Kisah Sepotong Tangan Che  

Reporter

Editor

Senin, 28 Juni 2010 10:56 WIB

The Hands of Che Guevara. Foto:Dok.Film

TEMPO Interaktif, Jakarta - ambar yang ditayangkan itu horor tapi dingin: dua potong tangan, jari-jarinya setengah menggenggam, dan seluruh ujung jari hitam, bekas tercelup tinta.

Kedua potongan tangan itu milik pejuang revolusioner Kuba dan Bolivia, Ernesto "Che" Guevara. Setelah ia dieksekusi atas perintah Presiden Bolivia Rene Barrientos pada 9 Oktober 1967, tangan Guevara dilepas dari tubuhnya untuk diidentifikasi. Setelah sidik jarinya diambil, tangan itu dan mayat Guevara raib.

Kematian Guevara penuh misteri. Kedua telapak tangan Che yang terpisah, topeng kematiannya, dan mayat itu terus menjadi momok bagi beberapa petinggi pemerintahan, pesaing, dan bahkan para idealis di sekitar Guevara.

Raibnya potongan tangan Guevara itu mendorong sineas Belanda, Peter de Kock, membuat film dokumenter The Hands of Che Guevara dengan melakukan sebuah ekspedisi pencarian tangan sang gerilyawan. Film tersebut diputar di Erasmus Huis, Kuningan, Jakarta, Sabtu sore lalu.

Dalam sejarah perpolitikannya, Guevara terkenal sangat keras dan tak kenal kompromi. Sikap yang dianggap arogan oleh beberapa negara kapitalis itu memaksa Fidel Castro memberhentikan Guevara dari kabinet. Petualangan revolusioner Guevara pun berakhir di Bolivia, karena ia salah memperkirakan potensi negara ini, dan ia harus menanggung konsekuensinya. Ia pun tertangkap oleh tentara Bolivia pada 8 Oktober 1967, yang merupakan akhir dari segala dedikasinya. Guevara dijatuhi hukuman tembak, sehari setelah itu.

Dalam film ini, De Kock mencoba mengulik kebenaran tersembunyi dalam berbagai pemahaman yang dibangun dari kisah Guevara secara personal. Berawal dari momentum mengejutkan di Bolivia setelah 30 tahun kematiannya: tulang-belulang Guevara justru ditemukan di bawah landasan pendaratan pesawat di Vallegrande, Bolivia, dan bukan di dalam kuburannya. Kemudian, pada 12 Juli 1997, jenazahnya dikubur kembali dengan upacara kemiliteran di Santa Clara, di Provinsi Las Villas, tempat Guevara mengalami kemenangan dalam pertempuran ketika revolusi Kuba. Di tempat itu, dibangunlah monumen Che Guevara.

Penelusuran pun dijalankan lewat kamera. De Kock mengupasnya dari mulut jurnalis Victor Zannier, juru foto Rene Cadima dan Roberto Salas, serta seorang petugas museum Guevara, yang memperlihatkan beberapa benda milik sang pahlawan revolusioner.

Di sebuah tempat pencucian mayat tempo dulu, Rene Cadima berkisah. "Di sinilah jenazah Guevara ditaruh setelah dua hari ia dieksekusi, dijaga oleh sepuluh tentara karena takut dicuri," ujar fotografer yang kini duduk di kursi roda itu. Di situlah Cadema membidikkan kameranya pada wajah mayat Guevara, yang matanya masih terbuka.

Di Havana, Kuba, petugas museum memperlihatkan beberapa ciri fisik dan benda milik Guevara. Di antaranya Sierra Maestra, pipa cangkong yang digunakan Guevara untuk merokok, dan beberapa helai rambutnya yang disimpan dalam wadah bulat transparan.

Adapun Roberto Salas, yang pernah memotret Guevara pada 1971, mengaku pernah melihat kedua tangan yang terputus itu. "Tangan itu ada di Fidel Castro. Saya pernah diperlihatkan, namun tak bisa mendeskripsikannya," katanya.

Menurut Salas, rakyat Bolivia seakan tersayat-sayat bila mengingat tragisnya kematian sang pahlawan. "Sepertinya, rakyat tak ingin memperbincangkan ini dan tak setuju kalau kedua tangan itu dipertunjukkan," katanya.

Film dokumenter yang tegang ini mengeksplorasi perbatasan antara sejarah dan mitologi. Dan, ketika film berakhir, misteri itu masih tak terpecahkan: apa yang sebenarnya terjadi pada Che?


Sineas Asal Negeri Kincir Angin

Peter de Kock adalah sineas lulusan Akademi Film Belanda di Amsterdam, setelah ia belajar tentang desain audiovisual dan fotografi pada 1967. Setelah kelulusannya dengan hasil gemilang pada 1994, De Kock bekerja sebagai direktur fotografi di berbagai film dokumenter, film panjang, iklan, dan klip video. Selain sebagai sinematografer, De Kock menggarap film panjang pertamanya berbentuk dokumenter berjudul The Hands of Che Guevara.

