15 Penulis Muda Indonesia Diundang ke Ubud Writers 2010
Senin, 24 Mei 2010 18:01 WIB
Para penulis muda itu adalah Kurnia Effendi (Jakarta), Medy Lukito (Jakarta), Nusya Kuswatin (Yogyakarta), Arif Riski (Padang), Zelfeni Wimra (Padang), Wa Ode Wulan Ratna (Jakarta), Andha S (Padang), Imam Muhtarom (Blitar), Wendoko (Semarang), Yudhi Heribowo (Solo), W. Hariyanto (Surabaya), Benny Arnas (Sumatera Selatan), Magriza Novita Syahti (Padang), Harry B. Koriun (Riau), dan Hermawan Aksan (Bandung). “Mereka telah dipilih setelah melalui seleksi ketat,” kata anggota Dewan Kurator Triyanto Triwikromo.
Selain Triwikomo, kurator lainnya adalah penyair Cok Sawitri dari Bali dan penulis muda Makassar, M. Aan Mansyur. Menurut Tiwikromo, ada banyak alasan untuk memilih para penulis-penulis ini. Secara keseluruhan, mereka mencerminkan keberagaman daerah serta kantong-kantong kesusasteraan di Indonesia.
Mereka juga mencerminkan keragaman genre, aliran, teman, dan kecenderungan kesusasteraan Indonesia, mempresentasikan penghormatan UWRF 2010 pada upaya pemberdayaan perempuan, dan memajukan penulis-penulis muda berkualitas.
Meski begitu, tutur Tiwikromo, kualitas karyalah yang menjadi faktor penentu terpilihnya para penulis tersebut.“Kurator tetap melihat kualitas teks sebagai tolok ukur tidak terbantahkan. Pilihan-pilihan bertolak dari prinsip-prinsip di luar kualitas teks tidak menjadi pertaruhan utama,” ujarnya.
Proses seleksi tahun ini, menurut Community Development UWRF Kadek Purnami, jauh lebih berat dibandingkan dengan proses seleksi tahun lalu. “Karena tahun ini kita menerima kiriman karya dari 105 penulis dari seluruh Indonesia. Jumlah itu lebih dari dua kali lipat kiriman karya yang kita terima saat proses seleksi pada 2009,” katanya.
Karya-karya tersebut disaring terlebih dahulu melalui proses pre-kurasi yang dilakukan oleh koordinator program Indonesia UWRF 2010. Karya dari 40 penulis berhasil lolos melewati tahap ini. Karya-karya yang lolos saringan inilah yang kemudian diseleksi oleh Dewan Kurator.
Para penulis terpilih ini akan dibiayai untuk datang ke Bali dan tampil dalam festival. Selain itu, karya-karya mereka akan diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris untuk kemudian diterbitkan dalam antologi festival 2010.
Selama ini, UWRF telah menerbitkan dua antologi karya-karya para penulis Indonesia, yaitu Reasons for Harmony pada 2008 dan antologi bilingual Suka-Duka: Compassion and Solidarity pada 2009. Seluruh proses seleksi, partisipasi serta penerbitan antologi para penulis Indonesia merupakan kerja bersama UWRF dengan HiVos, sebuah organisasi nirlaba yang memperjuangkan terbentuknya masyarakat sipil-demokratis di berbagai belahan dunia.
UWRF pertama kali diselenggarakan pada 2004 sebagai respon kultural untuk mendorong pemulihan Bali sesudah terjadinya Bom Bali pada 2002. Festival tahunan ini kemudian berkembang menjadi salah satu festival sastra terbesar di Asia. Beberapa tahun belakangan ini, UWRF berupaya keras menjadi wahana bagi para penulis muda Indonesia untuk memperkenalkan karya-karyanya di panggung internasional.
UWRF 2010 akan berlangsung 6-10 Oktober mendatang dan mengusung tema besar “Bhinneka Tunggal Ika: Harmony in Diversity”. Selama berlangsungnya festival, para penulis Indonesia akan berkesempatan untuk berdialog dengan sejumlah penulis terkemuka asing, seperti Louis de Bernieres, novelis Inggris yang karyanya Captain Corelli’s Mandolin memenangkan anugerah buku terbaik Commonwealth Writers Prize, diterjemahkan ke 11 bahasa dan telah difilmkan pada 2001 dengan bintang utama Nicholas Cage.
UWRF 2009 menghadirkan 127 penulis dari 25 negara, termasuk Wole Soyinka, penulis Nigeria pemenang Nobel Kesusastraan. Selama festival dilangsungkan, ada sebanyak 187 kegiatan, termasuk panel diskusi, workshop, peluncuran buku dan pementasan, di lebih dari 50 tempat di Ubud. Selain itu juga diselenggarakan event satelit di berbagai kota di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.
ROFIQI HASAN