TEMPO Interaktif, Jakarta: Rumah besar dan asri ternyata masih belum membuat nyaman Marissa Haque Fawzi, 46 tahun. "Buku-buku saya masih terserak di banyak ruangan," ujar mantan bintang film yang kini bergiat sebagai politikus Partai Persatuan Pembangunan itu.
Sebetulnya calon doktor ilmu lingkungan Institut Pertanian Bogor ini bukan tak punya perpustakaan pribadi. Tempat itu sudah sesak. Ruang keluarga di lantai 2 rumahnya, yang berhadapan dengan kedua kamar putrinya, pun sudah disulap Marissa menjadi perpustakaan terbuka. Eh, masih belum cukup juga. Walhasil, satu kamar tidur untuk tamu di lantai bawah pun harus dititipi tumpukan buku. Selesai? Tunggu dulu!
"Coba lihat kamar tidurku," katanya sembari menunjukkan ruang pribadinya itu kepada Tempo, Jumat pekan lalu. Astaga, di ruang itu pun bukit-bukit buku menjulang di beberapa bagian. Konon, hal ini membuat suaminya, Ikang Fawzi, sempat geleng-geleng kepala. "Yang gue nikahi ini bintang film atau pemulung sih?" kata Marissa mengulangi komentar Ikang, sembari tertawa lebar.
Topik buku-buku itu beragam. Maklum, pendidikan formal wanita berdarah India, Belanda, Prancis (ayah), dan Madura (ibu) ini juga beragam. Setelah mendapat gelar sarjana hukum dari Universitas Trisakti, Marissa menekuni bidang psikolinguistik di Pascasarjana Universitas Katolik Atmajaya, Jakarta. Sebagai tugas akhirnya, Marissa, yang pernah memerankan penyandang tunarungu pada film Matahari Matahari--yang mengantarnya meraih gelar aktris terbaik pada Asia-Pacific Film Festival ke-62 di Taipei, 1987--mengambil topik pembelajaran bahasa Inggris untuk tunarungu. Tulisannya itu kini sudah diterbitkan dalam bentuk buku berjudul Bahasa Kasih: Memahami Masalah Ketunarunguan. Belum lagi topik-topik ilmu politik dan kesusastraan.
Sempat menghitung berapa jumlah judul koleksi bukunya? "Itu yang belum sempat, tapi mungkin sudah 5.000-an judul," dia mengingat-ingat. Nah, ini sudah masuk kategori "pemulung kelas berat" kalau begitu.
Akmal Nasery Basral