Coretan Dinding Jakarta-Paris

Reporter

Editor

Senin, 19 Juli 2010 07:27 WIB

TEMPO Interaktif, Di sebuah dinding, Bujangan Urban seakan mengajak semua berdendang. Dia bilang, "Goyang sampai melayang tak terbayang." Sebab, di sini tengah ada pesta dari dua kota beda negara, Jakarta dan Paris. Dikocok lalu tekan ujungnya, goyangkan, dan berkreasilah seheboh mungkin.

Bujangan Urban bukan tengah mengadakan pesta ngibing. Dengan gambar berwarna mencolok di sebuah tembok dinding, ia menjadi bagian dari pesta cat semprot dan akrilik para seniman jalanan (street artist) yang berkreasi sebebasnya dalam Ekshibisi Grafiti Jakarta-Paris.

Ekshibisi yang merupakan pameran bersama bertajuk "Wall Street Arts" itu digelar di Galeri Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, hingga 2 Agustus mendatang. Pameran ini diikuti tujuh seniman grafiti dari Jakarta--Bujangan Urban, Darbotz, Kims, Nsane5, Popo, Wormo, dan Tutu--serta enam seniman asal Paris--Ceet, Colorz, Gilbert, Kongo, Lazoo, dan Sonic.

Goyang Sampai Melayang merupakan salah satu grafiti menggelitik karya Bujangan Urban atau lebih dikenal dengan sebutan "Jablay". Ia tak bekerja sendiri, karena gambar tiga cewek seksi yang tengah asyik berjoget di bawah kata-kata "Goyang Sampai Melayang" itu adalah guratan Lazoo, seniman grafiti dari Paris, Prancis. Kolaborasi ini terpampang di dinding toilet Salihara yang semula polos.

Sejumlah gambar kolaborasi grafiti yang menghiasi dinding-dinding gedung Salihara itu tampil sebagai pemanasan visual bagi pengunjung yang akan naik ke galeri di lantai dua. Memasuki pintu galeri, kita disuguhi sensasi liar gambar jalanan yang terimajinasi oleh cat penuh warna dan gambar menarik. Karya grafiti yang dipajang di galeri tak lagi bermedium dinding, tapi kanvas dengan ragam ukuran.

Kolaborasi warna terang hijau, ungu, biru, dan kuning hadir bak pelangi berjudul Fantasonic, yang digoreskan Sonic, seniman asal New York, Amerika Serikat, yang berkarier di Paris. Sonic memang punya gaya sendiri dalam meramu warna. Ia menggunakan warna manis, seperti gulali. Pada karya lainnya, NYC Subway 1979, Sonic menggambar kereta usang yang penuh kemilau warna.

Seniman grafiti dari luar negeri yang tampil dalam pameran itu banyak menyuguhkan gambar klasik bergaya abstrak. Boleh dibilang, gaya klasik yang dikemas abstrak memang menjadi ciri khas kebanyakan seniman grafiti Barat, termasuk Paris. Simak karya Lazoo berjudul Drippin' Obama. Gaya dalam karya Lazoo itu kemudian diadaptasi seniman grafiti dari Jakarta, Tutu, dalam karya berjudul Prime Sinister.

Menurut kurator pameran, Alia Swastika, perbedaan antara seni grafiti yang berkembang di Asia dan Barat ada pada cita rasanya. Tahun ini, grafiti lokal banyak yang berkiblat pada pengaruh desain modern dan tokoh Manga. "Adapun gaya Barat lebih mengikuti perkembangan seni rupa dunia, lukisan abstrak, dan realisme," Alia menjelaskan. Dari kolaborasi dua negara ini, dia menambahkan, diharapkan bisa tercipta sebuah gaya grafiti baru.

Alia menyatakan pameran kolaborasi seniman Jakarta-Paris itu terinspirasi oleh Bienale Grafiti di Paris, yang dikunjunginya pada September tahun lalu. Di sana, Alia melihat perkembangan grafiti yang lebih pesat ketimbang di Indonesia.

Sepulang dari melihat seni jalanan (terjemahan bebas dari street art) dalam skala global, Alia tergiur membedah grafiti lokal dengan mengajak para seniman Paris melakukan studi banding. "Saya akui grafiti Paris memang sudah dilirik oleh institusi dan galeri yang mumpuni, sedangkan grafiti lokal masih berada pada posisi sebagai subkultur," ujarnya.

Pendapat ini tentu saja ada benarnya. Bila melihat perkembangan grafiti di Tanah Air, masih banyak yang menggunakan medium ekspresi di dinding-dinding di pinggir jalan. Para senimannya juga sebagian besar belajar secara otodidaktik, sehingga masih dianggap sebagai karya seni yang tidak profesional.

Karena itu, selain menghadirkan para seniman dari Paris sebagai studi banding, dalam pameran tersebut digelar diskusi bertema "Grafiti Sebagai Bagian dari Gerakan Subkultural" dan peluncuran buku Graffiti in Asia. Plus pemutaran video tentang perkembangan grafiti, yang diadakan pada Selasa lalu.

Yang jelas, menurut Alia, pameran itu tak menjamin akan mengubah nasib grafiti lokal dengan cepat. Tapi pameran ini setidaknya akan mengangkat nilai seni grafiti lokal dan bisa punya unsur komersial seperti di New York dan Paris. "Bukan untuk mengkomersialisasikan seni ini, tapi lebih menjadikannya tren hingga nilai seninya juga naik," katanya.


AGUSLIA HIDAYAH

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

37 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

43 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya