Teater Satu Lampung Tampil di JILF 2022, Penonton Pikirkan Nasib Pelaku Tradisi Saat Ini

Selasa, 25 Oktober 2022 18:27 WIB

Penampilan Teater Satu Lampung di Jakarta International Literary Festival pada Ahad 23 Oktober 2022. Tempo/Ima Dini Shafira

TEMPO.CO, Jakarta - Teater Satu Lampung memberikan kejutan dalam gelaran Jakarta International Literary Festival atau JILF 2022 . Menampilkan pertunjukan realisme ala Stanislavsky, mereka membawa penonton untuk berpikir akan sastra, tradisi, hingga filsafat.

Kelompok teater yang didirikan pada 1996 ini tampil membawakan lakon berjudul Warahan Selip: Malam Ini Aku Tak Ingin Sendiri. Pertunjukan mereka diadakan di Wahyu Sihombing Teater Taman Ismail Marzuki pada Ahad, 23 Oktober 2022.

Penonton sudah dibawa terpaku saat kelima pemain mulai naik ke atas panggung. Mereka yang tampil seperti orang grogi membuat penonton berpikir pertunjukan seperti apa yang mereka mainkan. Bahkan penonton seperti dibuat bingung pertunjukan ini sudah mulai atau belum. Para pemain mengenakan pakaian formil seperti Aparatur Sipil Negara. Hal ini makin membuat penonton kebingungan. Dengan dialek khas Lampung mereka menampilkan pertunjukan yang satir akan kondisi kesenian tradisi yang terjadi pada saat ini.

Mereka pun duduk di atas tikar pada panggung yang di sana sudah tergelar gambus, gitar, jimbe, rebana, kacang rebus, kopi, dan rokok. Mereka pun lalu memainkan musik dan tradisi sastra tutur Lampung saat pertunjukan. Lalu diselingi perdebatan filsafat antar pemain dengan dialog yang kocak hingga membuat terpingkal-pingkal.

Sang sutradara Iswadi Pratama mengungkapkan bahwa pertunjukan kali ini memang ditampilkan khusus untuk gelaran JILF 2022. Mereka menampilkan narasi ini sebagai bentuk kritik dan respon akan pergolakan festival sastra yang ada di Indonesia saat ini.

Dalam pertunjukan ini Iswadi mengungkapkan harapannya akan pemberian ruang terhadap pelaku kesenian daerah pada acara-acara sastra. Meski begitu, ia juga mengkritisi pelaku tradisi untuk tidak kaku pada modernisasi yamg terjadi.

"Problemnya itu kan ada juga, gesekan itu emang sudah ada. Jadi kita bukan berpihak pada sastra modernnya atau tradisinya. Kita cuma mau menyampaikan kalau problem ini ada loh. Di lingkungan seni tradisi ini ada. Kan asyik juga kalau dijadikan agenda diskusi. Kita berbicara tentang sastra hari ini, tentang isu yang cukup luas, tapi ada isu-isu yang ada di dekat kita harus ada juga yang dibicarakan," kata Is saat ditemui setelah pertunjukan .

Ia menilai saat ini banyak pelaku sastra yang berbicara mengenai isu luas, namun abai terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka. Hingga para pemain tradisi pun terkesan tidak diberi ruang pada festival-festival besar.

Masalah ini diungkapkan Iswadi tidak hanya terjadi di sastra tutur Lampung. Para pelaku wayang dan ludruk di Jawa pun terkesan mendapat stigma seperti itu. Masalah inilah yang menjadi pemantik pertunjukan yang ditampilkan Teater Satu pada Ahad malam.

"Harapannya kita ingin festival-festival sastra kayak JILF ini memberi ruang juga bagi sastra -satra tutur, tradisi. Karena itu juga bagian yang hidup di tengah masyarakat kita, dan ikut membangun kultur bangsa ini. Jadi saya kira kita nggak bisa mengesampingkan itu," ujarnya.

