4 Buku Pramoedya Ananta Toer dengan Tema Perempuan yang Wajib Dibaca

Reporter

Yuni Rohmawati

Editor

Marvela

Rabu, 22 Mei 2024 22:45 WIB

Pramoedya Ananta Toer. Wikipedia/Lontar Foundation

TEMPO.CO, Jakarta - Pramoedya Ananta Toer masuk dalam kategori Sastrawan Angkatan 45, satu angkatan dengan Chairil Anwar, Asrul Sani, dan Idrus. Angkatan ini memiliki karya dengan corak sejarah.

Jika mengenal salah satu buku Pram, sapaan akrab Pramoedya Ananta Tour yaitu Bumi Manusia, maka Anda akan selangka lebih maju untuk membuka rasa penasaran tentang karya-karyanya yang lain.

Pram sendiri merupakan sastrawan asal Blora, yang memiliki banyak sekali karya buku dan novel. Sebelum meninggal di usia 81 tahun pada 2006 lalu, ia meninggalkan 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 42 bahasa asing.

Berikut buku Pram yang harus anda ketahui, yang bercerita tentang sejarah perempuan Indonesia di masa penjajahan Jepang-Belanda. Tak sedikit, buku-buku Pram dijegal oleh Kejasaan Agung pada 1981 hingga dibakar oleh Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965.

1. Gadis Pantai

Advertising
Advertising

Gadis Pantai merupakan novel karya Pramoedya Ananta Toer pada 1962 yang dikenal dengan nama The Girl from the Coast. Buku ini menceritakan kisah pernikahan dini dan kritik terhadap situasi sosial yang didasari pada kisah pernikahan neneknya sendiri.

Dikutip dari Gramedia, novel ini menceritakan tentang seorang gadis pantai yang masih berumur empat belas tahun. Sehari-harinya gadis tersebut bekerja menumbuk udang, dan membenahi jala untuk mencari ikan di laut.

Suatu waktu, ada seorang utusan menemui ayah gadis pantai karena diutus untuk meminta anaknya dinikahkan dengan Bendoro. Ayah gadis pantai menyetujuinya, dan dinikahkan dengan keris karena Bendoro berhalangan hadir. Hari berikutnya, gadis pantai diajak ke istana di daerah Jepara dengan pakaian kebaya dan kalung tipis menghiasi lehernya. Gadis pantai tersebut terlihat sangat anggun.

Novel ini memberikan gambaran mengenai situasi feodalisme di daerah Jawa. Feodalisme sendiri diartikan sebagai struktur pendelegasian kekuasaan sosiopolitik (sosial politik) yang dijalankan di kalangan bangsawan/monarki untuk mengendalikan berbagai wilayah yang diklaimnya melalui kerja sama dengan pemimpin-pemimpin lokal sebagai mitra.

2. Hikayat Siti Mariah

Tak hanya Gadis Pantai, ada juga Hikayat Siti Mariah yang juga bisa Anda temukan di Perpustakaan Nasional atau Ipusnas. Buku karya Pramoedya Ananta Toer ini juga bisa dibaca secara gratis di website dan juga aplikasinya.

Buku Hikayat Siti Mariah ini menceritakan kondisi Indonesia di masa pra-kebangkitan nasional atau sekitar tahun 1830-1890. Buku ini menceritakan tentang romansa dan pertikaian yang diceritakan dalam pabrik gula dan tebu yang selalu menjadi objek cerita dalam setiap kisah-kisah pra kebangkitan nasional, juga enggambarkan kejamnya kolonialisme.

Dikutip dari Perpustakan Nasional atau Ipusnas, novel Hikayat Siti Mariah yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer, merupakan satu dari beberapa dokumen klasik yang penting pra-Indonesia dan merekam secara baik sepak terjang sejarah tanam paksa di teritori kolonial india pada pertengahan abad ke-19 hingga menjelang peralihan abad ke-20, khususnya masyarakat gula di Jawa Tengah (Sukoraja).

