Hedi Hinzler dan John McGlynn Raih Professor Teeuw Award
Editor
Dian Yuliastuti
Jumat, 28 Agustus 2015 13:09 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Dua ilmuwan dan budayawan Hedi Hinzler (Belanda) dan John McGlynn (Amerika Serikat) meraih penghargaan The Professor Teeuw Award dari Belanda. Penghargaan ini diberikan kepada para pekerja budaya yang berkontribusi terhadap kelanjutan dari jaringan pertukaran seni budaya antara Indonesia dan Belanda yang mempengaruhi budaya satu sama lain. Penghargaan ini diberikan kepada mereka yang berbasis di Indonesia dan Belanda.
Keduanya akan mendapatkan medali perunggu yang dipahat seniman Belanda Loek Bos dan uang penghargaan. Penyerahan penghargaan dilakukan oleh perwakilan Yayasan Professor Teeuw di Gedung PDDI LIPI, Jakarta, 27 Agustus 2015. Yayasan Profesor Teeuw memberikan penghargaan ini kepada mereka yang secara signifikan berperan dalam mengapresiasi budaya Indonesia dan menyebarkan bagaimana pengertian budaya tersebut.
“Mereka mempunyai sebaran yang luas dalam penciptaan budaya dan interpretasi kepada masyarakat internasional,” ujar Susan Lagene, dari Yayasan Profesor Teeuw dalam sambutannya.
Tahun ini, tradisi pemberian penghargaan yang sudah berjalan lebih dari 20 tahun ini, mengambil tema Terjemahan Budaya. Hedi Hinzler dan John McGlynn dinilai berkontribusi besar dalam penerjemahan karya Indonesia ke bahasa asing agar bisa dipahami audiens yang lebih luas. ”Para juri telah memilih mereka berdasarkan capaian kerja mereka, dampak pentingnya, cakupan serta dedikasi mereka,” ujar Roger Tol, Direktur KITLV .
Hedwig Ingrid Rigmodis (Hedi) Hinzler, 73 tahun, adalah seorang peneliti. Selama beberapa dasawarsa, dia mempelajari budaya Bali dan Jawa secara akademik di Universitas Leiden dan melakukan riset di Jawa dan Bali hingga mendapatkan gelar PhD dibawah bimbingan Profesor E.M. Uhlenbeck. Dia juga tercatat sebagai pendiri dari grup kesenian Gamelan di Amsterdam, Belanda dan penyelenggara beberapa festival budaya di Belanda. Sejak 1974, Hedi juga rajin menulis publikasi tentang budaya tradisi, wayang dan ritual di Jawa dan Bali.
Penghargaan juga diberikan kepada John McGlynn, 63 tahun, penerbit dan pendiri Yayasan Lontar, serta bagian panitia Indonesia dalam Frankfurt Book Fair, di mana Indonesia akan menjadi tamu kehormatan di acara internasional tahunan ini. Selama bertahun-tahun, McGlynn telah menerjemahkan karya-karya sastra Indonesia ke dalam bahasa Inggris.
Penghargaan ini diberikan sejak 1992, setahun setelah yayasan ini berdiri pada Juli 1991 di bawah naungan KITLV. Profesor Teeuw adalah ketua dari program Sastra dan Bahasa Indonesia di Universitas Leiden. Sejak 1992 sudah ada 15 orang yang menerima penghargaan ini. Beberapa di antaranya adalah Goenawan Mohamad, YB. Mangunwijaya, Ajip Rosidi, Mulyawan Karim, Soedarmadji JH Damais, dan FX Suhardi Djojoprasetyo.
DIAN YULIASTUTI