Lima Perupa Bali Mengkritik Sanur  

Reporter

Editor

Minggu, 10 Juli 2011 15:39 WIB

TEMPO Interaktif, Denpasar - Lima perupa yang tergabung dalam Himpunan Pelukis Sanur (HPS) menggelar pameran untuk mengkritik keberadaan salah satu pusat lokasi pariwisata di Bali itu. Mereka adalah Ni Nyoman Sani, Ida Bagus Putu Purwa, Ida Bagus Putu Gede Sutama, I Ketut Teja Astawa, dan Wayan Paramartha.

Dalam pameran bertajuk "Our Testimony" yang berlangsung di Galeri Santrian 10 Juli hingga September itu, para pelukis diberi kebebasan melihat sisi-sisi kehidupan Sanur. "Kebetulan semua pelukis lahir dan besar di sini sehingga secara emosional sangat dekat dengan obyek mereka," kata I Wayan Seriyoga Partha, kurator pameran ini.

Kelima pelukis memiliki gaya masing-masing. Nyoman Sani, yang dikenal dekat dengan tema perempuan dan gaya hidup, kali ini menampilkan karya fotografi. Ia mengambil obyek-obyek yang menampilkan kontras antara Sanur di masa kecilnya dengan Sanur sekarang.

Itu terlihat dari gambaran anak-anak yang "terpaksa" bermain sepak bola di pasir pantai karena tanah lapang yang sudah hilang. Ada juga foto megahnya gedung restoran siap saji yang didampingkan dengan warung nasi tradisional di pinggir jalan. "Penjualnya sudah puluhan tahun bertahan di tempat itu," ujarnya.

Ida Bagus Putu Purwa menampilkan eksplorasinya akan bahasa tubuh yang menyimbolkan ketertindasan dan di sisi lain keinginan untuk hidup bebas. Hal itu merupakan ekspresinya atas kondisi Sanur yang adat istiadatnya masih kuat dipertahankan, tapi sebagai seniman dia ingin hidup bebas. Ketatnya tradisi itu semakin terasa ketika dia ditunjuk sebagai kelian (pengurus) adat yang dipilih dengan penunjukkan oleh warga, padahal dia sendiri merasa belum mampu memangku jabatan itu.

Yang juga menarik adalah karya Ida Bagus Putu Gede Sutama yang mengolah barang-barang bekas menjadi karya instalasi. Misalnya, kayu-kayu penunjuk arah di perahu nelayan yang sudah dibuang kemudian diubah menjadi karya patung. Sutama kemudian menorehkan puisi di atasnya untuk memunculkan pemaknaan baru atas barang itu.

Adapun Teja Astawa tetap asyik dengan adaptasi wayang dalam bentuk yang sudah didekonstruksi. Ia pun memilih tema kontemporer seperti gelombang tsunami yang bisa menenggelamkan wilayah di tepi laut seperti Sanur. Sementara itu, Wayan Paramartha menunjukkan lukisan satiris mengenai apa yang akan terjadi pada Sanur di masa depan kala pariwisata terus menelan kehidupan sosial budaya wilayah ini. Itu disimbolkan dengan penampilan seorang penari Legong yang tampak tertegun menghadapi bangunan pencakar langit dan lalu lintas yang sangat padat.

Berbagai obyek serta bahasa simbol yang digunakan merupakan pandangan kritis terhadap keberadaan Sanur. Sebagian menyiratkan kecemasan dan harapan agar situasi itu tidak terjadi. "Kami tetap ingin Sanur seperti di masa lalu di mana seni dan budaya mendapat tempat yang terhormat," kata Teja Astawa.

ROFIQI HASAN

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

37 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

43 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya