Menyiapkan Pameran Gambar dari Balik Jeruji  

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Rabu, 16 Januari 2013 18:45 WIB

Karya drawing perupa Anton Subiyanto dalam pameran tunggal bertajuk 'Omnivora' di Tirana House Yogyakarta. TEMPO/Pribadi Wicaksono

TEMPO.CO, Yogyakarta - Ada yang tak biasa pada pameran karya drawing di Tirana House Yogyakarta yang berlangsung pada 20 Desember tahun lalu hingga 20 Januari mendatang. Pameran bertajuk Omnivora karya Anton Subiyanto ini digelar tanpa acara pembukaan. “Senimannya masih di Wirogunan,” ujar Nunuk Ambarwati, pengelola Tirana House. Wirogunan yang dimaksud Nunuk adalah lembaga pemasyarakatan di Kota Yogyakarta.

Anton, 32 tahun, yang dikenal sebagai seniman grafis ini dicokok polisi karena kedapatan memegang lintingan daun ganja saat mengikuti residensi di Rumah Seni Nafas Yogyakarta. Anton sempat menginap di ruang tahanan Kepolisian Kota Besar Yogyakarta sebelum bergabung dengan sekitar 400 penghuni LP Wirogunan. Di dalam penjara itulah dia menyelesaikan 19 karya drawing di media kertas yang dipamerkan di Tirana House itu.

Pada karya gambarnya, Anton banyak menampilkan figur berkepala burung dengan teknik arsiran dan gradasi yang detil. Figur itu bagi Anton adalah mahluk omnivora. “Anton ingin menyampaikan bahwa manusia itu pemakan segalanya. Anton juga ingin menunjukkan kerakusan manusia,” ujar Nunuk.

Meski digarap dengan teknik realis, sulit menangkap narasi pada karya finalis Trienal Grafis 2012 ini. Anton menampilkan simbol-simbol yang berada di sekitar figur itu. Misalnya pada satu karya ada figur berkepala mirip kadal bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek mirip celana olah raga sedang duduk dengan satu kaki tertutup rumah burung. Di belakangnya ada figur yang juga bercelana pendek tapi berkepala burung yang muncul dari lobang satu bidang persegi yang dia pegang.

Menurut dia, simbol kepala burung itu diadopsi dari mitologi Mesir Kuno, Dewa Horus. Kepala burung sebagai simbol kebebasan mutlak tak pernah ada. “Saya masukkan Horus ini sebagai tokoh rekaan dari situasi di penjara,” kata dia kepada Tempo saat ditemui di Wirogunan Senin 14 Januari 2013.

Karya gambar itu merupakan pengamatan Anton pada penghuni penjara saat mereka berusaha membunuh kebosanan dengan melihat foto anak, istri, rumah, mobil. “Ini seperti ide yang melimpah di ruang terbatas,” kata ayah satu anak ini.

Semua karya gambar itu dibawa istrinya Rarik Oktiviane dari Wirogunan saat dia menjenguk Anton tiap Senin dan Kamis. “Saya carikan kertas sketsa yang baik. Biar tak gampang lecek pas disimpan dan tetap bagus kondisinya ketika dipamerkan,” kata Rarik. Dalam sehari Anton bisa menghasilkan tiga karya gambar yang dia kerjakan saat empat kawan satu selnya terlelap di malam hari.

PRIBADI WICAKSONO

Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

7 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

11 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

36 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

43 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

47 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

51 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

55 hari lalu

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.

Baca Selengkapnya

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.

Baca Selengkapnya