TEMPO.CO, Jakarta - Film Jakarta Hati karya Salman Aristo memotret dengan jeli realitas sosial Jakarta. Memancing imajinasi. “Istri Anda selingkuh dengan pacar saya.” Pernyataan dari perempuan muda (Asmirandah) itu mengguncang batin pria setengah baya yang tengah asyik memainkan cincin kawinnya (Surya Saputra). Ia mencelupkan cincin itu ke seloki vodka dan menggulingkannya di meja berkali-kali. “Jadi pacar kamu yang membuat kapal kami diamuk badai,” kata pria itu.
Adegan di sebuah bar kecil itu mengawali sketsa pertama dalam rangkaian film omnibus Jakarta Hati karya sutradara Salman Aristo, yang jadi pembuka Balinale International Film Festival di Kuta, Bali, pada Senin pekan lalu. Selanjutnya, cerita mengurai perjalanan kedua orang itu menyusuri malam, ke tempat-tempat yang menyimpan kenangan, mulai tempat si pria biasanya menjahitkan kancing baju hingga pencucian mobil di tengah malam buta. Pelan-pelan mereka membuka diri, saling membicarakan pasangan mereka sebagai orang lain.
Di ujung malam, keduanya memasuki sebuah losmen sederhana. Dalam kedekatan yang sudah terjalin, mereka merasa sudah tidak lagi menjadi orang lain dan siap menjalin hubungan lebih dalam. Tapi, ketika percintaan hampir terjadi, muncul pertanyaan: “Jadi kini siapakah yang menjadi orang lain?”
Jakarta Hati memuat enam cerita pendek. Selain soal perselingkuhan, cerita lainnya mengenai anggota Dewan yang terjebak macet, seorang penipu dan putranya yang penegak hukum, penulis yang kurang beruntung, sepasang suami-istri yang jarang berkomunikasi walau tinggal satu atap, serta Darling Fatima.
Semuanya membangun dramaturgi dengan cara yang sama dengan tema perselingkuhan: berawal dari kisah yang sederhana kemudian konflik muncul tanpa terasa dan diakhiri dengan sebuah pertanyaan.
Bedanya, latar belakang konflik sering kali lebih luas, merambah sampai masalah sosial dan politik. Topik sosial, misalnya, muncul ketika Salman menampilkan seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat (Slamet Rahardjo) yang terlibat dalam transaksi korupsi. Susahnya, ketika hendak bertransaksi dengan rekan-rekannya, dia justru harus berjuang mengatasi kemacetan di Jakarta dan terpaksa berurusan dengan rakyat jelata, mulai petugas satuan pengamanan, sopir taksi, hingga tukang ojek. Ia bahkan sempat menjadi korban pencopetan, yang harus diatasi dengan membayar biaya semir sepatu.
Kecerdasan Salman saat menulis cerita lebih menonjol ketika ia menampilkan tokoh-tokoh yang berbalut cerita pribadi. Seperti ketika sepasang suami-istri muda ”terjebak” di kamar tidur saat pemadaman bergilir terjadi di perumahan mereka. Mereka, yang biasanya asyik dengan kebiasaan pribadi masing-masing, seperti menulis di Twitter atau membaca novel, terpaksa harus berinteraksi.
Sketsa yang agak berbeda muncul sebagai film penutup. Salman memperlihatkan pluralitas Jakarta di sebuah pasar. Di situ ada penjual kue terkenal yang akrab dipanggil ”Darling Fatima”. Perempuan yang diperankan Shahnaz Haque itu adalah janda keturunan Pakistan yang terpaksa tersingkir dari komunitasnya karena kejandaannya. Dia lalu menjalin hubungan dengan pemuda keturunan Cina. Si pemuda adalah seorang peragu yang terbebani oleh tugas-tugas dari keluarga besarnya.
Meski terkesan hanya sebagai lintasan-lintasan, film-film yang dimunculkan Salman sangat memancing imajinasi. Sineas senior Slamet Rahardjo menilai Salman cukup berhasil menjadi pengamat sosial melalui film ini. “Tentu ada ratusan sketsa yang bisa dibuat, tapi enam cerita ini yang benar-benar dikuasainya,” ujarnya. (Baca: Majalah.Tempo.co)
Rofiqi Hasan
Berita Lain:
Noah Guncang Makassar
Taecyeon Dapat Nilai Sempurna Bahasa Inggris
Sineas Muda Purbalingga Berjaya
Paul McCartney: Yoko Ono Bukan Pemecah Beatles
Berita terkait
Mira W Puas Dengan Arini Besutan Ismail Basbeth
4 April 2018
Film Arini mampu menerjemahkan kisah dalam novel dengan baik dalam konteks kekinian
Baca SelengkapnyaFilm Indonesia Diputar di Busan International Film Festival 2017
17 Oktober 2017
Film Ismail Basbeth ini diputar perdana pada A Window on Asian Cinema. Memperkenalkan film-film pilihan dari Most Talented Asian Filmmaker of The Year
Baca SelengkapnyaGarap Film Posesif, Sutradara Edwin: Tak Korbankan Idealisme
13 Oktober 2017
Menggarap film Posesif, menurut Edwin, sama sekali tidak mengorbankan idealismenya sebagai sutradara film selama ini.
Baca SelengkapnyaStar Wars: The Last Jedi, Ungkap Siapa Jedi yang Terakhir
9 Oktober 2017
Lucasfilm telah secara resmi mengumumkan bahwa trailer film Star Wars: The Last Jedi akan tayang pada hari Selasa, 10 Oktober 2017.
Baca SelengkapnyaDi Pemutaran Film ini, Pria Kulit Putih Bayar Tiket Lebih Mahal
22 September 2017
Shiraz Higgins ingin bicara soal adanya ketakadilan
pendapatan antara perempuan dan laki-laki di Kanada
Joko Anwar Gandeng Dua Seniman Main Film Pengabdi Setan
22 September 2017
Di film Pengabdi Setan, Joko Anwar membutuhkan ada pemain
yang bisa menerjemahkan cerita melalui gestur. Ia melibatkan
dua seniman di Pengabdi Setan
Gerbang Neraka, Film Horor Dengan Format Berbeda
15 September 2017
Film Gerbang Neraka digadang sebagai film horor yang dikemas
lain dari gaya film horor sebelumnya
Jay Subyakto Didemo Warga Keturunan Wandan Terkait Film Banda
31 Juli 2017
Ratusan warga mendesak DPRD untuk menunda penayangan film Banda yang disutradari Jay Subyakto.
Baca SelengkapnyaHarry Styles dan Pangeran Harry Ramaikan Premier Film Dunkirk
15 Juli 2017
Harry Styles mendampingi Pangeran Harry di karpet merah premier film Dunkrik karya Christopher Nolan.
Baca SelengkapnyaLebanon Akan Boikot Wonder Woman karena Diperankan Aktris Israel
31 Mei 2017
Aktris Israel, Gal Gadot yang jadi Wonder Woman disebut-sebut menjadi anggota militer Israel.
Baca Selengkapnya