Selain Upstream (1927) karya Ford, film lain yang ditemukan adalah sebuah film paling dini yang selamat dari karya aktor komedi dan sutradara Mabel Normand dan sebuah drama yang dibintangi bintang layar perak tahun 1920-an, Clara Bow. Hanya 15 persen dari film-film bisu yang dibuat Ford, yang pernah meraih empat Oscar, itu yang selamat.
Menteri Kesenian, Kebudayaan dan Pusaka Selandia Baru, Christopher Finlayson, mengatakan, penemuan itu penting karena cetakan film itu sudah tak ada lahi di Amerika Serikat. "Film-film penting ini akan dilestarikan dan disediakan untuk dinikmati penonton Amerika maupun Selandia Baru," katanya kepada koran The New Zealand Herald pada Selasa lalu.
Steve Russell dari Film Archive mengatakan, film-film itu ditemukan ketika ahli preservasi Amerika, Brian Meacham, berkunjung tahun lalu. Kebanyakan dari film itu, kata Russell, tertinggal di Selandia Baru karena para distributor pada zaman dahulu tak memasukkan biaya pengirimannya kembali ke dalam pengeluaran mereka. "Ini salah satu kasus langka ketika tirani jarak berkuasa atas diri kita dan kebaikan film-film itu," katanya.
Penemuan Upstream adalah, "Penemuan menakjubkan, khususnya bagi kolega-kolega Amerika kami, tapi juga bagi diri kami," kata Russell kepada The Associated Press hari ini.
Film itu dicetak di atas stok film nitrat yang tak stabil dan sangat mudah terbakar. "Ada syarat-syarat yang sangat ketat untuk mengirimnya lewat udara," katanya. Pemulangan film itu akan mengeruk kantong U.S. National Film Preservation Foundation lebih dari NZ$ 750.000 atau sekitar Rp 4,6 miliar.
Iwank | AP