Jason Ranti, Pendakwah Tanpa Membawa Pesan Moral

Reporter

Larissa Huda

Editor

Aisha Shaidra

Sabtu, 6 Januari 2018 11:21 WIB

Jason Ranti (Youtube)

TEMPO.CO, Jakarta -Gaya bicara Jason Ranti yang eksentrik dan lugas tak jauh berbeda dengan lirik lagu-lagu folk miliknya. Lagu Bahaya Komunis dalam album Akibat Pergaulan Blues membuat penyanyi solo ini ramai dibicarakan. Lagu itu bahkan masuk dalam daftar nominasi Anugerah Musik Indonesia 2017. Dengan gaya satire, Jason lugas bercerita tentang kekhawatiran berlebihan sebagian orang akan bangkitnya paham komunisme.

Melalui gitar akustik dan harmonika, tempo dan nada-nada yang tidak stabil, laki-laki 32 tahun ini seakan sedang meracau. Terkadang, dia bernyanyi seraya berbisik-bisik, berteriak, cepat, dan lambat. Lagu-lagu itu terangkum dalam album yang baru dirilis medio tahun ini dengan label Demajors.

Jason mengatakan lagu-lagunya sering ditafsirkan secara berbeda. Tak jarang, dia mengimbuhkan, muncul pertanyaan tak biasa terhadap lagu-lagunya yang memang tak biasa itu. Tapi Jason mengaku tidak pernah menanggapi serius pertanyaan-pertanyaan tersebut. "Saya menanggapinya dengan aneh-aneh juga," ujar dia seraya tergelak kepada Tempo, seperti yang dimuat dalam Koran Tempo edisi 7 Desember lalu.

Jason menyebut contoh saat dirinya pernah mendapat pertanyaan: mau tidak jika didekati penguasa, untuk meraih simpati masyarakat? "Saya jawab, mau dong. Tapi, kita ambil duitnya, lalu serang dari belakang. Kan seru tuh." Pernah pula dia ditanya, apakah mau menjadi politikus? "Lebih baik menjadi pendakwah," ujar dia.

Beberapa lirik lagunya dianggap menabrak-nabrak pemahaman dan ideologi berbagai kelompok. Jason mengaku gaya penulisan lirik tersebut sengaja ia pakai agar bisa bebas membungkus sindiran tajam.

Advertising
Advertising

Gaya Jason dalam membawakan lagu-lagu folk sekilas mirip Bob Dylan dan Iwan Fals yang kerap mengusung tema sosial dan kemanusiaan. Namun dia selalu menolak dikaitkan dengan musikus lain. "Saya hanya ingin jadi diri sendiri," ucap dia.

Menulis lirik bagi seorang Jason adalah menyusun kolase. Dia tidak harus berjam-jam berdiam diri atau pergi jauh dari keramaian hanya untuk menciptakan lagu. Bagi alumnus Psikologi Universitas Atmajaya ini, kepingan ide dan lirik lagu bisa ditemukan di mana saja, bahkan saat menaiki sepeda motor. Biasanya, ia akan mencatat segala hal yang tebersit tanpa rencana. "Ditulis di sini, lalu tulis di sana. Kalau ingat, buka lagi (catatan)," kata Jason.

Lagu berjudul Kafir tak kalah pedasnya. Jason menyindir kelompok yang ia sebut berjalan dengan sejuta ancaman dan pikiran seragam kepada minoritas. Namun Jason sendiri tidak mau mengklaim lagunya itu sebagai kritik sosial. "Itu lebih kepada masalah personal saya, lalu kemudian dipersepsikan orang lain sebagai kritik sosial," kata dia.

Melalui lagu Stephanie Anak Senie, Jason jelas-jelas menyentil beberapa tokoh publik. Dengan nada merendah, Jason mengaku dirinya bukanlah siapa-siapa, sehingga lagu-lagunya juga tidak pantas dipolitisasi, diseret ke penegak hukum, atau dipersekusi. "Saya lihat, masyarakat saat ini bukan apa yang dibicarakan, tetapi siapa yang bicara, bukan apa isi omongannya. Saya yakin saya tidak buat salah," ujar Jason.

Pria yang akrab disapa Jeje ini mengatakan tak ada konsep yang jelas dari lagu-lagunya. Tak ada pula tokoh sumber inspirasi dalam setiap karyanya. Menurut Jason, sumber ide karya-karyanya sering datang dari orang yang tidak ia duga, tak jarang dari orang-orang terdekatnya.

Jason mengenang, saat masih duduk di kursi sekolah menengah atas, seorang guru pelajaran bahasa Indonesia membacakan puisi Rendra berjudul Nyanyian Angsa. Puisi itu menjadi pemicu yang membuat sosok Jason menjadi seperti sekarang.

Ayah satu anak ini juga mengagumi karya-karya penyair Joko Pinurbo yang melompat-lompat. Menurut Jason, puisi Jokpin-sapaan Joko Pinurbo-membawa angin segar lantaran selalu membawa tema yang berbeda dari syair-syair lain. Tak hanya itu, seraya bergurau Jason juga menganggap pemberitaan kriminal di koran kuning sebagai puisi yang indah.

