TEMPO Interaktif, Jakarta-Seniman senior Agus Suwage menerbitkan seribu eksemplar buku tentang perjalanan karier dan kumpulan karya-karyanya sepanjang 1985-2009 di Nadi Gallery Jakarta Art District, Grand Indonesia, Jakarta Pusat. Seribu eksemplar buku tersebut terdiri dari seratus edisi khusus yang sengaja dibuat berbeda dengan melampirkan sebuah patung tengkorak dari perak yang dibuat sepaket dengan sampul emas dan nomor terbitan bukunya. Sisanya merupakan edisi biasa dengan tebal halaman yang sama. Untuk harga edisi khusunya panitia mematok harga Rp. 4,5 juta , sedangkan edisi biasa Rp. 950.000.
Menurut sang penulis, Enin Supriyanto peluncuran buku yang berlangsung sejak 17 Mei hingga 29 Mei 2010 itu sekaligus merayakan ulang tahun Agus yang ke 50, yang sebenarnya jatuh pada 2009 yang lalu, namun baru terlaksana tahun ini. ”Dia ingin ada buku yang mengulas karya-karyanya dan dia meminta saya untuk membuat bukunya” kata Enin.
Dalam menyusun buku setebal lebih dari enam ratus halaman itu Enin mengacu pada kumpulan-kumpulan katalog pameran Agus sejak 1985, terutama pameran tunggal . Tulisan-tulisan kurator yang pernah muncul di pamerannya, juga ditampilkan dalam buku tersebut. Beruntung, hampir semua penulis bisa dihubungi untuk merevisi tulisannya. Namun dengan catatan, mereka tidak boleh merombak total tulisan itu karena Enin ingin merepresentasikan fakta sejarah secara natural. ”Ada beberapa perubahan tapi tidak begitu esensial” Jelas Enin.
Buku tersebut juga memuat tiga esai tambahan yang ditulis oleh beberapa penulis dari berbagai profesi . Esai pertama merupakan penulisan ulang biografi Agus yang disusun oleh sastrawan Putut Y.A yang mengulas awal karir agus kemudian dijadikan pengantar dalam buku tersebut. Kedua adalah semacam refleksi filosofis dari S.T Soenardi, yang memang sengaja diminta untuk melihat karya Agus Suwages dalam sudut pandang seorang filosof. Esai ketiga ditulis oleh Karim Raslan, jurnalis asal Malaysia yang cukup rajin mengikuti perkembangan seni rupa di Indonesia.
Agus Suwage mengaku cukup bahagia karena ini merupakan hadiah ulang tahunnya yang sangat spesial. ”Saya sangat bahagia dengan peluncuran buku ini dan mudah-mudahan bermanfaat,” ujarnya. Enin berharap buku tersebut dapat menjadi sumber informasi bagi para seniman di Indonesia , juga para kolektor yang mengoleksi karya sang seniman . Tulisan-tulisan dalam buku ini juga diharapkan dapat menjadi bahan yang baik bagi mereka yang ingin mengkaji praktek kuratorial di Indoensia sekaligus sumber referensi.
HERRY FITRIADI