Myra Sidharta, pakar sastra Tionghoa Melayu, psikolog, dan kolumnis untuk beberapa majalah Indonesia. TEMPO/Frannoto
TEMPO.CO, Jakarta - Orang tua Amir Sidharta, Myra dan Dr Priguna Sidharta, mengajarkan toleransi kepada ketiga anaknya sebagai hal mendasar. Ibunda kurator museum asal Indonesia ini ingin anak-anaknya merasakan situasi yang berbeda dari suasana Jakarta tempat mereka tinggal.
“Saya dan suami merasakan kehidupan masyarakat kampung sejak kecil. Saya lahir di Belitung, sementara suami di Indramayu. Tapi anak-anak kami sejak kecil hidup di kota,” kata Myra, yang bekerja sebagai psikolog perkembangan lulusan Universitas Leiden, Belanda, yang juga dikenal sebagai peneliti peranakan Tionghoa, kepada Tempo akhir November 2014. (Baca: Kisah Menteri Bambang Si Anak Mama)
Myra yang kini berusia 87 beserta suaminya memberikan kesempatan kepada anak-anak mereka, terutama Amir, untuk merasakan suasana kampung yang sangat berbeda dengan keseharian mereka. (Baca: Puisi Ani SBY untuk Rayakan Hari Ibu)
Saat Lebaran tiba, Myra dan suaminya membiarkan Amir yang saat itu masih duduk di bangku sekolah dasar untuk menikmati libur Idul Fitri bersama keluarga penjaga malam rumah mereka di kawasan Prapanca, Jakarta Selatan. (Baca: Kisah Jokowi Muda yang Murung)
“Amir dibawa keluarga tersebut ke kampung halaman mereka di Cimahi selama sepekan. Ketika kembali, ia girang sekali menceritakan kisah saat bermain bersama anak-anak kampung,” ujar Myra sambil tertawa. (Baca juga: Jokowi: Megawati Pemenang Pertarungan Politik)