Leonard Nimoy, adalah pemeran Mr Spock. Mungkin dia akan selamanya menjadi tokoh karakter dari planet lain itu sejak serial TV tahun 1960 mengudara. Dan kini, dia akhirnya memenuhi mimpi masyarakat petani yang nama desanya diberi nama Vulcan.
Dia mengaku penggunaan pakaian seragam yang serupa dalam film "Star Trek" adalah logis. "Saya telah menjadi Vulcan selama 44 tahun - saya pikir sudah waktunya aku pulang," kata aktor berusia 79 tahun itu, yang disambut sorakan di sebuah upacara di pusat kota.
Vulcan, sebuah komunitas berjumlah sekitar 2.000 orang, yang terletak 100 kilometer sebelah tenggara Calgary. Mereka telah bertahun-tahun mengidentikan dirinya dengan film fiksi ilmah di televisi yang legendaris itu. Hal ini, juga telah menarik wisatawan.
Ada model kapal USS Enterprise di belokan dari jalan raya. Foto-foto Spock serta berbagai adegan dalam film menghiasi ruang bangunan pusat kota. Pejabat kota mencari kesempatan untuk memakai seragam dan tak lupa mereka mengenakan telinga palsu yang runcing.
Pameran musim panas tahunan dikenal sebagai “Hari Spock”. Dewan kota telah mencoba selama bertahun-tahun untuk menarik Nimoy, yang memainkan manusia setengah Vulcan. Perwira pertama setengah manusia dikenal karena solusi logisnya untuk menghadapi krisis kepada Kapten James Kirk, yang diperankan oleh Shatner William.
"Ini kesempatan untuk menyambut Spock di rumahnya, untuk menyambut Leonard Nimoy kembali ke Vulcan - planet rumahnya," kata Walikota Tom Grant, yang juga menempelkan telinga Vulcan, sambil berjalan menyusuri jalan utama di balik sebuah parade Enterprise.
Nimoy membuat perjalanan itu sebagai bagian dari penampilan di Alberta untuk sebuah konvensi komik. Dia meninggalkan bekas telapak tangannya -gaya dalam memberi hormat Vulcan- untuk kota yang menghargainya dan dia dikenalkan dengan patung perunggu dalam karakter Spock.
Dia mengaku banyak menerima anugerah kehormatan untuk perannya yang terkenal, terakhir dari Hall of Fame. Namun dia mengatakan penghargaan yang dibayarkan kepadanya oleh Vulcan yang paling menyentuh dari semuanya.
REUTERS| NUR HARYANTO
