Hitler yang Berbeda

Reporter

Editor

Jumat, 19 Maret 2010 13:00 WIB

The Final Judgement karya Ronald Manullang.
TEMPO Interaktif, Rambut pendeknya yang klimis selalu ditata menyamping. Sorot matanya tajam dan dingin. Mulutnya seperti selalu terkatup dan pelit senyum. Kumisnya yang sedikit dan hanya tumbuh di bawah hidung menjadi ciri khasnya.

Dialah Adolf Hitler, sosok antagonis dalam peradaban modern Eropa. Seorang tiran yang legendaris dari Jerman. Tapi, di Umah Seni, Menteng Art Space, Jakarta Pusat, Hitler muncul dengan identitas baru, berbeda, paradoksal, dan sangat kontradiktif.

Perupa Ronald Manullang-lah yang mengeksekusi Hitler sehingga menjadi sosok yang berbeda. Dalam pameran tunggalnya yang bertajuk The Final Judgment (Penghakiman Terakhir), Ronald menampilkan 10 koleksi lukisan Hitler dengan identitas baru hingga 20 Maret besok.

Potret sang diktator itu dihadirkan dalam tubuh perempuan. Posisi dan gestur tubuh yang anggun memperlihatkan sosok perempuan sejati. Namun kekejaman dan keangkuhan tampak nyata ketika wajah sosok itu dikenali.

Ronald selalu menghadirkan tubuh perempuan yang sedang hamil besar, menyusui, dan menggendong anak. Ia meminjam gestur perempuan suci, Bunda Maria, yang merujuk pada penggambaran ikonografi Katolik Roma pada zaman Pencerahan.

"Penggambaran atas diri Hitler yang cenderung merujuk pada tradisi ikonografi Kristen Ortodoks atau Katolik Roma," ujar kurator Rifky Effendy seperti dalam katalog. Menurut Rifky, Hitler menjelma menjadi perempuan yang hamil besar dan kemudian melahirkan seorang bayi entah lelaki entah perempuan.

Karya-karya itu telah dipersiapkan Ronald sejak pertengahan tahun lalu. Awalnya sangat susah menemukan perempuan yang sedang hamil dengan postur seperti perempuan Eropa. Lebih sulit lagi, perempuan itu bersedia difoto telanjang.

Dan ketika menemukan perempuan yang dicarinya untuk dijadikan model, Ronald tetap membutuhkan kerja ekstrakeras, karena ia harus konsisten memotret perempuan ini pada saat hamil dan setelah melahirkan. Butuh proses yang panjang.

Foto-foto itu lalu diolah di komputer. Ronald kemudian memasangkan kepala Hitler dengan tepat. Foto itu menjadi bahan obyeknya di atas kanvas. Kanvas dipilih dengan sangat teliti. Proses gesso dilakukan berkali-kali, sehingga sapuan catnya sangat optimal.

Untuk hasil akhirnya, sapuan kuas di atas kanvas hanya dilakukan dengan sekali jalan. Ronald melukis dengan sangat realis. Hampir-hampir mirip hasil cetak digital.

Simaklah karya pertamanya, The Annunciation. Fuhrer, panggilan Hitler, terduduk di atas kursi. Tangan kirinya menggantung ke bawah sambil membawa buku karangannya, Mein Kampf. Tangan kanannya mencengkeram lengan kursi. Matanya sedikit memicing ke atas dengan mulut yang selalu terkatup. Tubuhnya setengah telanjang memakai jubah panjang. Ia terkejut menatap Jibril, tapi tak ekspresif. Dalam kisah aslinya, Jibril mengunjungi perawan Maria untuk menjadikannya ibu Yesus.

Lalu karya bertajuk Expecting New Born Child menjadi kisah kedua. Hitler terduduk di kursi dengan perutnya yang makin buncit. Tangan kanannya menyentuh sisi bawah perut yang menjadikannya sangat dekat dengan bayi. Tangan kirinya tersangga bebas pada lengan kursi, melindungi diri dan bayinya. Seolah ia menunggu kelahiran itu dengan sabar.

Bayinya kemudian lahir, tapi tak jelas apa kelaminnya. Gestur yang paradoks antara maskulin dan feminin. Lalu seorang ibu yang arogan tergambar dalam The Fuhrer and Child. Ada rajah di tangan kanan bayi itu, seperti tanda yang dimiliki orang-orang Yahudi dalam kamp konsentrasi.

Adapun The Crucifixion seperti sebuah eksekusi bagi Fuhrer. Ronald membidik tokoh ini dari sisi yang berbeda. Fuhrer terduduk di atas kursi, terlihat dari samping dengan kedua tangan menyatu di atas paha. Tangan tak bertubuh menodongkan kayu salib Yesus. Pada tangan itu ada rajah yang sama dengan milik bayi. Kayu salib berperan layaknya pistol yang ditodongkan di belakang kepalanya.

Merujuk pada pemikiran filosofis Bambang Sugiharto dalam katalog, kemenduaan tubuh yang tercitrakan dalam serial karya ini berakar pada tradisi seni rupa dalam budaya kristiani Barat yang penuh dengan tubuh telanjang. Menurut Bambang, ketelanjangan dalam konteks kultur kontemporer Barat juga berarti mempermalukan orang lain.

Betapa Hitler adalah sosok yang tak termaafkan oleh sejarah. Ronald menggunakan cara pandang yang majemuk atas kehadiran sejarah. Menghancurkan eksistensinya untuk membangun kembali dan menyegarkan ingatan kita atas apa yang telah terjadi sesungguhnya.

ISMI WAHID

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

43 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

50 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya