TEMPO.CO , Jakarta:- Sebuah karya seni tak harus lahir dari proses ilmiah. Peryataan itu muncul dalam sebuah diskusi yang digelar di Rumah Seni Cemeti Yogyakarta, Sabtu 15 Maret 2014 malam. "Tidak ilmiah tak celaka, tapi kalau tak bisa dijelaskan ini celaka," kata Antariksa, anggota Kunci Cultural Studies Center Yogyakarta.
Menurut Antariksa, memang ada kecenderungan "ilmiah" dan "artistik" saling betolak belakang. "Yang ilmiah dianggap tak artistik dan yang artistik tak ilmiah," katanya. Namun, ia melanjutkan, sebagai pengetahuan seni rupa harus bisa dijelaskan, sehingga bisa ada sesuatu yang bisa dipelajari. "Apapun metodenya, mau wawancara atau semedi, harus bisa dijelaskan."
Diskusi itu sejatinya membedah dua buku berisi catatan seniman dan kurator serta dokumentasi dua pameran yang pernah digear di Cemeti pada tahun lalu. Yakni "Pseudopartisipatif" pada 20 Desember 2013-15 Januari 2014 dan "Dobrak" 7 Juli-20 Agustus 2013. Yang menarik, dalam kedua proyek itu, karya seni yang dipajang dalam pameran itu dihasilkan dari proses kolaborasi antara seniman dan peneliti.
Ia menilai kedua proyek itu adalah Cemeti untuk bisa dijelaskan. Selain itu, proyek itu pun berusaha melibatkan banyak orang dalam sebuah proyek seni. "Ini upaya yang serius," katanya.
Proses diskusi berlangsung unik. Empat orang "pembaca" kedua pameran sebenarnya menilai proyek itu berdasarkan dua buku "katalog" pameran. Sebelum diskusi, pendiri Cemeti, Nindtiyo Adipurnomo, memberikan buku-buku itu pada empat orang. Selain Antariksa, tiga yang lain adalah Ikun SK, Ferdiasyah Thajib, dan Syafiatudina. "Kami semua dari Kunci," kata Syafiatudina.
Dalam diskusi, masing-masing "membedah" kedua proyek dari berbagai sisi. Dari bentuk fisik buku, proses pengerjaan, hingga karya yang dihasilkan. Ikun misalnya, banyak menyorot bentuk buku yang memiliki perbedaan mencolok. Sementara buku "Pseudopartisipatif" berukuran besar dengan model kebanyakan buku, format buku "Dobrak" terbilang unik. Bentuknya saling berlipatan laiknya cara melibat poster. "(Harga)buku "Pseudopartisipatif" mungkin lebih mahal, tapi saya akan lebih memilih "Dobrak"," katanya. Menurutnya, buku itu lebih artistik.
Pada pembedah buku, juga peserta diskusi pun, pun saling melontarkan pendapat tentang kaitan antara seni rupa dan penelitian. Hasil wawancara, penelitian orang lain, juga pengamatan langsung terhadap obyek, sebenarnya bisa jadi bahan data dalam berkarya. ANANG ZAKARIA
Berita terkait
Bank BJB dan Unpar Dukung UMKM Berkelanjutan
21 Februari 2024
Bank bjb dan Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) berkolaborasi dalam seminar bertajuk "Riset Pasar: Berdayakan Lokal, Bisnis Mengglobal" untuk mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Jawa Barat memiliki bisnis yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaBamsoet Buka Seminar dan Uji Kompetensi Ikatan Motor Indonesia (IMI) II-2023
29 November 2023
Bambang Soesatyo membuka Seminar dan Uji Kompetensi IMI II-2023 bagi Pelaksana dan Penyelenggara Olahraga Kendaraan Bermotor. Diikuti 296 peserta
Baca SelengkapnyaTaylor Swift Jadi Topik Pembahasan Seminar Akademis Berjudul Swiftposium
22 September 2023
Pengaruh Taylor Swift sebagai ikon pop menjadikan popularitas dan karyanya sebagai pembahasan seminar akademis
Baca SelengkapnyaSeminar Implementasi Proper PKN II, Sekda Hana Sangat Dukung Gustaf Griapon
14 September 2023
Sekretaris Daerah Kabupaten Jayapura menjadi mentor pada Seminar Implementasi Proyek Perubahan PKN Tingkat II Angkatan XXX
Baca SelengkapnyaPT EMLI Gelar Seminar untuk Industri Manufaktur di Batam
28 Juli 2023
PT ExxonMobil Lubricants Indonesia (EMLI) kembali menggelar kegiatan bertajuk Mobil Nationwide General Manufacture Seminar di wilayah Batam.
Baca SelengkapnyaHari Anak Nasional, Ajak Keluarga Tingkatkan Ilmu Parenting
21 Juli 2023
Good Doctor bekerja sama dengan Jakarta Escape Citypark gelar seminar parenting mengenai pola hidup sehat pada perayaan Hari Anak Nasional 2023.
Baca SelengkapnyaCerita di Balik Hari Sejarah Nasional Setiap 14 Desember
14 Desember 2022
14 Desember sebagai Hari Sejarah Nasional merujuk pada tanggal dimulainya Seminar Sejarah Nasional 1957 di Yogyakarta.
Baca SelengkapnyaMas Dhito Gelar Seminar Kebangsaan untuk Milenial
15 November 2022
Pemkab Kediri berupaya menyiapkan kaum milenial siap menghadapi berbagai tantangan di masa depan.
Baca SelengkapnyaSeminar Huawei di SUTD Hubungkan Talenta Digital ASEAN dan Singapura
4 September 2022
Seminar Huawei itu bertujuan membantu peserta mempelajari pengembangan karir di masa depan di bidang teknologi, serta mendorong kewirausahaan.
Baca SelengkapnyaAnies Baswedan Bicara Integrasi Nasional di Seminar APPSI Bengkulu
20 Juni 2022
Anies Baswedan membuka acara Seminar Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia di Gedung Raya Semarak, Bengkulu.
Baca Selengkapnya