Namun tidak semuanya bercerita tentang Belanda totok itu jahat, ada juga diceritakan dengan perilaku baik seperti halnya Multatuli yang mengkritik Pemerintahan Hindia Belanda dengan sistem tanam paksanya untuk menggunakan politik balas budi.

Kisah Siti Mariah yang juga bernama Urip, Mardi, Jongos Salimin, Babu Salimah, Nyonya Janda Esobier menjadi fokus utama cerita yang berlika-liku dengan sebagian serba kebetulan adanya dibuat oleh Haji Mukti yang dalam buku ini juga menjadi salah satu tokoh.

3. Larasati

Kemudian, setelah Gadis Pantai dan Hikayat Siti Mariah, ada juga buku Larasati, yang bisa Anda dapatkan di Perpustakaan Nasional atau Ipusnas. Anda juga bisa meminjam buku yang berjumlah 180 halaman ini secara gratis.

Buku ini bercerita tentang sebuah gejolak revolusi Indonesia pasca proklamasi dari sudut padang perempuan biasa bernama Larasati. Ia adalah seorang aktris panggung dan bintang film. Awalnya ia seorang yang apatis terhadap republiken dan revolusi karena baginya hidup adalah uang. Namun di dalam perjalanan hidupnya ia menyaksikan kesatriaan kaum muda merebut hak merdeka dari tangan-tangan orang asing.

Dikutip dari Goodreads, buku ini bercerita tentang pemuda-pemuda Indonesia yang rela membaktikan jiwa raga demi proklamasi kemerdekaan. Kisah-kisah tentang para pahlawan sejati dan pahlawan munafik, pertarungan di daerah republik dan daerah pendudukan Belanda dengan wanita sebagai tokoh utama – bintang film tenar yang dengan caranya sendiri memberikan diri dan segalanya untuk kemenangan revolusi.

Revolusi Semasa yang menghidupkan kembali sepenggal sejarah di tahun-tahun awal proklamasi kemerdekaan, sebuah potret jujur gaya Pramo Potretedya tentang kebesaran dan kekerdilan, kekuatan dan kelemahan revolusi.

4. Perawan Remaja dalam Cengkraman Militer

Terakhir, buku Perawan Remaja dalam Cengkraman Militer yang diterbitkan pada Maret 2001 oleh Kepustakaan Populer Gramedia. Buku dengan 250 halaman ini masih bisa dibaca dan dibeli dengan harga kisaran Rp 60.000 saja.

Buku ini merupakan catatan Pramoedya Ananta Toer tentang derita yang dialami oleh gadis-gadis Indonesia yang menjadi korban kekejaman tentara Jepang pada masa Perang Dunia II.

Dikutip dari Gramedia, pada 1943, Pemerintahan Pendudukan Balatentara Dai Nippon di Jawa mengeluarkan perintah kepada para remaja perempuan untuk melanjutkan sekolah di Tokyo dan Shonanto. Perintah ini tidak pernah diumumkan secara resmi, juga tidak masuk dalam Lembaran Negara atau Osamu Serei.

Jepang sengaja melakukannya untuk menghilangkan jejak. Dan para perawan remaja yang telah diberangkatkan meninggalkan kampung halaman dan keluarga, menempuh perjalanan yang berbahaya.

Nyatanya bukan untuk disekolahkan, mereka dipaksa untuk memenuhi impian seks serdadu Jepang. Kajian kiwari menyebut mereka sebagai jugun ianfu atau comfort woman. Dan kenyataannya, para Jugun Ianfu bukan hanya sekadar perempuan penghibur, tetapi juga budak seks secara brutal, terencana, dan kita bisa menganggapnya sebagai kejahatan perang.

“ ... kalian para perawan, telah aku susun surat ini untuk kalian, bukan saja agar kalian tahu tentang nasib buruk yang biasa menimpa para gadis seumur kalian juga agar kalian punya perhatian terhadap sejenis kalian yang mengalami kemalangan itu. Surat kepada kalian ini juga semacam pernyataan protes, sekalipun kejadiannya telah puluhan tahun lewat…” tulis kutipan Pramoedya Ananta Toer dalam buku tersebut.