Iswadi mengungkapkan bahwa saat ini, ada banyak pelaku seni tradisi atau sastra tutur yang nasibnya sudah makin nggak jelas. Hal itu dikarenakan kurangnya ruang kepada para pegiat tradisi ini. "Kalau memang mendapat ruang ya pasti event-event formal gitu ya, seperti agenda pemerintah," ucapnya.

Baca juga: Jakarta International Literary Festival 2022 Digelar di Taman Ismail Marzuki, Dimeriahkan Efek Rumah Kaca

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Melihat Alek Bakajang, Tradisi yang Mempererat Persaudaraan di Kabupaten Lima Puluh Kota

8 hari lalu

Melihat Alek Bakajang, Tradisi yang Mempererat Persaudaraan di Kabupaten Lima Puluh Kota

Alek Bakajang diyakini masyarakat sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu, biasanya dilaksanakan tiga hari setelah Idulfitri.

Baca Selengkapnya

Kim Sae Ron Mundur dari Teater Dongchimi Sehari Setelah Diumumkan

10 hari lalu

Kim Sae Ron Mundur dari Teater Dongchimi Sehari Setelah Diumumkan

Kim Sae Ron batal comeback dengan tampil sebagai pemeran di pertunjukan teater Dongchimi mendatang. Diduga karena kondisi mentalnya memburuk.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

10 hari lalu

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Kim Sae Ron akan Main Teater Dongchimi, Comeback Setelah Kasus DUI

11 hari lalu

Kim Sae Ron akan Main Teater Dongchimi, Comeback Setelah Kasus DUI

Kim Sae Ron akan membintangi pertunjukan teater bulan depan setelah vakum dari dunia akting selama 2 tahun karena kasus DUI.

Baca Selengkapnya

Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

11 hari lalu

Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

Seblang merupakan salah satu tradisi adat suku Osing di Banyuwangi dalam mengejawantahkan rasa syukurnya.

Baca Selengkapnya

Mengintip Bakdo Sapi di Boyolali, Tradisi Nenek Moyang yang Digelar setiap Akhir Lebaran

11 hari lalu

Mengintip Bakdo Sapi di Boyolali, Tradisi Nenek Moyang yang Digelar setiap Akhir Lebaran

Tradisi Bakdo Sapi digelar di akhir perayaan Lebaran, bertepatan dengan kupatan atau syawalan

Baca Selengkapnya

Lebaran Topat Lombok Barat Akan Diadakan di Pantai Tanjung Bias

17 hari lalu

Lebaran Topat Lombok Barat Akan Diadakan di Pantai Tanjung Bias

Lebaran Topat tahun ini akan digelar pada hari Rabu, 17 April 2024

Baca Selengkapnya

Berbagai Tradisi Lebaran di Luar Negeri, dari Arab Saudi hingga Senegal

19 hari lalu

Berbagai Tradisi Lebaran di Luar Negeri, dari Arab Saudi hingga Senegal

Setiap negara punya tradisi unik dalam merayakan hari raya Idulfitri atau Lebaran. Di Indonesia, Lebaran dirayakan pada 10 April 2024.

Baca Selengkapnya

Asal-Usul Tradisi Membangunkan Sahur di Indonesia

31 hari lalu

Asal-Usul Tradisi Membangunkan Sahur di Indonesia

Asal-usul tradisi membangunkan sahur di Indonesia diyakini telah eksis sejak Islam masuk ke Tanah Air dan memiliki sebutan berbeda di setiap daerah.

Baca Selengkapnya

Pesona Wae Rebo, Desa di Atas Awan yang Diakui Dunia

37 hari lalu

Pesona Wae Rebo, Desa di Atas Awan yang Diakui Dunia

Wae Rebo, desa di perbukitan Pulau Flores, NTT dinobatkan sebagai salah satu kota kecil tercantik di dunia oleh The Spector Index, serta diakui UNESCO

Baca Selengkapnya