Sanggar Dewata Indonesia Kembali Gelar Pameran Besar  

Reporter

Editor

Sabtu, 10 April 2010 13:27 WIB

Pameran di Sanggar Dewata yang diikutu 27 pelukis lintas generasi, di Bali.(TEMPO/Rofiqi Hasan)
TEMPO Interaktif, Bali - Pameran besar Sanggar Dewata Indonesia (SDI) kembali digelar di Bentara Budaya Bali 9-18 April. Pameran bertajuk "Bali and Beyond" itu diikuti oleh 27 pelukis lintas generasi yang tergabung dalam sanggar pelukis yang telah berdiri sejak 1970 tersebut.

Menurut Koordinator Pameran Made Baktiyasa, pameran ini untuk membuktikan bahwa setelah 40 tahun berdiri, regenerasi pelukis SDI masih terjadi. "Bahkan makin berkembang karena pelukis yang pulang ke Bali ikut mendirikan cabang disini," katanya, di sela acara pembukaan pameran pada Jumat malam kemarin. Pameran menampilkan 24 lukisan, 7 karya patung, 4 sketsa, dan 5 karya instalasi.

SDI mulai berdiri pada 1970, yang digagas oleh sejumlah mahasiswa Bali yang menjalani kuliah di Institut Seni Indonesi (ISI) Yogyakarta. Mereka adalah Nyoman Gunarsa, Made Wiantar, Pande Supada dan Wayan Sikka. Pendirian itu untuk menyatakan sikap seniman Bali yang saat itu terjepit antara kecenderungan aliran modern yang berporos di Bandung dan aliran realis yang berpusat di Yogyakarta. SDI berusaha mengembangkan ciri-cirinya sendiri dengan menggali simbol-simbol dan tema-tema budaya Bali.

Advertising
Advertising

Pengamat seni Jean Couteau menyatakan, keberadaan sanggar ini sebetulnya mewakili pergolakan budaya Bali dalam merespon dinamikan masyarakatnya. "Seniman-senimannya dibesarkan dalam konteks sosial budaya yang berubah," ujarnya.

Di masa awal, tutur Couteau, mereka disibukkan dengan upaya mengangkat budaya Bali agar mendapat pengakuan di pentas seni rupa Indonesia dan internasional.

Situasinya jauh berubah dibanding saat ini, di mana para seniman lebih banyak yang merasa sebagai bagian warga dunia dengan problem-problem kontemporer seperti perubahan gaya hidup, ancaman pemanasan global, kasus korupsi, dan lain-lain.

Menurut Couteau, simbol budaya Bali dianggap sudah tak lagi relevan untuk ditonjolkan. Itu terlihat sangat jelas, secara visual tak ditemukan lagi ciri khas yang menyatakan mereka sebagai seniman yang berasal dari Bali.

Perupa Baktiyasa, angkatan 1998 di ISI Yogyakarta, menyatakan, cairnya bahasa rupa anggota SDI itu harus dianggap wajar. “Memang tidak ada ciri khusus yang kita indoktrinasikan. Semua pelukis bebas memilih gayanya sendiri,” katanya.

SDI lebih berperan sebagai instrumen awal untuk membantu perupa muda Bali yang menempuh pendidikan di Bali agar memiliki akses untuk memasuki dunia seni rupa. “Jika mereka telah merasa cukup eksis, mereka bahkan boleh memilih untuk tidak aktif di sanggar itu,” ujar Baktiyasa.

ROFIQI HASAN

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

41 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

48 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya