Sejumlah anak alay ketika ditemui oleh tempo di studio RCTI, Kebon jeruk, Jakarta (30/05). TEMPO/DIAN TRIYULI HANDOKO
TEMPO.CO, Jakarta -Alay, kata ini tiba-tiba melejit beberapa tahun terakhir. Entah siapa yang pertama kali mempopulerkan kata Alay, tapi menurut pengamat gaya hidup Samuel Mulia, Alay merupakan kependekan dari anak layangan atau anak lebay.
Istilah ini, kata dia, merupakan stereotipe yang menggambarkan gaya hidup norak atau kampungan.
"Seseorang yang dikategorikan alay umumnya memiliki perilaku unik dalam hal bahasa dan gaya hidup. Kategori alay sudah muncul dan ada pada setiap jaman," katanya lewat pesan di BlackBerry, Kamis, 6 Juni 2013.
Samuel mengatakan, sebetulnya keberadaan anak alay sudah lama yaitu sejak era 1980-an. Selain soal busana, Samuel mengatakan, kata-kata yang kerap digunakan anak alay ikut menyertai tren ini.
Pada era 1980-an kata-kata yang beredar seperti akika (aku), panasonik (panas), dan makarena (makan)."Kata-kata ini sangat ngetren di kalangan anak muda saat itu."
Kata-kata yang digunakan yang tidak ada dalam kamus bahasa seperti, 'machica muchtar' yang berarti macet di jalan, 'titi dj' atau hati-hati di jalan, dan lainnya.
Samuel menyebut, tren alay terutama dari kata-kata yang agak nyeleneh itu biasanya dipopulerkan figur publik, para artis muda. "Para banci juga memakai kalimat ini," ujarnya.
Kini, tidak sedikit yang mengikutinya. "Karena bahasa ini sangat mengakrabkan orang satu sama lain. Rada lucu dan asik makanya langsung dipakai dan diikuti masyarakat."
Profil dan Kontroversi Tien Soeharto: Kisah Perjalanan Seorang Ibu Negara
3 jam lalu
Profil dan Kontroversi Tien Soeharto: Kisah Perjalanan Seorang Ibu Negara
Tien Soeharto memiliki profil yang kompleks, seorang ibu negara yang peduli hingga terlibat dalam berbagai kontroversi yang mengiringi masa pemerintahan suaminya.