Hari-hari Terakhir Soe Hok Gie di Puncak Gunung Semeru, Tak Sempat Rayakan Ulang Tahun ke -27

Jumat, 16 Desember 2022 10:20 WIB

Soe Hok Gie. (net)

TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, 16 Desember 1969, aktivis Soe Hok Gie meninggal dunia. Gie, sapaannya, mengembuskan napas terakhirnya saat mendaki Gunung Semeru. Ia diduga menghirup asap beracun dari kawah gunung itu.

Sosok Soe Hok Gie cukup dikenal di kalangan aktivis mahasiswa 1960-an. Gie merupakan ikon idealisme angkatan 66 era Orde Lama dan awal Orde Baru. Suaranya kerap nyaring mengkritik pemerintah melalui tulisan-tulisannya yang tajam.

Baca: Tentang Soe Hok Gie Aktivis Mahasiswa di Sebuah Zaman

Hari-hari Terakhir Soe Hok Gie

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut kisah pendakian Soe Hok Gie yang berujung kematiannya.

Soe Hok Gie mendaki bersama rombongan. Kelompok pendaki itu terdiri dari Gie, Idhan Dhanvantari Lubis, Abdurrachman, Herman Onesimus Lantang atau Herman Lantang, Anton Wijaya, Rudy Badil, dan Freddy Lodewijk Lasut. Ada juga seorang wartawan Sinar Harapan, Aristides Katoppo.

Advertising
Advertising

Gie punya maksud, selain hendak menaklukkan gunung tertinggi di Jawa itu, dia ingin merayakan hari ulang tahunnya ke-27 di puncak Semeru. Gie ulang tahun pada 17 Desember, sehingga hari keberangkatan dipilih sebelum tanggal itu, 16 Desember. Mereka berangkat dari Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, pukul 07.00 ke Stasiun Gubeng, Surabaya.

Bisa menaklukkan Semeru kala itu menjadi tantangan tersendiri. Pasalnya belum banyak pendaki yang mengunjunginya gunung ini. Mereka berbekal buku panduan mendaki Gunung Semeru buatan Belanda, yang berusia hampir 40 tahun atau terbit pada 1930.

Rombongan pendaki itu disebut mengambil jalur yang tidak umum. Mereka melewati Kali Amprong dan mengikuti pematang Gunung Ayek Ayek hingga turun menuju Oro Oro Ombo. Gie dan kawan-kawan mendirikan kemah di sana sebelum kemudian melanjutkan perjalanan ke Recopado. Sementara tenda dan tas mereka tinggal agar tak membebani perjalanan.

Saat di Oro Oro Ombo, mereka membagi tombol ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah Gie, Aristides, Rudy Badil, Anton Wijaya, Abdurrachman, dan Freddy. Sedangkan kelompok kedua terdiri dari Herman dan Idhan. Kelompok pertama tiba lebih dulu. Mereka berhasil mencapai puncak Semeru menjelang sore.

Sembari mengumpulkan tenaga, Gie menunggu kelompok Herman yang tertinggal. Namun, saat menunggu tersebut, tiba-tiba rekan Abdurrachman atau Maman mulai meracau. Aristides dan Freddy akhirnya memutuskan membawa Maman kembali ke shelter

Tak lama berselang, kelompok kedua akhirnya sampai di puncak Semeru. Idham yang melihat Gie tengah duduk kemudian membersamainya. Sementara Herman tetap berdiri. Karena duduk itulah, Gie dan Idham diduga menghirup gas beracun yang massanya lebih berat dari oksigen.

Menurut kesaksian Herman, Gie tampak diam sebelum akhirnya menggelepar. Akibat keracunan gas tersebut, Gie dan Idham menjadi lemas. Gie dinyatakan meninggal beberapa saat kemudian. Tak lama berselang, Idham menyusul. Keduanya meninggal setelah menaklukkan Gunung Semeru. Tetapi Gie gagal merayakan ulang tahunnya yang ke-27 sehari setelahnya.

Evakuasi jenazah kedua pendaki terkendala karena jalur yang ekstrem. Berita tewasnya Gie dan Idham baru tersiar pada 22 Desember 1969 atau lima hari setelah kematian. Para pendaki ini sempat dikabarkan hilang. Sehari sebelumnya, 21 Desember 1969, TNI Angkatan Laut mencoba mencari mereka. Tetapi pencarian terhalang kabut sehingga prosesnya semakin sulit.

Jenazah Soe Hok Gie baru dimakamkan pada 24 Desember 1969 di Menteng Pulo. Tetapi kemudian, dipindahkan ke Pekuburan Kober Tanah Abang. Saat Pekuburan Kober dibongkar oleh Ali Sadikin pada 1975, keluarga dan kerabat menolak kuburan Gie dipindah. Semula mereka memutuskan jasad aktivis makasiswa itu dikremasi dan abunya ditebar di Gunung Pangrango. Namun, Gie kemudian dimakamkan yang saat ini menjadi lokasi Museum Taman Prasasti.

