TEMPO.CO, Bogor - Tragedi Bintaro (Baca: Mengenang Tragedi Bintaro Lewat Lagu '1910' ) yang terjadi pada Senin, 9 Desember 2013, menyisakan kesedihan dan keprihatinan. Artis dan presenter Yulia Rachman (Baca: YuliaRachman Ogah Belajar Tutorial Jilbab) turut merasakan kesedihan yang menimpa para korban dalam tragedi ini. "Aku ikut sedih melihat di televisi dan membaca berita di media cetak kecelakaan ini kalau dilihat dari sisi kehendak memang sudah menjadi takdir Yang Maha Kuasa," ujarnya saat ditemui di kediaman Wali Kota Bogor Bima Arya pada Selasa malam, 10 Desember 2013.
Mantan istri pesulap Demian Aditya ini menilai tragedi Bintaro murni kecelakaan dan merupakan takdir yang sudah ditentukan. "Jadi jangan dianggap sebagai potret utama kecelakaan kereta api di Indonesia."
Menurut mantan Gadis Sunsilk 2000 ini, kereta api di Indonesia sudah semakin baik dalam hal pelayanan yang disiapkan PT Kereta Api Indonesia. Masyarakat pun sudah mulai disiplin, bertanggung jawab, dan ada rasa memiliki.
"Di kereta itu memiliki penumpang yang solid dan asyik. Dari pengalaman saya dulu wira-wiri Jakarta-Bogor dengan kereta api, kalau kita tertimpa musibah kecopetan, mau jatuh, pasti ada banyak pertolongan padahal kita enggak kenal."
Memang diakui ibu dua anak ini ada banyak hal yang menyebalkan dari pekeretaapian di Indonesia. Misalnya, ada beberapa penumpang yang bertindak semaunya, susah diatur, tak mau duduk pada tempat yang sudah disediakan, dan justru memilih bergelantungan di atap. "Belum lagi ada yang enggak mau bayar karcis, suka menyerobot. Tapi itu dulu, sekarang lebih tertib dengan sistem kereta api yang baru," ujarnya.
Yulia yang kini berjilbab mengatakan saat ini komunikasi dan penyediaan fasilitas dari KAI sudah lebih baik. "Kereta api merupakan sarana yang sangat dinantikan dan dipilih rakyat karena terjangkau, lebih efektif, dan jadi pilihan transportasi publik yang utama," katanya.