Film dokumenter itu dibuatnya dengan jalan cerita yang linier, yang dikisahkan dari beberapa orang pertama sebagai saksi sejarah. Semua orang yang terlibat menceritakan bagian mereka dalam sejarah, masing-masing dari sudut pandang secara personal dan menampilkan diri sebagai karakter utama.

Setiap cerita dikemas De Kock dengan ragam warna. Dari romantisme dan pergolakan emosi pribadi hingga mampu menekan keberanian dari para narasumber. Kisah-kisah itu disampaikan dengan rasa hormat yang besar. Ada pula drama sejarah antara kepercayaan dan pengkhianatan, kebenaran dan realitas, serta trik dan kebohongan. Dengan merangkai bersama cerita-cerita kecil subyektif dari setiap saksi sejarah itu, film ini mencoba pelan-pelan memperlihatkan obyektivitas sejarah.

Aguslia Hidayah

Judul : The Hands of Che Guevara
Genre : Dokumentasi
Bahasa : Inggris
Sutradara : Peter de Kock



Berita terkait

Mira W Puas Dengan Arini Besutan Ismail Basbeth

4 April 2018

Mira W Puas Dengan Arini Besutan Ismail Basbeth

Film Arini mampu menerjemahkan kisah dalam novel dengan baik dalam konteks kekinian

Baca Selengkapnya

Film Indonesia Diputar di Busan International Film Festival 2017

17 Oktober 2017

Film Indonesia Diputar di Busan International Film Festival 2017

Film Ismail Basbeth ini diputar perdana pada A Window on Asian Cinema. Memperkenalkan film-film pilihan dari Most Talented Asian Filmmaker of The Year

Baca Selengkapnya

Garap Film Posesif, Sutradara Edwin: Tak Korbankan Idealisme

13 Oktober 2017

Garap Film Posesif, Sutradara Edwin: Tak Korbankan Idealisme

Menggarap film Posesif, menurut Edwin, sama sekali tidak mengorbankan idealismenya sebagai sutradara film selama ini.

Baca Selengkapnya

Star Wars: The Last Jedi, Ungkap Siapa Jedi yang Terakhir

9 Oktober 2017

Star Wars: The Last Jedi, Ungkap Siapa Jedi yang Terakhir

Lucasfilm telah secara resmi mengumumkan bahwa trailer film Star Wars: The Last Jedi akan tayang pada hari Selasa, 10 Oktober 2017.

Baca Selengkapnya

Di Pemutaran Film ini, Pria Kulit Putih Bayar Tiket Lebih Mahal

22 September 2017

Di Pemutaran Film ini, Pria Kulit Putih Bayar Tiket Lebih Mahal

Shiraz Higgins ingin bicara soal adanya ketakadilan
pendapatan antara perempuan dan laki-laki di Kanada

Baca Selengkapnya

Joko Anwar Gandeng Dua Seniman Main Film Pengabdi Setan  

22 September 2017

Joko Anwar Gandeng Dua Seniman Main Film Pengabdi Setan  

Di film Pengabdi Setan, Joko Anwar membutuhkan ada pemain
yang bisa menerjemahkan cerita melalui gestur. Ia melibatkan
dua seniman di Pengabdi Setan

Baca Selengkapnya

Gerbang Neraka, Film Horor Dengan Format Berbeda

15 September 2017

Gerbang Neraka, Film Horor Dengan Format Berbeda

Film Gerbang Neraka digadang sebagai film horor yang dikemas
lain dari gaya film horor sebelumnya

Baca Selengkapnya

Jay Subyakto Didemo Warga Keturunan Wandan Terkait Film Banda

31 Juli 2017

Jay Subyakto Didemo Warga Keturunan Wandan Terkait Film Banda

Ratusan warga mendesak DPRD untuk menunda penayangan film Banda yang disutradari Jay Subyakto.

Baca Selengkapnya

Harry Styles dan Pangeran Harry Ramaikan Premier Film Dunkirk

15 Juli 2017

Harry Styles dan Pangeran Harry Ramaikan Premier Film Dunkirk

Harry Styles mendampingi Pangeran Harry di karpet merah premier film Dunkrik karya Christopher Nolan.

Baca Selengkapnya

Lebanon Akan Boikot Wonder Woman karena Diperankan Aktris Israel

31 Mei 2017

Lebanon Akan Boikot Wonder Woman karena Diperankan Aktris Israel

Aktris Israel, Gal Gadot yang jadi Wonder Woman disebut-sebut menjadi anggota militer Israel.

Baca Selengkapnya