Iwan Fals Sowan ke Kiai-kiai dan Ziarah ke Makam Wali
Senin, 26 April 2010 14:54 WIB
TEMPO Interaktif, Bantul - Penyanyi Iwan Fals bersama para santri Pondok Pesantren Kali Opak, Klenggotan, Srimulyo, Piungan, Bantul, Darah Istimewa Yogyakarta, menanam pohon di pinggir Kali Opak, Senin (26/4).
Ia menjadikan kampanye penanaman pohon untuk mengundang kepedulian masyarakat terhadap lingkungan yang sudah mulai rusak. "Titik terang itu ada di pohon, kita tahu nenek moyang kita dulu bahkan sampai menyembahnya, maka kita harus menyelamatkan Bumi dengan menanam pohon," kata Iwan, Senin (26/4).
Namun, bukannya saat ini orang harus menyembah pohon seperti yang dianut aliran amimisme/dinamisme. Tetapi bagaimana memelihara pohon untuk kepentingan yang lebih banyak.
Selama beberapa hari ini, Iwan Fals bersama Zastrow Al Ngatawi melakukan perjalanan ke kiai-kiai, ziarah ke makam wali serta mengunjungi pesantren. Perjalanan itu, tutur dia, untuk menemukan kembali spiritualitasnya. Apalagi syair lagu-lagunya ditelaah oleh Al Ngatawi dihubungkan dengan ajaran-ajaran Islam.
Contohnya lagu Tugu Pancoran dihubungan dengan kehidupan anak yatim, lagu Bento dihubungkan dengan sejarah Qorun dan lagu Ibu yang dalam ajaran Rasul disebut tiga kali baru bapak yang harus dihormati.
Penyanyi yang bernama asli Virgiawan Listanto itu sebelum melakukan ziarah dan sowan kiain, berpamitan kepada ibunya dan disambut dengan gembira. Bahkan, kata Iwan, ibunya berdoa selama 45 menit sambil memegangnya.
Saat mengunjungi Mbah Lim (Muslim Imam Puro) kiai kharismatik di Klaten, Jawa Tengah, ia dipesan untuk membersihkan "hama" RI (Republik Indonesia). Mbah Lim menepuk bahu Iwan berkali-kali dan kepalanya dibentur-benturkan ke kepala Iwan.
"Meski saya tidak paham dengan apa yang beliau lakukan, yang jelas di pesantren dan di lingkungan kiai, saya merasa tenang dan nyaman," kata Iwan.
M Jadul Maula, Pimpinan Pondok Pesantren Kali Opak, Klenggotan, Srimulyo, Piungan, Bantul menyatakan, saat ini Iwan mencari jati diri spiritualitasnya di pesantren-pesantren. Lagu-lagunya juga banyak tentang kegelisahan terhadap lingkungan. Dengan menanam pohon, kata dia bisa menanam nilai-nilai kehidupan.
"Usai menunaikan ibadah haji, Bang Iwan mencari jati diri spiritualitasnya melalui pesantren," kata Jadul.
Sebanyak 1.500 pohon akan dibagikan ke kelompok masyarakat dan pesantren yang berada di sekitar Bantul. Jenis pohonnya pun bermacam-macam, yaitu kayu jati, sengon, gayam, mimbo, tanaman perdu, durian dan rambutan. Pohon-pohon tersebut selanjutnya ditanam di lokasi pesantren masing-masing atau di halaman rumah anggota kelompok masyarakat.
Pesantren yang berada persis di samping Kali Opak yang menjadi episentrum gempa 2006 lalu itu menjadi pesantren budaya yang santri kalongnya lebih dari seribu orang. Dialog lintas agama sering dilakukan. Untuk membekali santrinya, Jadul menggunakan kitab Ihya' Ulumuddin, karangan Imam Ghazali.
Muh Syaifullah