Kontroversi Film Dokumenter Sabaya, Korban Perbudakan Seksual Kelompok ISIS

Reporter

Tempo.co

Selasa, 28 September 2021 19:50 WIB

Film Sabaya. IMDb

TEMPO.CO, Jakarta – Film dokumenter asal Swedia, bertajuk Sabaya sukses dirampungkan di tangan sutradara Hogir Hiror. Bahkan, film ini memenangi penghargaan bergengsi dari ajang Festival Film Sundance 2021 dengan nominasi sutradara film dikumenter terbaik.

Secara garis besar, film dokumenter ini menceritakan tentang penyelamatan wanita Yazidi yang menjadi budak seks oleh kelompok teroris ISIS. Dengan mewawancarai tiga wanita asal yang merupakan korban budak seks kelompok ISIS, film tersebut menggambarkan perbudakan seksual yang dialami gadis-gadis oleh kelompok ISIS.

Ketiga wanita yang merupakan subjek utama dalam film menyatakan keberatannya apabila gambar dan rekaman wawancara mereka ditampilkan di film. Namun sang sutradara tidak mengindahkan ketidaksetujuan itu dan memilih tetap menggunakan gambar mereka dalam film dokumenter Sabaya.

Dinilai tidak menghormati hak perempuan, melalui advokatnya, ketiga perempuan tersebut menilai penanyangan mereka pada film Sabaya membahayakan posisi mereka. ”Saya sudah mengatakan kepada mereka, bahwa saya tidak ingin ditampilkan di dalam film. Itu membahayakan,” ujar salah satu wanita Yazidi itu.

Film dokumenter yang didanai The Swedish Film Institute itu kemudian menimbulkan kemarahan, kecaman dan kritik dari beberapa pihak. Ditayangkannya ketiga korban dalam film, tanpa persetujuan dari mereka menunjukkan sang sutradara tidak memahami tentang consent atau persetujuan dari para penyintas. Kondisi ini dapat memicu trauma mendalam bagi para korban.

Advertising
Advertising

Sang sutradara, Hirori, akhirnya angkat bicara, dirinya menyatakan bahwa para korban sekaligus narasumber telah memberikan persetujuan secara lisan. Sang sutradara mengakui bahwa memang belum terdapat izin tertulis dari mereka. Niatnya, Hirori ingin mengirimkan formulir secara fisik ketika dirinya melakukan perjalanan berikutnya ke wilayah Suriah dan menemui para narasumber tersebut. Akan tetapi, niatnya terhalang karena kondisi pandemi sehingga dia tidak sempat mengirimkan formulir itu.

Namun faktanya, melansir laman thedailybeast.com, persetujuan tersebut baru sampai di tangan para ketiga wanita hampir dua tahun setelah film tersebut selesai proses produksi. Bahkan, dalam tanggal formulir yang dicantumkan adalah tanggal ketika film Sabaya diputar di Festival Film Sundance, yakni pada bulan Januari 2021 lalu. Selain itu, formulir tersebut nenggunakan bahasa Inggris, bahasa yang tidak dimengerti oleh para narasumber sekaligus penyintas itu.

Sang sutradara turut memberikan argumennya mengenai kemunculan ketiga wanita penyintas tersebut dalam film dokumenter Sabaya tanpa persetujuan mereka. Menurutnya, dirinya sudah memburamkan wajah ketiganya di film itu. Namun nyatanya, fitur tersebut tidak menutupi para korban secara sempurna karena beberapa wanita masih dapat dikenali dalam film tersebut.

NAOMY A. NUGRAHENI

Baca: Film Dokumenter: Ungkapan Menarik dari Nurani

Berita terkait

WNI Selamat dalam Gempa Taiwan

1 hari lalu

WNI Selamat dalam Gempa Taiwan

Taiwan kembali diguncang gempa bumi sampai dua kali pada Sabtu, 26 April 2024. Tidak ada WNI yang menjadi korban dalam musibah ini

Baca Selengkapnya

Polisi Gadungan Ditangkap Polsek Ciputat Timur, Tipu Korban Untuk Merampas Motor

2 hari lalu

Polisi Gadungan Ditangkap Polsek Ciputat Timur, Tipu Korban Untuk Merampas Motor

Unit Reskrim Polsek Ciputat Timur menangkap dua polisi gadungan. Sempat membawa kabur motor korban.

Baca Selengkapnya

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

2 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

Pertamina Geothermal Energy Bantu Korban Erupsi Gunung Ruang

4 hari lalu

Pertamina Geothermal Energy Bantu Korban Erupsi Gunung Ruang

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) Area Lahendong menyalurkan bantuan untuk korban erupsi Gunung Ruang.

Baca Selengkapnya

Bocah 15 Tahun jadi Korban Persetubuhan Sang Kekasih, Ibunya Lapor Polisi

4 hari lalu

Bocah 15 Tahun jadi Korban Persetubuhan Sang Kekasih, Ibunya Lapor Polisi

DP seorang anak wanita berusia 15 tahun menjadi korban dugaan persetubuhan anak di bawah umur. Pelaku diduga pemilik sebuah BAR.

Baca Selengkapnya

Polda Metro Jaya Olah TKP Pembunuhan Perempuan yang Mayatnya di Pulau Pari

4 hari lalu

Polda Metro Jaya Olah TKP Pembunuhan Perempuan yang Mayatnya di Pulau Pari

Selain olah TKP pembunuhan perempuan yang mayatnya ditemukan di Pulau Pari, polisi menyiita barang bungkus rokok hingga tisu magic.

Baca Selengkapnya

Temuan Kerangka Manusia di Wonogiri, Polisi Tetapkan Pemilik Pekarangan sebagai Tersangka Pembunuhan

5 hari lalu

Temuan Kerangka Manusia di Wonogiri, Polisi Tetapkan Pemilik Pekarangan sebagai Tersangka Pembunuhan

Polres Wonogiri, menetapkan SPY, 44 tahun, sebagai tersangka pembunuhan dalam kasus penemuan kerangka manusia di Desa Setren, Wonogiri.

Baca Selengkapnya

Ketakutan Raisa Sebelum Bikin Film Dokumenter Harta Tahta Raisa

5 hari lalu

Ketakutan Raisa Sebelum Bikin Film Dokumenter Harta Tahta Raisa

Raisa mengungkapkan ketakutannya sebelum memutuskan untuk membuat film dokumenter berjudul Harta Tahta Raisa.

Baca Selengkapnya

Residivis Begal Berusia 18 Tahun Terancam Pidana 12 Tahun Penjara

5 hari lalu

Residivis Begal Berusia 18 Tahun Terancam Pidana 12 Tahun Penjara

Seorang residivis begal asal Bekasi berinisial MF, 18 tahun kembali ditangkap polisi usai melakukan aksi yang sama di 2 tempat berbeda.

Baca Selengkapnya

Motif Pembunuhan Perempuan yang Mayatnya Ditemukan di Pulau Pari karena Korban Minta Harga Lebih

5 hari lalu

Motif Pembunuhan Perempuan yang Mayatnya Ditemukan di Pulau Pari karena Korban Minta Harga Lebih

Pelaku diduga membunuh korban di Pulau Pari karena sakit hati.

Baca Selengkapnya