Pilihan Editor: Kenang Pramoedya Ananta Toer dan Karya-karyanya, Tak Cuma Bumi Manusia

Berita terkait

Ayu Utami, Sastrawan Sekaligus Salah Seorang Pendiri AJI Indonesia

2 hari lalu

Ayu Utami, Sastrawan Sekaligus Salah Seorang Pendiri AJI Indonesia

Ayu Utami penulis novel Saman dan Larung. Ia salah seorang pendiri AJI Indonesia dan turut mengajukan amicus curiae sengketa Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Tips Membeli Buku Bekas di Pasar Kwitang

9 hari lalu

Tips Membeli Buku Bekas di Pasar Kwitang

Pasar Kwitang merupakan sentra buku bekas terbesar di Indonesia. Berikut tips memilh buku bekas.

Baca Selengkapnya

Buku Tulis Bersampul Foto Jan Ethes Jadi Sorotan, Gibran: Mohon Maaf Ya

9 hari lalu

Buku Tulis Bersampul Foto Jan Ethes Jadi Sorotan, Gibran: Mohon Maaf Ya

Gibran sebelumnya mengunjungi SDN Margorejo VI Surabaya pada Kamis, 6 Juni 2024 dan membagikan buku tulis bersampul Jan Ethes kepada para siswa.

Baca Selengkapnya

KBRI Singapura Luncurkan Buku Karya Pekerja Migran Indonesia

26 hari lalu

KBRI Singapura Luncurkan Buku Karya Pekerja Migran Indonesia

KBRI Singapura memfasilitasi peluncuran buku antologi cerpen "Bukan Cerpen Biasa" yang ditulis oleh pekerja migran Indonesia

Baca Selengkapnya

Kemendikbud Luncurkan Program Sastra Masuk Kurikulum, Bumi Manusia Masuk Daftar Rekomendasi

32 hari lalu

Kemendikbud Luncurkan Program Sastra Masuk Kurikulum, Bumi Manusia Masuk Daftar Rekomendasi

Kemendikbud Ristek merekomendasi ratusan buku sastra untuk dibaca para pelajar di Indonesia saat peluncuran Program Sastra Masuk Kurikulum

Baca Selengkapnya

Di Balik Hari Buku Nasional, Ini Alasan Penetapannya dan Siapa Penggagasnya?

36 hari lalu

Di Balik Hari Buku Nasional, Ini Alasan Penetapannya dan Siapa Penggagasnya?

Pemerintah pada 17 Mei 1980 menetapkan sebagai Hari Buku Nasional. Apa alasan penetapannya?

Baca Selengkapnya

Dirut BPJS Kesehatan Rilis Buku Terbaru

36 hari lalu

Dirut BPJS Kesehatan Rilis Buku Terbaru

Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ghufron Mukti meluncurkan dua buah buku. Yang pertama berjudul "Roso Telo Dadi Duren, Biyen Gelo Saiki Keren: Catatan 10 Tahun Perjalanan BPJS Kesehatan", Jumat, 17 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Pegadaian Luncurkan Buku Van Leening When History Begins

46 hari lalu

Pegadaian Luncurkan Buku Van Leening When History Begins

Buku napak tilas Pegadaian ini berisi sejarah panjang perjalanan PT Pegadaian selama lebih dari satu abad berkontribusi dan melayani masyarakat Indonesia.

Baca Selengkapnya

Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

53 hari lalu

Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

Mengenang Umar Kayam, pemeran Sukarno dalam film Pengkhianatan G30S/PKI. Kakek Nino RAN ini seorang sastrawan dan Guru Besar Fakultas Sastra UGM.

Baca Selengkapnya

18 Tahun Kepergian Pramoedya Ananta Toer, Kisah dari Penjara ke Penjara

53 hari lalu

18 Tahun Kepergian Pramoedya Ananta Toer, Kisah dari Penjara ke Penjara

Sosok Pramoedya Ananta Toer telah berpulang 18 tahun lalu. Ini kisahnya dari penjara ke penjara.

Baca Selengkapnya