Pemeran film Surat Dari Praha, foto bersama usai konfrensi pers jelang produksi film terbarunya di Jakarta, 31 Juli 2015. Film Surat Dari Praha merupakan film musikal karya kolaborasi Angga Dwimas Sasongko, Glenn Fredly dan Chicco Jerikho dengan mengambil latar kota Praha. TEMPO/Nurdiansah
TEMPO.CO, Malang-Film musikal berjudul Surat dari Praha yang diluncurkan untuk memperingati 20 tahun kiprah Glenn Fredly di dunia musik dipermasalahkan oleh Kepala Program Studi Sastra Inggris Universitas Brawijaya, Malang, Yusri Fajar. Sebab judul film tersebut sama persis dengan judul cerita pendek sekaligus judul buku kumpulan cerita pendek karya Yusri.
Yusri menyayangkan film tersebut menggunakan judul yang sama dengan cerita pendek yang diterbitkan pada 2012. Kabar kesamaan judul itu diketahui empat bulan lalu dari seorang teman. Temannya mengira cerpen Yusri telah diangkat ke sebuah film. "Saya kaget, tak ada pembicaraan dengan siapa pun untuk mengangkat cerpen dalam film," ujarnya, Sabtu, 1 Agustus 2015.
Menurutnya, sebagai akademisi dan sastrawan, kesamaan judul karya menjadi sesuatu yang tabu. Namun, ia belum berfikir untuk menempuh jalur hukum atas kesamaan judul itu. Ia mengaku sempat dihubungi seseorang dari Visinima Picture yang memproduksi film tersebut. "Mereka meminta bertemu untuk mengklarifikasi judul film," ujarnya.
Buku Surat dariPraha setebal 161 halaman itu merupakan kumpulan cerita pendek yang dihasilkan selama menempuh pendidikan pascasarjana di Jerman. Karya sastra itu dihasilkan berdasarkan pengamatan dan cerita dari teman-temannya selama menempuh pendidikan program beasiswa Dinas Pertukaran Akademisi Jerman di Universitas Bayreuth.
Hasilnya 14 cerita pendek ditulis dan terbitkan secara mandiri. Cerita itu mengisahkan seorang mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di luar negeri. Buku tersebut diapresiasi penikmat sastra dan dibedah di sejumlah kota.
Adapun cerita pendek SuratdariPraha mengisahkan perjalanan hidup mahasiswa bernama Marwo yang kuliah di Universitas Charles, Praha pada 1960 dibungkus dengan kisah cinta gadis Praha bernama Pavla. Berlatar belakang pergolakan politik Indonesia pada 1965, para mahasiswa yang mendapat beasiswa di Eropa Timur termasuk Marwo tak berani pulang.
Marwo khawatir dianggap terlibat Partai Komunis Indonesia. Ia sempat hendak bunuh diri, namun Pavla menguatkan dan menyemangati hidup Marwo. Sehingga Marwo memilih menetap di Praha dan bekerja paruh waktu untuk membiayai kuliah. Marwo kemudian membuka restoran yang menjual sate dan membangun rumah tangga bersama Pavla.
Yusri menjelaskan kisah tersebut ditulis setelah berkunjung ke Praha saat kegiatan Reading Ulysses di James Joyce Foundation Zurich Swiss. Yusri mendapat cerita nasib eksil atau orang terbuang pascatragedi 1965.
Sedangkan film Suratdari Praha yang dibintangi Julia Estelle, Tio Pakusadewo dan disutradarai Angga Dwimas menceritakan tentang orang terasing yang terkena imbas kasus Partai Komunis Indonesia di tahun 1965. Orang itu lantas tidak bisa kembali pulang ke Indonesia. Film itu bakal diluncurkan Oktober tahun ini.