Jason mengaku akan berpikir dua kali untuk menulis lagu bertemakan cinta. Dia berujar, meski diminati konsumen, lagu romantis tidak membumi dan mengawang-awang. Pernah Jason mencoba menulis lagu cinta, tapi tidak puas akan hasilnya. Bagi dia, berita di dalam sebuah koran metropolitan yang dikenal dengan judul-judul panjang dan bombastis lebih menarik dan menghibur. "Koran itu bagi saya puisi juga. Provokatif dan riil," kata dia.

Jason tidak mau dikenal sebagai musikus. Ia menilai yang ia lakukan selama ini bukanlah bernyanyi, melainkan berdakwah dengan tidak membawa pesan moral. Jason menyebut dirinya sebagai pendakwah kebangsatan-bukan kebangsaan.

Mantan gitaris band Stairway to Zinna itu menyebutkan tidak bisa membahagiakan semua pihak dalam setiap karya-karyanya. "Sebenarnya lagu saya itu hanya untuk membuka ruang diskusi, tapi kalau pesan moral tidak ada," dia mengungkapkan.

*Tulisan ini dimuat di Koran tempo edisi Akhir Pekan, Sabtu, 7 Desember 2017

Berita terkait

10 Kebiasaan yang Bisa Menurunkan Fungsi Otak

5 hari lalu

10 Kebiasaan yang Bisa Menurunkan Fungsi Otak

Semua kebiasaan ini bukan menjadi hal menakutkan karena bisa diubah dengan pola hidup sehat.

Baca Selengkapnya

Cara Melihat Receiptify Spotify untuk Mengetahui Musik yang Sering Diputar

7 hari lalu

Cara Melihat Receiptify Spotify untuk Mengetahui Musik yang Sering Diputar

Belakangan ini sedang tren orang-orang yang membagikan receiptify Spotify ke media sosial. Ini cara melihat receiptify Spotifnya.

Baca Selengkapnya

Cara Menambahkan Musik di Bio Instagram di Android dan iPhone

11 hari lalu

Cara Menambahkan Musik di Bio Instagram di Android dan iPhone

Instagram kembali mengeluarkan fitur baru. Kini Anda bisa menambahkan musik di bio Instagram yang bisa diputar. Berikut caranya.

Baca Selengkapnya

Playlist AI ala Spotify, Bisa Menyuguhkan Lagu Sedih Hingga Musik Pengiring Pertarungan

18 hari lalu

Playlist AI ala Spotify, Bisa Menyuguhkan Lagu Sedih Hingga Musik Pengiring Pertarungan

Spotify mengembangkan fitur pembuatan playlist lagu berbasis kecerdasan buatan. Pengguna bisa memakai keyword unik untuk mencari musik favorit.

Baca Selengkapnya

Mengenal Lizzo, Sempat Dianggap Pensiun sebagai Penyanyi dan Klarifikasi Ungkapannya

24 hari lalu

Mengenal Lizzo, Sempat Dianggap Pensiun sebagai Penyanyi dan Klarifikasi Ungkapannya

Penyanyi Lizzo sempat menyatakan di Instagram dia ingin mengakhiri kariernya dalam industri musik

Baca Selengkapnya

45 Tahun Adam Levine, Tangga Kesuksesan Pentolan Band Maroon 5

42 hari lalu

45 Tahun Adam Levine, Tangga Kesuksesan Pentolan Band Maroon 5

Adam Levine vokalis Maroon 5 yang juha Juri The Voice America hari ini berulang tahun ke-45. Ini karier bermusiknya dan tangga raih kesuksesan.

Baca Selengkapnya

Berbuat Asusila dengan Modus Orkes Musik Sahur Keliling, Enam Orang Ditangkap di Makassar

43 hari lalu

Berbuat Asusila dengan Modus Orkes Musik Sahur Keliling, Enam Orang Ditangkap di Makassar

Polisi menangkap enam orang anggota orkes musik kelilng usai viral video perbuatan asusila dua personelnya

Baca Selengkapnya

Bahaya Suara Keras di Pusat Kebugaran, Bisa Kehilangan Pendengaran

46 hari lalu

Bahaya Suara Keras di Pusat Kebugaran, Bisa Kehilangan Pendengaran

Pakar audiologi mengingatkan dampak suara keras pada pendengaran, baik musik maupun teriakan instruktur, di pusat kebugaran atau kelas senam.

Baca Selengkapnya

Profil Promotor Musik Adrie Subono, Java Musikindo Akan Comeback?

47 hari lalu

Profil Promotor Musik Adrie Subono, Java Musikindo Akan Comeback?

Adrie Subono adalah promotor musik yang berpengalaman menghadirkan konser penyanyi dalam dan luar negeri. Ia juga merupakan keponakan dari B.J. Habibie.

Baca Selengkapnya

Jaafar Jackson Memerankan Sang Paman dalam Film Biopik Michael Jackson, Ini Profilnya

53 hari lalu

Jaafar Jackson Memerankan Sang Paman dalam Film Biopik Michael Jackson, Ini Profilnya

Pemeran Michael Jackson dalam film biopik Michael akan diperankan keponakannya, Jaafar Jackson. Ini profil anak Jermaine Jackson itu.

Baca Selengkapnya