Indonesia Punya Karya  

Reporter

Editor

Sabtu, 19 Juni 2010 20:34 WIB

Siti Ajeng Soelaiman, Andara Firman Moeis dan Fitry Setyaningsih (Indonesia) di Teater Luwes, Institut Kesenian Jakarta,Taman Ismail Marzuki, Jakarta, selasa (15/06). (TEMPO/ Novi Kartika)
TEMPO Interaktif, Jakarta - Apresiasi besar layak diberikan untuk penari Indonesia. Dalam perhelatan Indonesian Dance Festival (IDF) ke-10 yang digelar di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, sepanjang 14-17 Juni lalu, enam koreografer kita menyuguhkan karya-karya yang patut diacungi jempol.

Dalam festival tari internasional bertema “Powering the Future” tersebut, karya yang ditampilkan keenam koreografer itu masih mengambil akar budaya klasik Indonesia. Tapi ada juga yang menyuguhkan tari modern, seperti karya almarhum Gusmiati Suid berjudul Seruan, yang dimainkan kembali oleh murid-muridnya. Mereka terdiri atas 5 orang pemain dan 5 orang pemusik. Tari ini bercerita tentang keadaan manusia yang tak lagi mendengar apa kata nuraninya. Maka, hanya Tuhanlah yang mampu menjadi obat bagi semua kelakuan menghalalkan segala cara demi kekuasaan dan materi.

Seruan sangat kental dengan warna Minangkabau. "Gerakan dalam tari mengambil dasar-dasar silat," kata asisten koreografer, Benny Krisnawardi, seusai pentas dalam pembukaan IDF pada Senin malam lalu. Gerakan yang banyak mengentak dan sesekali menjulangkan tangan ke atas tak lain adalah interpretasinya atas penunjukan Tuhan sebagai ujung sekaligus awal.

Musik sebagai iringan dihadirkan sangat minimal. Hanya tembang yang terucap dan mengiringi tarian. Malam itu, gerak yang didominasi oleh unsur maskulin tersebut boleh dibilang sangat memukau.

Ada lagi karya koreografer Eko Supriyanto berjudul Home: Ungratifying Life, yang menjadi sajian penutupan festival, Kamis malam lalu. Komposisi anyar itu sangat kental dengan warna Jawa, sebagai tempat kelahiran Eko. Itu kian kuat warna Jawanya dengan kehadiran tembang Jawa yang selalu didengungkan.

Meski tembang Jawa, Eko memilih bunyi-bunyian yang terkesan monoton, bising, dan ajek. "Saya sengaja memilih bunyi-bunyian seperti itu untuk sebuah teror," kata Eko. Karya ini bercerita tentang kegelisahan Eko atas ketiadaan rumah sebagai tempat yang paling aman dan nyaman. Manusia dikatakannya bukan lagi manusia jika mereka tak menerima alam. Bahkan mereka tak tahu di mana rumah itu karena kehidupan yang semakin hiruk-pikuk.

Eko menghadirkan ornamen bingkai yang ia tempatkan di tengah panggung. Bingkai tersebut mewakili sebuah rumah atas bentuk jendela. Di akhir garapan, muncul anjing yang mewakili bagian dari alam sekitar.

Dominasi gerak lambat memang dipilih Eko dalam koreografinya, yang berkesan sunyi dan meneror penonton atas suasana hening. "Kehidupan memang sangat cepat, tetapi bagi saya itu berjalan sangat lambat. Ini bagian dari teror itu," Eko menjelaskan.

Lain halnya dengan karya Siti Ajeng Soelaiman, Andara Firman, dan Fitry Setyaningsih dalam komposisi tari berjudul S[h]elf. Karya ini sebelumnya pernah dipentaskan di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta, pada Mei lalu. Mereka mengeksplorasi tubuh dengan gerak tari modern dan tema yang modern pula.

Tarian modern juga hadir dalam karya koreografer Jecko Siompo. Pada malam penutupan, Jecko bersama empat penari lainnya mementaskan karya lamanya berjudul Dari BETA MAX Sampai DVD Berjajar Pulau-Pulau.

Tarian tersebut menggambarkan betapa kuasanya teknologi yang mampu memudahkan segala aktivitas. Gerak robotik sangat mendominasi. Namun sesekali gambaran manusia purba juga terlihat di sana. Lewat karyanya, Jecko ingin menyampaikan bahwa kehebatan teknologi adalah sebuah pesan tradisi.

ISMI WAHID

Berita terkait

Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

29 April 2018

Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

Seniman dan penggiat tari di Jawa Barat merayakan Hari Tari Sedunia di Bandung.

Baca Selengkapnya

Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

28 Oktober 2017

Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

Tari Sonteng dari Jawa Barat memikat hati para diplomat Ekuador yang tergabung dalam Asosiasi Pasangan Diplomat Ekuador.

Baca Selengkapnya

Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

7 September 2017

Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

Eko Supriyanto akan mementaskan tari Cry Jailolo pada pembukaan pagelaran Solo International Performing Art (SIPA) di Benteng Vastenburg, Surakarta.

Baca Selengkapnya

Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

30 Agustus 2017

Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

Dance Meet Up (JDMU) #2 merupakan ajang pertemuan para komunitas tari dari berbagai genre di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

25 Agustus 2017

Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

Penari balet Marlupi Dance Academy (MDA) berhasil meraih 7 medali di dalam ajang Asian Grand Pix 2017 yang diselenggarakan di Hong Kong.

Baca Selengkapnya

Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

11 Juli 2017

Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

Gala Balet akan menampilkan kolaborasi penari difabel dari Australia, Prancis, Korea Selatan dan Italia.

Baca Selengkapnya

Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

16 Mei 2017

Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

Berbeda dari kebanyakan anak-anak lain yang terkena paparan bom atom, Sadako bertahan hidup bahkan layaknya manusia normal.

Baca Selengkapnya

Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

25 April 2017

Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

Ribuan seniman akan menari bergantian selama sehari semalam untuk memperingati Hari Tari Sedunia di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, 29 April 2017.

Baca Selengkapnya

Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

9 Maret 2017

Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

Jelang pementasan digelar pula pameran foto dan properti

pementasan tari yang lalu

Baca Selengkapnya

Indonesia Pentaskan Tari  

12 Januari 2017

Indonesia Pentaskan Tari  

EKI akan mementaskan dua karya tari di India.

Baca Selengkapnya