Komedi Kawin-Cerai

Reporter

Editor

Sabtu, 17 Juli 2010 12:05 WIB

Adegan pementasan "Dari Wak Menuju Tu" garapan Laskar Panggung pada acara "Pertemuan Teater Bandung" di GK. Sunan Ambu STSI Bandung, Jawa Barat, Jumat (16/7)
TEMPO Interaktif, Bandung - Rajabela berteriak-teriak memanggil Sulastri yang tengah mengaji di dalam rumah. Sepulang kalah berjudi, tukang minum itu minta agar istrinya membukakan pintu yang ternyata tak dikunci. Sambil mabuk dan marah, ia lalu mengajari istrinya cara membaca Al Quran yang benar. "Saya mualaf, Mas, baru belajar. Daripada Mas hanya teori saja," balas Sulastri datar dengan logat Jawa.

Tak tahan hidup bersama pengangguran, Sulastri akhirnya minta dicerai. Rajabela menyanggupi tanpa ratapan. Dari sini, perjalanan cinta nan panjang dimulai.

Rajabela yang insyaf kemudian mencari kerja dan menjadi petugas Satuan Polisi (Satpol) Pamong Praja. Ia pun menjalin hubungan baru dengan Dasilva. Namun perempuan aktivis kemanusiaan itu tak sudi dipinang karena petugas Satpol akrab dengan kekerasan.

Advertising
Advertising

Dasilva lebih memilih Kris Kelana, seorang guru. Tapi perkawinan mereka tak bertahan lama. Kris yang kerempeng kemudian menjadi petinju kacangan dan mengawini Juleha sang penari. Lagi-lagi rumah tangga mereka bubar karena Juleha diberitakan selingkuh. Perkawinan Juleha selanjutnya dengan Gani, seorang pelukis, pun bubar. Gani memilih perempuan lain.

Seperti pada sebagian kalangan selebriti, masalah cerai dan gonta-ganti pasangan itu terasa semudah membalik telapak tangan. Teater Laskar Panggung Bandung mengemas rantai cerita seputar kawin cerai itu sepanjang 140 menit.

Walau lumayan panjang, lakon berjudul Dari Wak Menuju Tu yang dipentaskan Gedung Kesenian Sunan Ambu Sekolah Tinggi Seni Indonesia, Bandung, Jawa Barat, itu jauh dari membosankan. Memadukan puisi, pantun, tari, nyanyian, dan lagu ciptaan sendiri, naskah garapan sutradara Yusef Muldiana itu tampil begitu segar dan menghibur. Balutan humor lewat bahasa tutur dan tubuh yang langsung menghentak sejak awal pertunjukan pukul 20.00 WIB, tak henti mengocok perut hingga menjelang drama usai.

Simak ketika tokoh Janggo berkenalan dengan seorang gadis bisu yang cantik. Saat ditanya tempat tinggalnya, si gadis memutar tangan kanannya seperti sedang mengaduk air di dalam gelas. Janggo menerkanya sebagai air yang dalam bahasa Sunda disebut cai atau ci. Belum tuntas sampai di situ, gadis bernama Mimin itu kemudian mengeluarkan kertas ampelas dari tasnya. "Oh, Cihampelas," kata Janggo tak kuat menahan tawa.

Selain bahasa Sunda, pementasan terakhir di acara Pertemuan Teater Bandung, pada Jumat malam kemarin itu menyelipkan dialek Betawi, Padang, Batak, Ambon, Madura, India, juga bahasa Inggris. Dialog tentang cinta juga diselingi kritik sosial seputar koruptor, nasib guru honorer, seniman, serta gosip seputar artis. "Buah semangka ada di Mina, buah pepaya ada di kutub. Nggak disangka nggak dinyana, Luna Maya ada di YouTube," kata seorang pemain berpantun.

Separuh dari seluruh aktor yang berperan lebih dari 2 tokoh adalah anak-anak dan remaja. Mereka bermain sama luwesnya dengan pemain dewasa, bahkan kerap bersaing kelucuan yang mengundang riuh dan tepuk tangan. Rasanya tak ada ruang dan sisi yang bolong dari alur yang sengaja dibuat lompat-lompat dari adegan ke-15, 4, 9, dan seterusnya itu.

Saat diumumkan di awal pertunjukan, memang terdengar bakal terasa rumit. Nyatanya alur sesederhana kostum para pemain yang akrab dipakai orang sehari-hari. Begitu pula tata panggung yang dibuat tiga tingkat, dari lantai hingga panggung tambahan di tengah panggung utama. Penyinaran lampu juga terlihat pas dan lancar, termasuk menyorot para penyanyi yang ditempatkan di tengah penonton dan mengantar aktor yang kerap muncul dari belakang kursi.

Kembali ke babak awal, sosok Sulastri dan Rajabela yang telah berubah 180 derajat akhirnya bertemu lagi di akhir cerita. Rajabela yang telah menjadi orang alim sebagai ustad, mendapati jasad Sulastri setelah menenggak minuman keras. Dari dunia lain, Sulastri memanggil mantan suaminya agar dibukakan pintu.

Laskar Panggung yang didirikan aktor teater Yusef Muldiana dan Dedy Koral pada 1995, telah mementaskan 432 pertunjukan. Kelompok paling produktif itu pernah mencatatkan rekor penonton terbanyak ketika pentas perdana dengan lakon Manusia dalam Botol pada 1996.

ANWAR SISWADI

Berita terkait

Siswa-siswi Binus School Simprug Gelar Pertunjukan Teater

4 hari lalu

Siswa-siswi Binus School Simprug Gelar Pertunjukan Teater

Agenda rutin yang dilaksanakan setiap tahun ini melibatkan siswa-siswi SMA, mulai dari persiapan, pemain, penulisan cerita, kostum, hingga tata cahaya

Baca Selengkapnya

Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

16 Oktober 2023

Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

Pewarisan seni longser melalui pelatihan, residensi atau pemagangan, dan pertunjukan di ruang publik dilakukan setiap tahun.

Baca Selengkapnya

Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

4 September 2023

Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

Longser termasuk seni pertunjukan dalam daftar warisan budaya tak benda dari Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

30 Agustus 2023

Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

Marcella Zalianty saat ini sedang mempersiapkan pertunjukan teater kolosal

Baca Selengkapnya

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

4 Oktober 2022

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

Puncak apresiasi FTJ diniatkan sebagai etalase yang memperlihatkan capaian pembinaan teater Jakarta pada tahun berjalan.

Baca Selengkapnya

Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

18 Juni 2022

Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

Direktur Kreatif Indonesia Kita, Agus Noor berharap pertunjukan Indonesia Kita ke-36 ini bisa memulihkan situasi pertunjukan seni di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

15 April 2022

Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

Teater Rumah Mata menggelar pertunjukan Shiraath untuk mengisi ngabuburit di sejumlah tempat di Kota Medan.

Baca Selengkapnya

Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret 2021

Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret menjadi Hari Teater Sedunia. Indonesia pun punya beragam pertunjukan teater rakyat seperti wayang orang, lenong, longser, hingga ketoprak.

Baca Selengkapnya

27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

27 Maret 2021

27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

Dulunya Teater merupakan hiburan paling populer di Yunani, pada 27 Maret, 60 tahun lalu Institut Teater Internasional menggagas Hari Teater Sedunia.

Baca Selengkapnya

Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

18 Maret 2021

Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

Festival Teater Tubuh berlangsung mulai Selasa sampai Sabtu, 16 - 20 Maret 2021. Festival ini merupakan silaturahmi tubuh kita dalam pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya