Wabah Corona, Keraton Yogya Luncurkan Gendhing Sakral di YouTube

Kamis, 16 April 2020 21:30 WIB

Gendhing Sekaten. (YouTube - Kraton Jogja)

TEMPO.CO, Yogyakarta - Situasi pandemi Covid-19 membuat sebagian masyarakat harus banyak berdiam diri di rumah dan tak bisa leluasa melakukan aktivitas di luar. Namun saat wabah virus Corona menjadi kewaspadaan bersama, ada berbagai hal yang bisa membuat orang betah mengakses beragam hiburan melalui gawainya. Momentum pandemi ini pun direspons Keraton Yogyakarta dengan meluncurkan Gendhing (instrumen) Sekaten dan Gendhing Kurmat Dalem melalui saluran YouTube resminya pada Rabu petang, 15 April 2020.

Dengan demikian, masyarakat luas, khususnya di Yogyakarta, tetap bisa menikmati tradisi itu tanpa harus meninggalkan rumah. Kepala Bagian Humas Biro Umum Humas dan Protokol Sekretaris DIY Ditya Nanaryo Aji menuturkan Gendhing Sekaten merupakan instrumen yang hanya dimainkan setahun sekali di Pagongan Masjid Gedhe saat Keraton Yogyakarta. "Gendhing Sekaten dimainkan saat Keraton melaksanakan Hajad Dalem Sekaten memeringati kelahiran Nabi Muhammad SAW," ujarnya.

Menilik asal namanya, gendhing Sekaten berasal dari nama Sekati, sepasang gamelan milik Keraton Yogyakarta. Gamelan Sekati terdiri sepasang gamelan Kanjeng Kiai (KK) Gunturmadu dan KK. Nagawilaga yang hanya akan dikeluarkan dari keraton melalui Miyos Gangsa pada 5 Mulud untuk ditempatkan di Pagongan Masjid Gedhe.Bangsal Pagelaran Keraton Yogyakarta.TEMPO/Pribadi Wicaksono

Tradisi ini konon telah berlangsung sejak masa Kerajaan Demak, saat para Wali menggunakan momentum kelahiran Nabi Muhammad untuk berdakwah dengan membunyikan Gamelan Sekati. Masyarakat yang tertarik dengan suara gamelan akan berkumpul dan kemudian mendengarkan dakwah para Wali hingga mengucap kalimat syahadat.

Selama berada di Pagongan, Abdi Dalem Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Kridhomardowo atau divisi kesenian dan pertunjukan Karaton Yogyakarta pimpinan Kanjeng Pangeran Hario Notonegoro secara bergantian akan menabuh Gamelan Sekati dengan memperdengarkan 16 Gendhing Sekaten. Meliputi Rambu, Rangkung, Andhong-andhong, Lung Gadung, Rendeng, Yahume, Dhendang Subingah, Burung Putih, Gleyung, Lenggang Rambon, Bayemtur, Atur-atur, Orang aring, Salatun, Ngajatun, dan Supiyatun.

Advertising
Advertising

Pada 11 Mulud, Gamelan Sekati akan dikembalikan ke dalam keraton melalui prosesi Kondur Gangsa. "Peluncuran Gendhing Sekaten (melalui Youtube) ini turut menjadi bagian dari proses digitalisasi kekayaan budaya keraton yang terus berjalan," ujarnya.

PRIBADI WICAKSONO

Berita terkait

Yogyakarta Padat saat Libur Lebaran, Jumlah Kendaraan Keluar Lebih Banyak daripada yang Masuk

12 hari lalu

Yogyakarta Padat saat Libur Lebaran, Jumlah Kendaraan Keluar Lebih Banyak daripada yang Masuk

Pemudik maupun wisatawan yang masuk ke Yogyakarta dengan kendaraan pribadi tak sedikit yang melewati jalur alternatif.

Baca Selengkapnya

Kasus Nuthuk dan Pungli di Yogyakarta Selama Libur Lebaran Diklaim Nihil

12 hari lalu

Kasus Nuthuk dan Pungli di Yogyakarta Selama Libur Lebaran Diklaim Nihil

Pemerintah Kota Yogyakarta mengantisipasi aksi nuthuk harga dengan membuka kanal aduan melalui media sosial.

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

15 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

16 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

25 hari lalu

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.

Baca Selengkapnya

Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

27 hari lalu

Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

Sejumlah teknik dan jurus pencak silat awalnya eksklusif dan hanya dipelajari keluarga bangsawan. Namun telah berubah dan lebih inklusif.

Baca Selengkapnya

Mudik ke Yogyakarta, Ketahui Jalur Utama dan Alternatif untuk Antisipasi Kemacetan

30 hari lalu

Mudik ke Yogyakarta, Ketahui Jalur Utama dan Alternatif untuk Antisipasi Kemacetan

Yogyakarta memiliki empat jalur yang utama sedangkan jalur alternatif ada tujuh, bisa digunakan pemudik saat libur Lebaran.

Baca Selengkapnya

Sepotong Yogya di Belantara Jakarta

35 hari lalu

Sepotong Yogya di Belantara Jakarta

Sejumlah restoran serta kedai kopi di Jakarta dan sekitarnya menyuguhkan tema ala Yogyakarta untuk nostalgia. Menu mirip kuliner di Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

46 hari lalu

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

47 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya