dari Cahyo Budoyo, kelompok yang membawakan seni lengger siang itu.

Bertema Sudro Satrio, festival kali ini berbeda dari tahun sebelumnya. Festival ini didanai secara urunan dari seniman peserta. Tak heran, tak ada gegap gempita promosi yang menghadirkan penonton. Pementasan pun sepi dan hanya dihadiri masyarakat sekitar saja. “Saya berani itung-itungan (dana penyelenggaraan) empat mata,” kata Sutanto Mendut, Presiden Komunitas Lima Gunung.

Bukan tak ada dana ditawarkan pada panitia. Namun, kata dia, festival ini ingin mengajarkan kemandirian pada masyarakat. Tanpa sokongan dari pemerintah atau perusahaan sponsor, kesenian rakyat tetap bisa berkembang dan menghidupi diri sendiri.

Sesuai tema, lanjut dia, Sudra adalah kasta terbawah dalam lapisan masyarakat. Adapun Satria, adalah kelas penguasa. Dalam sejarah manapun, Sudra tetaplah kelas mayoritas dari sebuah masyarakat. Mereka adalah rakyat kebanyakan, yang harus berkuasa dan menentukan nasibnya sendiri. “Inilah sudro yang satrio,” kata dia.

Kemandirian dalam berkesenian itu mereka wujudkan dalam kesepakatan. Dimulai sejak festival ke sembilan ini, mereka bertekad menolak dukungan dana dari pemerintah ataupun perusahaan yang akan mensponsori festival pada tahun-tahun berikutnya.

Sitras Anjilin, pemilik padepokan tari Cipto Budoyo di gunung Merapi, mengatakan festival ke sembilan ini adalah puncak kematangan berkesenian. Bagi seorang seniman, lanjut dia, hidup adalah mencari kepuasan dan kesenangan. Tak peduli penonton sedikit dalam pementasan. “Lebih baik penonton sedikit tapi yang menghargai seni kami,” kata dia.


ANANG ZAKARIA

Berita terkait

Forum Seniman Ragukan Janji-janji Jakpro dalam Revitalisasi TIM

20 Februari 2020

Forum Seniman Ragukan Janji-janji Jakpro dalam Revitalisasi TIM

Forum Seniman ragukan pernyataan PT Jakarta Propertindo (Jakpro) terkait tak akan mengkomersialisasi kawasan pusat kesenian itu usai revitalisasi TIM.

Baca Selengkapnya

Hari Buruh, Pekerja Seni Berorasi dengan Kreatif Ramah Lingkungan

1 Mei 2019

Hari Buruh, Pekerja Seni Berorasi dengan Kreatif Ramah Lingkungan

Serikat pekerja media dan industri kreatif atau Sindikasi mendorong ekosistem kerja yang berkeadilan di peringatan Hari Buruh 1 Mei.

Baca Selengkapnya

Hasil Pameran Seni Etza di Prancis untuk Korban Gempa Palu

23 Oktober 2018

Hasil Pameran Seni Etza di Prancis untuk Korban Gempa Palu

Seniman muda Bandung, Etza Meisyara, menyumbangkan seluruh hasil karyanya yang terjual di pameran tunggalnya di Prancis untukkorban gempa Palu.

Baca Selengkapnya

Kasus Ratna Sarumpaet, Seniman Yogya Larung 5 Wayang Antagonis

9 Oktober 2018

Kasus Ratna Sarumpaet, Seniman Yogya Larung 5 Wayang Antagonis

Sejumlah seniman di Yogyakarta punya cara sendiri untuk menyikapi kasus Ratna Sarumpaet dan berbagai kabar hoax yang beredar di masyarakat.

Baca Selengkapnya

Pertemuan IMF - World Bank di Bali, Begini Komentar Mike Marjinal

7 Oktober 2018

Pertemuan IMF - World Bank di Bali, Begini Komentar Mike Marjinal

Gitaris grup band punk Marjinal, Mike, bersama sejumlah aktivis dan seniman ikut memantau pertemuan IMF - World Bank di Bali.

Baca Selengkapnya

Seniman Mural Singgung Cara Anies Baswedan Bersihkan Kali Item

26 Juli 2018

Seniman Mural Singgung Cara Anies Baswedan Bersihkan Kali Item

Upaya cepat yang dilakukan Anies Baswedan menangani Kali Item mendapat respons beberapa pihak salah satunya seniman mural

Baca Selengkapnya

Tidak Perlu Takut Jadi Seniman, Simak Kata Pelukis Naufal Abshar

11 Januari 2018

Tidak Perlu Takut Jadi Seniman, Simak Kata Pelukis Naufal Abshar

Beberapa orang akan berpikir bahwa seorang seniman tidak akan mendapatkan pekerjaan dan tidak bisa bertahan. Simak pengalaman pelukis Naudal Abshar.

Baca Selengkapnya

Karya Teguh Ostenrik Segera Ditenggelamkan di Pulau Bangka

17 Oktober 2017

Karya Teguh Ostenrik Segera Ditenggelamkan di Pulau Bangka

Instalasi seni Teguh Ostenrik yang ketujuh, ditanam untuk mengembalikan keindahan laut Pulau Bangka

Baca Selengkapnya

Teras Budaya Tempo Gelar Malam Simpati untuk Hamsad Rangkuti

22 September 2017

Teras Budaya Tempo Gelar Malam Simpati untuk Hamsad Rangkuti

Malam ini, Teras Budaya Tempo menggelar kegiatan penggalangan dana bertajuk Simpati untuk sastrawan Hamsad Rangkuti.

Baca Selengkapnya

Performance Art Tisna Sanjaya Protes DPR Soal KPK

21 Juli 2017

Performance Art Tisna Sanjaya Protes DPR Soal KPK

Seniman Tisna Sanjaya memprotes Panitia Khusus Angket DPR soal KPK dengan melakukan performance art di samping Gedung Merdeka Bandung.

Baca Selengkapnya