HENDRIK KHOIRUL MUHID I SDA

Baca juga: Museum Taman Prasasti: Makam Istri Raffles hingga Soe Hok Gie

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Seismograf Gunung Semeru di Jawa Timur Rekam Guncangan Kuat Gempa Garut

1 hari lalu

Seismograf Gunung Semeru di Jawa Timur Rekam Guncangan Kuat Gempa Garut

Ada tujuh kali gempa tektonik jauh yang terekam dengan amplitudo 4-26 mm, S-P 12-60 detik, dan lama gempa 29-533 detik.

Baca Selengkapnya

Longsor dan Banjir di Wilayah Gunung Semeru: 3 Tewas, 17 Jembatan Rusak, Akses Lumajang-Malang Terputus

8 hari lalu

Longsor dan Banjir di Wilayah Gunung Semeru: 3 Tewas, 17 Jembatan Rusak, Akses Lumajang-Malang Terputus

Bencana banjir dan longsor yang dipicu intensitas hujan yang tinggi di wilayah Gunung Semeru menimbulkan korban jiwa dan merusak sejumlah fasilitas

Baca Selengkapnya

Setidaknya 11 Jembatan di Lumajang Rusak Akibat Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru

9 hari lalu

Setidaknya 11 Jembatan di Lumajang Rusak Akibat Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru

Setidaknya ada 11 jembatan di Lumajang yang dilaporkan rusak akibat banjir lahar dingin Gunung Semeru.

Baca Selengkapnya

3 Orang Meninggal Akibat Longsor dan Lahar Dingin di Kawasan Gunung Semeru

9 hari lalu

3 Orang Meninggal Akibat Longsor dan Lahar Dingin di Kawasan Gunung Semeru

Satu warga meninggal akibat tertimbun material longsor dan dua warga meninggal akibat terbawa arus lahar dingin Gunung Semeru

Baca Selengkapnya

Selain Erupsi Gunung Ruang, Aktivitas Lewotobi Laki-laki sampai Semeru dan Gamalama Sedang Naik

9 hari lalu

Selain Erupsi Gunung Ruang, Aktivitas Lewotobi Laki-laki sampai Semeru dan Gamalama Sedang Naik

Aktivitas gunung berapi tidak hanya terjadi pada Gunung Ruang , tapi juga Lewotobi Laki-laki sampai Gamalama dan Semeru.

Baca Selengkapnya

Jembatan yang Dilintasi Mendadak Putus, Pasutri di Lumajang Tewas Terseret Lahar Dingin Gunung Semeru

9 hari lalu

Jembatan yang Dilintasi Mendadak Putus, Pasutri di Lumajang Tewas Terseret Lahar Dingin Gunung Semeru

Sepasang suami-istri menjadi korban lahar dingin Gunung Semeru. Mereka jatuh ke sungai saat jembatan yang mereka lintasi terputus.

Baca Selengkapnya

Sungai Meluap Akibat Lahar Dingin Gunung Semeru, 32 Keluarga di Lumajang Mengungsi

10 hari lalu

Sungai Meluap Akibat Lahar Dingin Gunung Semeru, 32 Keluarga di Lumajang Mengungsi

Lahar dingin dari Gunung Semeru meningkatkan debot air daerah Sungai Regoyo di Lumajang. Warga sekitar mengungsi mandiri.

Baca Selengkapnya

Warga Lumajang Evakuasi Mandiri Pasca Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru

10 hari lalu

Warga Lumajang Evakuasi Mandiri Pasca Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru

Banjir lahar dingin itu menyebabkan debit air Daerah Aliran Sungai (DAS) Regoyo meluap hingga merendam permukiman warga pada Kamis, pukul 19.30 WIB.

Baca Selengkapnya

Aktivitas Gunung Semeru Semakin Intens, Warga Diminta Waspadai Awan Panas, Guguran Lava dan Lahar

12 hari lalu

Aktivitas Gunung Semeru Semakin Intens, Warga Diminta Waspadai Awan Panas, Guguran Lava dan Lahar

Badan Geologi masih mempertahankan status aktivitas Gunung Semeru berada di Level III atau Siaga dengan penambahan rekomendasi.

Baca Selengkapnya

Letusan dan Awan Panas Gunung Semeru Terus Meningkat Sejak 2021, Ini Penjelasan Badan Geologi

12 hari lalu

Letusan dan Awan Panas Gunung Semeru Terus Meningkat Sejak 2021, Ini Penjelasan Badan Geologi

Aktivitas vulkanik Gunung Semeru terus meningkat selama empat tahun terakhir. Badan Geologi menjelaskan sejumlah gejalanya.

Baca Selengkapnya