Institut Prancis Gelar Pameran Gempa dan Tsunami
Editor
Rini Kustiani
Kamis, 18 September 2014 05:32 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Institut Prancis di Indonesia (IFI) menggelar pameran interaktif bertajuk "Gempa dan Tsunami, Hidup dengan Risiko", di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosumantri (PKKH) UGM mulai 17-26 September 2014. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian acara di Pesta Sains 2014 bertema "Amarah Bumi" yang berlangsung di berbagai kota mulai 1 September hingga 15 Oktober 2014. IFI menggelar acara ini dengan bekerjasama bersama Pusat Riset Ilmiah Nasional Prancis, sejumlah kampus di sejumlah kota dan BPPTK Yogyakarta.
Christine Moerman, Direktur IFI Yogjakarta mengatakan pesta sains ini digelar di berbagai kota yakni, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Jombang, Makassar, Bandung dan Medan. Di Yogyakarta, lembaga itu menggelar pameran dan seminar mengenai bencana, sains serta pengenalan pada perangkat analisis vulkanologi di merapi. "Ini hasil kerja bersama banyak lembaga dari Indonesia dan Prancis," kata Christine, Rabu 17 September 2014.
Menurut dia, acara pameran di PKKH UGM, yang menggandeng Forum Komunikasi Pelajar Pecinta Alam Yogyakarta, bertujuan mengenalkan beragam aspek mengenai gempa bumi dan tsunami ke kalangan pelajar dan mahasiswa. Pameran itu memaparkan banyak cerita mengenai dua jenis bencana itu di berbagai negara. "Seperti Indonesia, Yunani, Iran, Thailand, Jepang, salah satu kepulauan milik Prancis, Chili, Srilangka dan india," kata dia.
Asep Suryawijaya, pembina Forum Komunikasi Pelajar Pecinta Alam Yogyakarta mengatakan anggota organisasinya akan memandu setiap pengunjung di pameran itu. Para pelajar pecinta alam itu bertugas menjelaskan isi beragam perangkat simulator gempa dan tsunami serta panel papan berisi kisah bencana gempa atau tsunami di banyak negara. "Misalnya, karakter keterangan soal mitigasi bencana gempa dan tsunami yang sama di banyak negara," kata dia.
Asep sempat memandu sejumlah wartawan berkeliling pameran. Di pameran itu, ada sejumlah simulator gempa yang menunjukkan contoh efek gempa pada retakan tanah, rumah yang ada di atas lahan berpasir atau berbatu, hingga rupa getaran yang bisa dirasakan manusia di gempa berkekuatan 4, 5 hingga 6 skala richter. Ada juga contoh bagaimana gelombang gempa bergerak yang ditampilkan lewat kawat spiral sepanjang 10 meter.
Pada pameran itu, puluhan papan sebesar 2x1 meter dipasang berdiri memenuhi ruang pamer di PKKH UGM. Isinya ada yang menampilkan bermacam poster mitigasi bencana dari banyak negara seperti Jepang, Arab, Indonesia dan Eropa.
Ada juga pengenalan cerita-cerita gempa besar di masa lampau yang pernah melanda daratan Eropa. Seperti yang pernah terjadi di Spanyol pada 1770-an ada gempa dengan kekuatan 8,7 skala richter dan memakan korban 10 ribu jiwa.
Asep mengatakan para pemandu di pameran itu sudah diarahkan agar tidak hanya mendorong pengunjung mengenali karakter bencana sesuai gambaran simulator. Mereka diminta memberikan pemahaman pada pengunjung pameran mengenai pentingnya mengenai sejarah kebencanaan suatu daerah dari banyak cerita leluhur. "Agar ada keterkaitan antara sains dan tradisi lokal dalam memahami bencana," kata Asep.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM
Topik terhangat:
Koalisi Jokowi-JK | Ahok dan Gerindra | Pilkada oleh DPRD | IIMS 2014
Berita terpopuler lainnya:
Koin Logam 5.200 SM Ditemukan di Gunung Padang
Artidjo: Luthfi Hasan Ishaaq Lakukan Korupsi Politik
Di Twitter, Wanita ISIS Ini Pegang Kepala Buntung
Bimbim Slank Demen Bila Ahok Marah